Sabtu, 20 April 2024

Pemerintah Kurangi Pembangunan Rumah Susun

Berita Terkait

Bida Rusun milik BP Batam di Sekupang.| Dalil Harahap/Batam Pos

batampos.co.id – Kementerian PUPR mengubah prioritas program pengadaan perumahan di tahun 2019 nanti. Kalau pada tahun 2018 pemerintah giat membangun rumah susun, kini anggaran akan dialihkan untuk perbaikan rumah rakyat miskin.

Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR mencatat sudah membangun 315 tower rumah susun (rusun) dengan kapasitas 15.000 unit lebih. Diantaranya diperuntukkan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), Mahasiswa, dan Santri Pondok Pesantren.

Dirjen Penyediaan Perumahan PUPR Khalawi Abdul Hamid mengungkapkan bahwa hingga saat ini ada sekitar 3,4 juta masyrakat indonesia yang hidup di rumah yang tidak layak huni.

“Kami punya target untuk menekan menjadi 1,5 juta dalam jangka 5 tahun kedepan,” katanya.

Tahun ini, PUPR menganggarkan kurang lebih Rp 4,3 Triliun untuk program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS). Dengan anggaran sebesar itu, Khalawi menargetkan bisa merenovasi sekitar 206.506 unit Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).

Dari jumlah 200 ribu unit, sekitar 95 persennya digunakan untuk Peningkatan Kaulitas (PK) alias perbaikan atau rehab. Sementara  5 persen digunakan untuk pembangunan rumah baru. Warga yang akan menerima bantuan BSPS akan diusulkan oleh Pemerintah desa menuju ke Kab/Kota kemudian dilanjutkan ke Provinsi.

Kementerian PUPR akan menerjunkan tim untuk menverifikasi apakah yang bersangkutan termasuk layak menerima bantuan. Seleksi kata Khalawi akan dilakukan dengan ketat karena penerima dana sangat terbatas.

Dari beberapa program BSPS yang telah dilaksanakan tahun 2018 lalu, Khalawi mengatakan sangat terasa bahwa masyarakat sangat terbantu. Meskipun  nilai bantuan terhitung kecil, yakni Rp. 15 juta per rumah, namun BSPS mampu memicu perbaikan rumah dengan kualitas yang 300 hingga 400 persen jauh melebihi anggaran.

“Setelah kami lihat ternyata ada tetangganya yang bantu batu, semen, dan materaial lain. Anak-anak mereka yang di rantau juga mengirim bantuan agar rumah ibunya jadi bagus,” kata Khalawi.

Program stimulan yang tidak besar ini kata Khalawi terbukti telah memicu keswadayaan masyrakat. Jika tidak diberi stimulus, maka warga ragu-ragu untuk merenovasi rumahnya karena takut tidak cukup uang.

“Dengan stimulus ini, nilai properti warga yang rumahnya di rehab juga bisa meningkat. Dari nilai bantuan Rp. 15 juta, jadi bernilai RP. 50 juta,” jelas Khalawi.(tau)

Update