Jumat, 29 Maret 2024

Kisah Legiman, Pengemis dengan Tabungan Rp 900 Juta

Berita Terkait

Legiman

PUJIANTO mengamati foto itu untuk beberapa saat. Tak lama kemudian kepalanya menggeleng.

”Ndak kenal saya. Sepertinya bukan orang sini dia,” katanya kepada Radar Kudus (grup Batam Pos) yang menemuinya di sebuah warung kopi di Desa Ngawen, Kecamatan Margorejo, Pati, Jawa Tengah, Senin (14/1).

Yang dilihat Pujianto adalah foto Legiman alias Lek Man Ce­ker. Dan, Ngawen adalah desa yang disebut pengemis yang terjaring razia Satpol PP di Kota Pati, Sabtu (12/1) malam lalu, itu sebagai tempat asalnya.

Yang menghebohkan, Lek Man Ceker mengantongi buku tabungan dan kartu ATM dengan nilai mencengangkan. Saldo di rekeningnya Rp 900 juta. Kalau ditambah dengan rumah senilai Rp 250 juta dan tanah seharga Rp 275 juta yang dia klaim berada di Desa Ngawen, total uang dan asetnya mencapai Rp 1,425 miliar.

Radar Kudus berusaha menelusuri pengakuan Man Ceker itu. Menurut Pujianto, desa tempat tinggalnya tersebut tak terlalu besar. Dan, seperti umumnya warga desa, semua orang saling mengenal. Minimal tahu meski tidak akrab.

”Wajahnya sih mirip orang yang saya kenal, namun tidak cacat. Ini orangnya cacat, tangannya tidak sempurna,” terangnya.

Bagus, warga lain, juga mengaku tak kenal dan tak pernah melihat pengemis yang dimaksud. Untuk lebih memastikan lagi, Radar Kudus menemui Kepala Desa Ngawen Sunarto.

Jawabannya serupa. ”Itu bukan warga saya,” katanya saat foto Legiman diperlihatkan.
Legiman terjaring razia bersama tiga pengemis lain. Semua mengaku rata-rata bisa membawa pulang uang Rp 100 ribu dalam sekali operasi.

Imam Rifai, sekretaris yang mewakili Kepala Satpol PP Kabupaten Pati Hadi Santoso mengungkapkan, empat pengemis tersebut dijaring dari daerah Lawet dan Puri.

”Kami juga temukan, ada yang sudah mengantongi uang receh Rp 685 ribu. Itu katanya sepi,” jelasnya.

Para pengemis yang diamankan itu kemudian dijemput keluarga masing-masing. Dengan jaminan surat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatan lagi.

Data yang tercatat di Satpol PP pun sebatas nama Legiman dan alamat di Desa Ngawen tersebut. Saat diinterogasi, Legiman mengaku tak membawa kartu identitas.

Karena itu, selain mencari ke desa yang disebut sebagai kampung asal, Radar Kudus berusaha menelusuri tempat Lek Man Ceker biasa mangkal. Antara lain, perempatan Puri depan GOR Pesantenan, Pati. Namun, pengemis tersebut tak tampak.

”Sabtu pagi biasanya memang di sini. Daerahnya banyak, selain di sini, juga ke pasar-pasar,” kata seorang pengemis di depan GOR Pesantenan yang enggan disebutkan namanya.

Saat ditanya alamat rumah Legiman, dia mengaku hanya tahu bahwa pengemis tersebut berasal dari Desa Ngawen. Selebihnya, dia tidak tahu.

Pencarian dilanjutkan ke perempatan Lawet, Bleber, dan Rogowangsan. Namun, dari tiga tempat tersebut, hanya ada dua pengemis di perempatan Rogowangsan. Seorang anak dan ibunya.

Penelusuran diteruskan dengan berusaha mencari Lek Man Ceker di Pasar Rogowongso. Namun, hasilnya juga nihil.

”Kalau ngemis, dia memang terkenal ngaya. Pendapatannya banyak, tasnya juga se­lalu penuh,” kata pengemis di depan GOR Pesantenan itu.

Menurut Imam, di antara empat pengemis yang terciduk, tiga orang berasal dari luar Kabupaten Pati. Hanya Legiman yang mengaku sebagai warga Pati.
Dia menduga, bagi mereka, mengemis adalah pekerjaan ”profesional”.

”Kami tambah yakin saat menggelar razia tempat kos. Ada tempat kos yang diakui sang pemilik memang menjadi kantong para pengemis dan pengamen yang beroperasi di wilayah Pati,” tutur Imam. (*/c11/ttg)

Update