Jumat, 29 Maret 2024

Pendukung Jokowi dan Prabowo Saling Cari Pembenaran

Berita Terkait


Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei terbarunya terkait elektabilitas pasangan capres-cawapres, Selasa (8/1/2019).
f. Sabik Aji Taufan/JawaPos.com/jpg

batampos.co.id – Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, partisan politik memiliki cara pandang tersendiri dalam menyerap informasi tentang kubu yang didukungnya. Mereka akan mencari pembenaran sendiri terhadap informasi yang masuk, bahkan fakta pun bisa dianggap hoaks oleh mereka, begitu juga sebaliknya.

Hal itu dikatakan Burhanuddin sesuai dengan hasil survei terbaru lembaganya yang diberi tema ’Media Sosial, Hoaks, dan Sikap Partisan Dalam Pilpres 2019’.

”Sikap partisan membentuk sikap pemilih terhadap informasi. Bukan sebaliknya. Mereka punya pilihan dulu baru selektif memilih informasi yang sesuai keingingannya atau tidak,” ujar Burhanuddin di kantor Indikator Jalan Cikini V Jakarta Pusat, Selasa (8/1/2019).

Burhanudin mencontohkan, adanya isu orangtua Presiden Joko Widodo (Jokowi) beragama kristen bagi basis pendukungnya hanya 6 persen yang percaya isu tersebut. Sedangkan 84 persen tidak percaya.

Namun, bagi pendukung Prabowo Subianto mencapai 30 persen yang percaya isu tersebut benar, dan yang tidak mempercayainya 39 persen. Sedangkan 10 persen pendukung Jokowi dan 31 persen pendukung Prabowo memilih tidak menjawab.

Begitu pula dengan isu Jokowi keturunan Tionghoa. Di basis pendukungnya hanya 7 persen yang mempercayai itu, sedang-kan 82 persennya percaya itu hanya hoaks. Sementara sebanyak 11 persen memilih tidak menjawab.

Tapi, 39 persen pendukung Prabowo percaya jika Jokowi keturunan Tionghoa, sedangkan yang tidak percaya 35 persen. Dan 26 persen lainnya tidak menjawab.

Pun demikian ketika Prabowo dihadapkan dengan isu pelanggaran HAM berat pada 1998. Basis pendukungnya hanya 21 persen yang percaya dengan kabar itu. Sedangkan 63 persen tidak percaya, dan 17 persen tidak menjawab.

Berbanding terbalik dengan pendukung Jokowi. Sebanyak 65 persen dari mereka percaya bahwa Prabowo terlibat penculikan 1998. Hanya 16 persen dari mereka yang tidak percaya dan 19 persen lainnya tidak menjawab.

Dari data tersebut, Burhanuddin menggarisbawahi bahwa pendukung dua kubu ini akan selalu mencari pembenaran terhadap isu yang diarahkan kepada kubu yang didukungnya. Informasi yang masuk akan diserap sesuai idealisme mereka dengan identitas kelompoknya.

”Kesimpulannya, pendukung Jokowi dan Prabowo hidup di dua dunia yang berbeda,” pungkasnya.

Sebagai informasi, survei Indikator dilakukan pada rentang waktu 16-26 Desember 2018. Menggunakan metode multistage random sampling, melibatkan 1.220 responden pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sedangkan margin of error pada angka 2,9 persen. (JPG)

Update