batampos.co.id – Tren peningkatan izin usaha dan peluncuran kapal semakin baik pada tahun 2018. Ini mengindikasikan bahwa masa depan ekonomi Batam masih bagus untuk tahun 2019.
“Memang informasinya bahwa shipyard itu terpuruk. Tapi jika melihat data, mungkin tahun 2016-lah masa-masa tersulit shipyard,” kata Direktur Lalu Lintas Badan Pengusahaan (BP) Batam, Tri Novianta, Jumat (28/12).
Ketika akan meluncurkan kapal, maka perusahaan shipyard harus meminta izin kepada BP Batam.
“Pada tahun 2016, jumlah peluncuran kapal memang hanya 45 kapal. Namun pada 2017, meningkat 50 persen lebih menjadi 100 kapal dan tahun ini meningkat 58 persen menjadi 158 kapal,” kata Novi, sapaan akrabnya.
Begitu juga dengan izin usaha. BP selalu mengeluarkan izin usaha bagi pengusaha yang ingin beroperasional di daerah kawasan perdagangan bebas Batam.
“Tahun 2017 ada 766 izin usaha dan tahun 2018 ada 996 izin usaha atau meningkat 30 persen,” jelasnya.
Novi mengatakan tren perkembangan ekonomi bisa terlihat dari jumlah peningkatan perizinan tiap tahunnya. “Ini mengindikasikan semakin banyak kegiatan ekonomi di Batam,” ucapnya.
Kemudian ditambah lagi dengan peningkatan data izin pemasukan barang ke Batam. Jumlahnya mengalami peningkatan dari 6268 izin pada tahun 2017 menjadi 7045 izin di tahun 2018, atau meningkat 12,5 persen.
Sedangkan izin pemasukan barang juga mengalami peningkatan. Dari tahun 2017 yang sebesar 532 menjadi 593 pada tahun 2018 atau meningkat 11,5 persen.
Selanjutnya, penerbitan izin surat keterangan asal (SKA) ekspor dari Batam ke luar negeri. Pada tahun 2017, BP menerbitkan 18.279 izin dan pada tahun ini meningkat menjadi 19.283 izin.
“Lalu, kegiatan promosi tahun ini ada delapan kali. Dan dari kegiatan tersebut, ada tiga perusahaan yang menandatangani surat pernyataan akan investasi,” jelasnya.
Ketiga perusahaan tersebut yakni dua perusahaan dari China, Discovery Resources dan Shining Trading dengan total investasi 30 juta dolar Amerika. Dan satu lagi perusahaan dari Jepang dengan investasi 1 juta dolar Amerika.
Wakil Ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI) Kepri, Tjaw Hoeing juga mengaku optimis melihat tahun 2019.
“Kita tetap optimis bahwa tahun 2019, perekonomian Batam masih dalam trek yang benar,” ucapnya.
Banyak momentum ekonomi yang harus dimanfaatkan Batam dalam merancang strategi mengejar pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya tahun depan.
Salah satunya adalah masih berlangsungnya perang dagang antara Amerika dan Tiongkok. Perang dagang yang terus berlanjut dinilai bisa mendatangkan keuntungan tersendiri bagi Batam. Selain meningkatkan kinerja ekspor, situasi ini bisa dimanfaatkan untuk menarik investasi asing masuk ke Batam.
“Perang dagang tersebut dapat dijadikan peluang bagi industri di Batam supaya bisa memasuki pasar Amerika,” katanya.
Pria yang akrab disapa Ayung ini mengatakan, saat ini pemerintah Amerika Serikat (AS) menerapkan tarif impor yang sangat tinggi terhadap barang impor jenis tertentu dari Tiongkok. Kebijakan ini tentu akan mengurangi kegiatan ekspor Tiongkok ke AS.
Dalam situasi ini, AS tentu akan mengalihkan sumber impornya ke negara lain untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya. “Dan inilah kesempatan bagi Batam untuk bisa menggejot ekspornya,” kata Ayung.
Namun di satu sisi, Tiongkok juga akan mencari pasar baru untuk ekspor. Dan Batam yang berstatus daerah non pabean bisa menjadi sasaran empuk bagi Tiongkok. Batam bisa kebanjiran produk dari Negeri Tirai Bambu itu.
“Tapi semuanya tentu saja tergantung dari harga. Pasar di Batam tentu akan memilah-milahnya,” jelas Ayung.(leo)