batampos.co.id – Sejumlah tempat wisata di Kota Batam sedang berbenah. Pengelola menyelesaikan kelengkapan dan fasilitas yang disediakan kepada pengunjung.
Seperti yang terlihat di Pantai Melayu, Kecamatan Galang, Batam, Kepulauan Riau (Kepri). Di pantai yang pertama dibuka pada 2004 silam, pengelola telah menyiapkan beragam fasilitas. Mulai pondok-pondok untuk para pengunjung berteduh, ban untuk pengunjung berenang, dan jasa lainnya.
Meski demikian, kesiapan ini berbanding terbalik dengan kedatangan pengunjung. Bahkan pengunjung diprediksi jauh mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Saat ini belum ada satupun pemesan dari fasilitas di kawasan Pantai Melayu. Padahal di momen yang sama pada 2017 lalu, sudah banyak pondok-pondok yang terisi pengunjung.
“Belum ada yang pesan, padahal tinggal tiga hari lagi. Tahun lalu dari sebulan sebelumnya sudah banyak yang pesan,” kata salah satu penyedia fasilitas pondok di Pantai Melayu, Zainuddin, 49, ketika ditemui, Sabtu (29/12).
Penurunan pengunjung juga terjadi saat libur Natal 2018. Jumlah kunjungan jauh lebih sedikit dibandingkan tahun lalu. Pengunjung hanya berkisar tiga ribu orang. Padahal sebelumnya bisa dua kali lebih banyak.
Penyedia fasilitas pondok lainnya, Adi Azwandi, 32, mengaku tidak mengetahui secara pasti penyebab turunnya pengunjung. Namun banyak bermunculan pantai-pantai baru di Batam menjadi salah satu sebabnya.
Pantai-pantai baru tersebut tentu menawarkan keunikan dan fasilitas yang berbeda. “Pengunjung pasti mau yang baru. Banyak pantai-pantai baru di Batam yang punya tempat untuk berfoto-foto,” ucap Azwandi.
Meski belum ada yang memesan pondok, Azwandi tetap optimistis pengunjung akan memadati kawasan pantai pada libur tahun baru nanti. Untuk itu, pihaknya tetap menyiapkan segala kelengkapan yang dibutuhkan. Memperbaiki ban yang bocor untuk bisa disewakan kepada pengunjung, menambah jumlah tikar untuk disewakan, dan berbagai persiapan lainnya.
Pada tahun-tahun sebelumnya, tahun baru adalah momen jumlah pengunjung pantai berada di angka tertinggi. Melebihi momen libur nasional lainnya. “Dulu kalau tahun baru, kami lewat saja susah karena ramainya orang,” ungkap Azwandi.
(bbi/JPC)