Kamis, 18 April 2024

Samsung Klaim Kuasai 50% Pasar Smartphone

Berita Terkait

batampos.co.id – Samsung Electronics Indonesia mengklaim telah menguasai 50 persen market share untuk produk smartphone di Tanah Air. Samsung juga sesumbar bahwa mereka masih memiliki dominasi yang kuat untuk pasar smartphone di Indonesia.

Walaupun diketahui bersama bahwa gempuran vendor Tiongkok juga sangat masif.
Pernyataan soal pangsa pasar smartphone di Indonesia yang 50 persennya dikuasai Samsung diutarakan Bernard Ang, Vice President IM Business Samsung Electronics Indonesia.

Dalam seremoni peluncuran Galaxy S10 Series secara resmi di Jakarta baru-baru ini, dia menyebut bahwa pangsa pasar 50 persen berhasil dikuasai mereka terhitung sejak akhir 2018 lalu.

”Kami memimpin pasar dengan market share 50 persen. Kami saat ini tidak bicara lagi tentang 10 tahun ke belakang, tapi 10 tahun ke depan,” katanya demikian.

Sayangnya, klaim Samsung soal penguasasan 50 persen market share smartphone di Indonesia itu tidak diketahui dari lembaga survei mana. Head of IM Product Marketing Samsung Electronics Indonesia Denny Galant menyebut, angka segitu berdasarkan hasil survei pihak ketiga yang tidak bisa disebutkan namanya.

Masih soal klaim Samsung menguasai 50 persen market share smartphone di Indonesia, hal berbeda justru tampak berdasarkan hasil riset Canalyst. Canalyst menyebut bahwa pada kuartal IV 2018, Samsung hanya berhasil meraih pangsa pasar 25,4 persen.

Malahan, bila dilihat secara tahunan atau Year on Year (YoY), Pabrikan Korea Selatan itu justru mengalami perlambatan pertumbuhan di angka 15 persen pada 2018. Sebelumnya, pada 2017 Samsung mencatat pertumbuhan sebesar 20,9 persen pada 2017 dan 25,8 persen pada 2016.

Terkait dengan perbedaan hasil tersebut, Denny menanggapi santai. Dia menilai bahwa setiap lembaga riset memiliki metode dan tolok ukur berbeda dalam melakukan penelitian. Misalnya saja metode dan subjek yang diteliti.

”Ada cara bagaimana sebuah riset diukur. Ada yang diukur dari jumlah handset yang terjual. Ada lagi yang berdasarkan data lokal ataupun global. Kalau di kami, itu dilakukan di Indonesia oleh lembaga riset di Indonesia,” pungkasnya. (*)

Update