Jumat, 29 Maret 2024

Perlahan tapi Pasti, Publik Tidak Percaya dengan Medsos

Berita Terkait

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, berdasarkan penelitian trust barometer 2018 media konvensional atau media arus utama ternyata tetap lebih dipercaya dibandingkan dengan media sosial.

Angka-angkanya, 2016: tingkat kepercayaan kepada media konvensional 59 persen dibanding 45 persen untuk media sosial; 2017: 58 persen : 42 persen; 2018: 63 persen : 40 persen.

“Semakin ke sini semakin tidak percaya kepada media sosial,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada puncak peringatan Hari Pers Nasional 2019, di Grand City, Surabaya, Jatim, Sabtu (9/2/2019) pagi.

Kepala Negara mengaku sungguh bergembira dengan situasi ini, karena di era digital yang diikuti perkembangan masif media sosial saat ini masyarakat disajikan berlimpahnya informasi. Setiap orang bisa menjadi wartawan, bisa menjadi Pemred, kadang menciptakan kegaduhan. Ada pula yang membangun ketakutan dan pesimisme.

Di tengah suasana seperti ini, menurut Kepala Negra, insan media arus utama justru sangat dibutuhkan. Dibutuhkan untuk menjadi rumah penjernih informasi, dibutuhkan untuk menyajikan informasi-informasi yang terverifikasi, dibutuhkan untuk menjalankan peran sebagai communication of hope, dan dibutuhkan untuk bisa memberikan harapan-harapan besar kepada bangsa kita Indonesia.

Presiden Jokowi menegaskan, peran utama media kini semakin penting antara lain dalam mengamplifikasi kebenaran dan menyingkap fakta, terutama di tengah keganasan paska fakta dan paska kebenaran.

“Media arus utama diharapkan mampu menjaga dan mempertahankan misinya untuk mencari kebenaran, misinya untuk membangun optimisme,” tegas Presiden seraya menambahkan, ketika pemerintah memaparkan tentang capaian pembangunan, tujuannya adalah agar masyarakat mendapatkan informasi yang jelas, ikut memanfaatkan capaian pembangunan yang ada, dan membangun optimisme serta mengajak apa yang harus diperjuangkan bersama.

Kalau pemerintah aktif dalam membangun well informed society, Presiden meminta, jangan terburu-buru itu dianggap sebagai sebuah kampanye atau pencitraan. Ia menegaskan, itu adalah bagian dari upaya untuk membentuk masyarakat yang sadar informasi.

“Saya berharap media menjadi amplifier atas informasi tentang pembangunan, termasuk kekurangan yang harus kita benahi bersama-sama,” tutur Presiden Jokowi.

Untuk itu, Presiden mengajak pers untuk terus meneguhkan jati dirinya sebagai sumber informasi yang akurat bagi masyarakat, meneguhkan jati dirinya mengedukasi masyarakat, meneguhkan jati dirinya untuk tetap melakukan kontrol sosial, untuk terus memberikan kritik-kritik yang konstruktif.

Pada akhir sambutannya Presiden Jokowi yang didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo tidak lupa menyampaikan ucapan selamat Hari Pers Nasional kepada insan media yang hadir di acara tersebut, dan yang sedang bertugas di seluruh pelosok tanah air.

Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Menkominfo Rudiantara, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menhub Budi K. Sumadi, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Menteri Pemberdaya Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise, Menteri ESDM Ignasius Jonan, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, dan Ketua DPD RI Oesman Sapta.

Selain itu hadir pula Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, para duta besar negara sahabat, tokoh pers Surya Paloh dan Chairul Tanjung, dan Ketua PWI Atal Depri. (setkab)

Update