Jumat, 19 April 2024

Geopark Natuna Harus Bernuansa Lokal

Berita Terkait

Presiden Global Geopark Network UNESCO, Guy Martini, memberikan pengarahan di Pantai Sejuba saat berkunjung ke Natuna beberapa waktu lalu. (Aulia Rahman/Batam Pos)

Kepala Pusat Riset Geopark dan Kebencanaan Geologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Prof Mega Fatimah Rohana, menegaskan sebuah site geopark harus serba lokal. Karena kalau tidak, kawasan itu tidak bisa dikatakan site geopark.

Penegasan ini disampaikannya saat melakukan observasi potensi geologi Natuna di site Geopark Jelita Sejuba, Desa Sepempang, Kecamatan Bunguran Timur, Natuna, kemarin.

Ia menjelaskan, muatan lokal di sebuah site merupakan standar dasar untuk menilai site tersebut layak atau tidak sebagai sebuah kawasan geopark. Dengan demikian para asessor geopark dapat menentukan satu kawasan menjadi sebuah site geopark.

”Mulai dari SDM, design, sarana hingga ke rupa-rupa makanan dan fashion yang disediakan. Semuanya harus khas lokal. Kalau tidak seperti itu, tidak bisa jadi geopark. Bisa saja kawasannya disebut taman wisata, taman bermain atau taman-taman lainnya,” jelas Prof. Mega.

Menurutnya, menyiapkan konsep juga berpotensi menjadi tantangan bagi Natuna ke depan dalam upaya menjadikan Natuna sebagai global geopark, karena membuat sebuah site bernuansa serba lokal tidak mudah.

”Di sistem penetapan site geopark disebut sebagai nilai visibility. Semuanya serba lokal dan memberikan kemanfaatan sebesar-besarnya bagi masyarakat lokal dan lingkungan sekitar. Saya rasa ini jadi tantangan ke depan. Tantangan ini bukan hanya ada di Natuna, tapi juga di seluruh Indonesia,” paparnya.

Ia berharap partisipasi semua pihak di Natuna dapat terwujud sehingga cita-cita mewujudkan Geopark Global Natuna dapat tercapai dengan lancar.

”Karena selain bumi, inisiatif dan partisipasi masyarakat itu sangat diperlukan untuk mewujudkan geopark global,” pungkasnya. (arn)

Update