Jumat, 29 Maret 2024

Derita Bayarkhuu Bayarjargal Sepeninggal Ibunya Altantuya Shaariibuu

Berita Terkait

Bayarkhuu Bayarjargal masih berusia 9 tahun ketika ibunya, Altantuya Shaariibuu, tewas di Malaysia. Altantuya jadi korban pembunuhan. Kasus itu membuat Bayarkhuu trauma. Kini, dia menuntut balas.

Bayarkhuu mengunci mulutnya rapat-rapat. Sambil menunduk, dia keluar dari ruang sidang Pengadilan Tinggi Shah Alam, Kuala Lumpur, Malaysia, pada Rabu (30/1). Di ruangan kecil yang baru dia tinggalkan tersebut, jaksa dan pengacara mengupas habis masa lalunya. Tepatnya setelah kematian sang ibu pada 18 Oktober 2006 lalu. Altantuya menemui ajal setelah dua peluru bersarang di kepalanya dan bom C4 meledakkan jasadnya.

’’Saat itu saya bertanya-tanya, mengapa saya begitu sial karena kehilangan se­orang ibu,’’ ujar Bayarkhuu kepada Sa­ngeet Kaur Deo, pengacara yang mewakili keluarganya.

Bayarkhuu mengenang Altantuya se­bagai sosok ibu yang penyayang. Tapi, perempuan yang berprofesi sebagai model tersebut juga suka berpetualang. Mendiang Altantuya kerap me­ngajak anak-anaknya ke bioskop, pergi tamasya, atau sekadar melepas penat di taman bermain.

Bernama melaporkan bahwa keluarga mendiang Altantuya menuntut ganti rugi RM 100 juta atau setara Rp 341,13 miliar kepada mereka yang merenggut nyawa perempuan cantik asal Mongolia itu. Mereka yang menjadi sasaran tuntutan adalah mantan Inspektur Polisi Azilah Hadri, Sirul Azhar Umar, analis politik Abdul Razak Baginda, dan pemerintah Malaysia.

Azilah dan Sirul dinyatakan bersalah atas pembunuhan Altantuya. Mereka dijatuhi vonis mati. Tapi, Azilah masih terus berusaha menghindari eksekusi. Sirul melarikan diri ke Australia. Selanjutnya, meski diduga terlibat pembunuhan, Abdul Razak Baginda bebas karena kurangnya bukti.

Sebenarnya, gugatan yang Bayarkhuu ajukan masuk sejak 4 Juni 2007. Tapi, rezim Perdana Menteri (PM) Najib Razak mengabaikan gugatan tersebut. Sebab, para pelaku pembunuhan adalah orang dekat politikus 65 tahun itu.

Kini, setelah Najib lengser, barulah gugatan Bayarkhuu diproses. Dalam gugatannya, anak lelaki Altantuya tersebut mengaku shock dan mengalami trauma psikologis berkepanjangan pasca kematian ibunya. Karena itu, dia merasa berhak mendapatkan kompensasi dari para pelaku pembunuhan.

Kematian sang ibu, menurut Bayarkhuu, mengungkap kehidupan pribadi Altantuya yang kelam. Media ramai-ramai memberitakan sisi negatif Altantuya. Juga skandal yang melingkupinya.

Kehidupan Bayarkhuu pun berubah. Dalam usia yang masih belia, dia jadi korban perundungan. Baik di lingkungan sekolah ataupun rumah.

Bahkan, Bayarkhuu sampai harus mengganti namanya. Oleh Altantuya, dia diberi nama Mungunshagai Bayarjargal. Tapi, setelah sang ibu meninggal dengan cara tragis, dia mengubah namanya jadi Bayarkhuu Bayarjargal.

Untuk menghindari gosip, pria yang kini berusia 21 tahun itu bahkan sampai harus  mengungsi tiap liburan. Selama tiga tahun pertama sejak kematian Altantuya, Bayarkhuu terkucil dari lingkungannya. Setiap libur musim panas tiba, dia pergi ke rumah keluarganya di pinggiran kota.

Bayarkhuu menyebut masa-masa tersebut sebagai periode yang begitu menyedihkan dan menyakitkan.

’’Saya ingat orang tua teman-teman saya melarang mereka bermain dengan saya. Sebab, ibu saya korban pembunuhan di Malaysia,’’ kenangnya.

Bayarkhuu menceritakan bahwa pasca kematian ibunya, sang ayah tidak langsung menemuinya. Orang tuanya memang bercerai saat Bayarkhuu belum genap 1 tahun.

Ayahnya, Bayarjargal Bayasgalam alias Madai, adalah penyanyi hiphop terkenal di Mongolia.
Ayah dan anak itu tidak pernah berkomunikasi. Tepatnya setelah Altantuya dan Bayarjargal memutuskan bercerai. Mereka baru bertemu untuk kali pertama pada 2011.

Saat itu Madai berkata bahwa dirinya telah menikah lagi dan memiliki anak dengan istri barunya.

Dia tidak mau merawat Bayarkhuu dan minta maaf karena tidak mendampinginya selama ini.

’’Sebagai seorang putra, saya merasa dia tidak menginginkan saya,’’ ujarnya.
Sejak ibunya meninggal, Bayarkhuu dan mendiang adiknya dirawat kakek dan nenek mereka. Yakni, Shaariibuu Setev dan Altantsetseg Sanjaa.

Kadang kala Bayarkhuu membantu perekonomian keluarga dengan menjual CD saat libur sekolah. Madai tak pernah membantunya secara finansial untuk pendidikannya.

’’Kakek sayalah yang membiayai pendidikan saya,’’ ujar alumnus jurusan manajemen bisnis di National University of Mongolia itu. Kini dia berharap gugatannya terhadap para pembunuh sang ibu terkabul. (sha/c22/hep)

Update