Selasa, 19 Maret 2024

Industri Lebih Suka Pakai Robot

Berita Terkait

Para pencari kerja di Batamindo, Batam.
foto: batampos.co.id / sapna

batampos.co.id – Tuntutan industri di era global meminta Batam untuk segera beralih ke industri 4.0. Tipikal industri seperti ini akan mampu menarik lokomotif industri pendukung lainnya lebih optimal. Tapi, di sisi lain, karena sistemnya sudah otomatis, maka perusahaan industri akan mengandalkan robot dan hanya sedikit merekrut tenaga kerja. Itupun hanya tenaga kerja yang terampil di bidang teknologi industri 4.0.

“Kalau industri manufaktur kita mau naik kelas, suka tidak suka harus beralih ke industri 4.0. Saat ini, mayoritas masih gunakan teknologi revolusi industri 1.0 hingga 3.0. Tapi teknologi industri 4.0 akan meningkatkan produktivitas, tenaga kerja dan memperluas pasar,” kata Wakil Ketua Koordinator Himpunan Kawasan Industri (HKI) Kepri, Tjaw Hoeing, Rabu (13/2/2019).

Memang bagi sejumlah pihak, mereka memandang revolusi industri 4.0 menjadi ancaman pengurangan lapangan pekerjaan. Namun, Tjaw menilai bahwa revolusi industri 4.0 dapat dipandang sebagai kesempatan melahirkan peluang pekerjaan baru yang berpotensi unutk menciptakan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

“Perlunya menyiapkan tenaga kerja yang terampil dengan perubahan yang fundamental terhadap pendidikan dan pelatihan vokasi. Dari tenaga kerja tak berskill menjadi fullskill,” jelasnya.

Industri 4.0 berbasis kepada pengoperasian sebuah mesin dari jarak jauh menggunakan fasilitas Internet of Things (IoT).”Kalau sudah fullskill, bisa saja pengoperasian sebuah mesin hanya dilakukan dari jarak jauh ke sejumlah pabrik dengan menggunakan IoT, artificial intelligence (AI) dan sampai tahapan komputasi,” paparnya.

Memang dalam beberapa tahun terakhir ini, jumlah perekrutan sudah mulai menurun. Sebagai contoh, perekrutan tenaga kerja buruh di Batamindo pada tahun 2017 mencapai 12.367 orang. Tapi pada tahun 2018, menurun menjadi 4.891 orang. Faktor utama memang karena penurunan ekonomi Batam yang disebabkan lambannnya perekonomian global. Tapi faktor revolusi industri 4.0 juga ikut berkontribusi.

Pada umumnya, perusahaan akan merekrut ribuan tenaga kerja ketika ada peningkatan order atau ada ekspansi. Tapi perusahaan yang berekspansi pun tidak terlalu banyak merekrut tenaga kerja. Rubicon di Batamindo yang melakukan ekspansi hanya merekrut 250 tenaga kerja, Sat Nusapersada yang mendapatkan limpahan investasi dari Pegatron juga hanya merekrut 200 tenaga kerja. Kemudian perusahaan asal Jepang, Maruho yang akan segera masuk hanya merekrut 70 orang dan Simatelex dari Hongkong yang hanya merekrut 120 orang.

Lalu bagaimana keunggulan dari teknologi revolusi industri 4.0 ini yang sekarang banyak diterapkan oleh perusahaan industri di Batam. Direktur Human Resource Development PT Schneider Electric Manufacturing Batam, Susi mengatakan bahwa ada beberapa poin yang menjadi dasar perusahaan saat ini bergerak ke arah industri berbasis IoT ini.

“Pertama, kita tidak bisa lari dari perkembangan zaman yang mengharuskan kita untuk ikut ambil bagian dan perubahan revolusi industri 4.0,” kata Susi, Rabu (13/2).

Susi mengungkapkan bahwa mengadopsi teknologi IoT akan membuat perusahan industri memiliki daya saing baik dari segi tingkat produktivitas dan efisiensi yang bisa dihasilkan serta daya saing dalam merangkul generasi milenial untuk ikut bergabung.

“Kita bisa analogikan para lulusan universitas dengan kompetensi dan pengetahuan teknologi terdepan akan lebih memilih perusahaan yang sudah modern dan adopsi teknologi terbaru agar tidak tertinggal,” paparnya.

Selain itu, konsep teknologi industri 4.0 mampu memberikan transparansi sehingga keputusan strategis bisa diambil dengan cepat dan akurat. “Targetnya bukan untuk menggantikan tenaga kerja tapi memberikan tools dan kemudahan dalam operasional perusahaan sehingga lebih produktif dan efisien,” katanya lagi.

Susi kemudian mengupas soal efisiensi penggunaan teknologi industri 4.0. Sekarang banyak perusahaan industri di Batam yang mengandalkan robot yang dikendalikan dari jauh untuk proses yang membutuhkan perlakuan khusus.

“Misalnya di area kritikal seperti di area unsafe atau risk for human. Kemudian juga untuk proses yang related dengan ergonomic, dimana robot digunakan untuk mengangkat barang yang cukup berat dan berulang-ulang,” jelasnya.

Salah satu keunggulan lainnya yakni robot bisa digunakan untuk melakukan suatu pekerjaan yang sama berulang kali tanpa istirahat. “Dan juga proses yang berhubungan dengan CTQ atau critical to quality yang menghasilkan kualitas sesuai dengan yang diinginkan,” tambahnya.

Dengan kata lain, penggunaan robot sangat penting untuk tahapan produksi dari tingkat yang berbahaya hingga yang ekonomis dan efisien seperti mengangkat barang berulang kali. Mereka juga tidak digaji. “Pakai robot lebih terjamin safety-nya,” tambahnya lagi.

Lebih jauh lagi, Susi mengatakan saat ini perusahaan industri sudah berkenalan dengan collaborative robot atau robot yang mampu bekerja sama. “Collaborative robot ini dapat bekerja berdampingan dengan tenaga kerja. Robot-robot ini sudah mendapatkan sertifikat keamanan untuk bekerja di area terbuka bersama tenaga kerja di shop floor,” paparnya.

Penggunaan robot memang tengah dicoba oleh kalangan industriawan di Batam. Mengingat lebih efisien karena tidak membutuhkan gaji. Polemik kenaikan upah minimal kerja (UMK) tiap tahun dianggap menggangu kelancaran usaha.

Pengusaha terkenal Batam sekaligus Presiden Direktur (Presdir) Sat Nusapersada, Abidin Hasibuan pernah mengatakan Kenaikan upah minimum kerja (UMK) tiap tahunnya dapat membuat pengusaha di Batam mengambil opsi untuk mulai melakukan robotisasi dalam bidang produksi.

“Tiap tahun ada kenaikan. Pengusaha jadi hati-hati karena belum ada solusinya. Sekarang upah Batam lebih tinggi dari Johor Bahru,” ungkapnya.

Abidin mengatakan kenaikan UMK akan membuat pengusaha menguragi tenaga kerja. Untuk meminimalisir pengurangan tenaga kerja, maka pengusaha akan beralih ke proses robotisasi atau auto motion.

“Itu satu-satunya jalan setelah terpaksa mengurangi karyawan adalah tambah mesin. Kalau tidak, perusahaan akan merugi,” ujarnya.

Lagipula, Abidin mengatakan proses produksi industri saat ini sudah bergerak ke arah robotisasi.”Di China sudah luar biasa. Salah satunya perusahaan smartphone Foxcon mampu membuat smartphone hanya dengan empat orang. Semuanya sudah pakai auto motion,” jelasnya. (leo)

Update