Jumat, 19 April 2024

Tahun Politik Dongkrak Konsumsi

Berita Terkait

batampos.co.id – Kinerja sektor ritel membaik pada liburan Natal dan Tahun Baru setelah sempat lesu pada kuartal ketiga 2018. Pelaku industri ritel bahkan optimistis bisa mencapai pertumbuhan double-digit pada 2019. Tahun politik disebut menjadi pemicu positif konsumsi di sektor ritel.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengungkapkan, penjualan ritel menunjukkan tren yang positif pada Natal 2018 dan Tahun Baru 2019. Becermin dari tradisi, momen liburan menjadi stimulus daya beli konsumen. Pada Lebaran lalu, sektor ritel meningkat 30 persen. Momen Natal bisa mendorong penjualan ritel 20 persen.

’’Tahun ini penjualan ritel modern cukup positif dan jauh lebih baik jika dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya,’’ ujar Roy, Selasa (1/1).

Menurut Roy, bisnis ritel yang menyasar konsumen kelas menengah ke atas meno­rehkan pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelas menengah ke bawah pada akhir tahun. Sebab, sebagaimana dipaparkan lembaga riset Nielsen, konsu­men menengah ke atas memiliki daya beli yang sangat solid.

Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah menyebutkan, pertumbuhan penjualan ritel saat Natal dan tahun baru meningkat 10 persen dari realisasi tahun sebelumnya.

Salah satu faktor yang memengaruhi adalah pelaku ritel yang lebih kreatif membuat terobosan untuk meningkatkan penjualan. Termasuk bekerja sama dengan berbagai fintech untuk memberikan opsi pembayaran yang lebih beragam kepada konsumen.

’’Jumlah ekspansi atau penambahan gerai oleh peritel pada 2018 lebih banyak daripada yang melakukan penutupan,’’ katanya.

Peritel, khususnya di segmen food and beverages (F&B), cukup gencar membuka gerai.

’’Outlet F&B tersebut dikombinasikan dengan department store,’’ ungkap Budihardjo.

Nah, pada 2019 yang bersamaan dengan tahun politik, peritel optimistis menetapkan target pertumbuhan double-digit. Peritel menilai bahwa momentum politik itu dapat berdampak positif terhadap pertumbuhan industri ritel nasional. Misalnya, yang terjadi pada pileg dan pilpres lima tahun lalu. ’’Dengan pesta demokrasi, perkiraan kami, bisa dihitung rata-rata pertumbuhan 12 persen yang berkontribusi pada industri ritel nasional,’’ tutur Roy.

ilustrasi

Dia menjelaskan, pertumbuhan industri ritel modern pada 2013–2014 yang bertepatan dengan pileg dan pilpres saat itu mencapai 12 persen. Banyaknya kebutuhan untuk kampanye secara langsung berpengaruh pada bisnis ritel. Terutama permintaan untuk makanan dan minuman, serta garmen.

’’Ada momentum. Bukan hanya pada pesta demokrasi, tapi juga dari indikator ekonomi kita. Sudah mulai ada recovery terhadap harga komoditas seperti batu bara dan kelapa sawit yang berangsur membaik dari tiga tahun lalu,’’ ungkapnya.

Di tempat terpisah, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S. Lukman memperkirakan bahwa permintaan terhadap makanan dan minuman (mamin) meningkat pada semester I 2019. Meski begitu, dampak pemilu tidak berpengaruh besar terhadap industri mamin.

’’Makanan dan minuman mendapat dampak positif meski tidak terlalu besar karena memang hanya untuk kebutuhan konsumsi,’’ terangnya kemarin.

Pertumbuhan industri mamin diprediksi sama dengan 2018, yakni 8–9 persen. Alasannya, kondisi perekonomian tahun ini tidak banyak berubah daripada 2018.(agf/ell/c14/fal)

Update