Kamis, 25 April 2024

Ia Hendak Ledakkan Masjid

Berita Terkait

batampos.co.id – Brenton Harrison Tarrant, pelaku penembakan umat Islam di Selandia Baru ternyata berencana melanjutkan aksinya ke masjid lain setelah menembak jemaah salat Jumat di dua masjid di Kota Christchurch, Jumat (15/3). Hal itu terungkap saat polisi menggeledah mobilnya ditemukan dua bom rakitan dan berbagai jenis senjata api lainnya.

’’Itu menunjukkan niatnya untuk melanjutkan serangan,’’ ujar Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Jacinda Ardern dalam pidatonya, Sabtu (16/3).

Ia menambahkan, pasca penembakan, semua masjid di Selandia Baru untuk sementara ditutup sampai benar-benar kondisi aman.

Penembakan di Masjid Al Noor dan Linwood di Kota Christchurch menewaskan 49 orang dan melukai 48 lainnya. Sebelas orang dalam kondisi kritis.

Ardern memastikan akan melakukan perubahan total pada aturan kepemilikan senjata.

’’Undang-undang kepemilikan senjata akan kami ubah,’’ tegasnya.

Tarrant saat beraksi membawa lima senjata api. Dua di antaranya senjata semi otomatis. Tarrant memiliki lisensi kepemilikan senjata api, namun disalahgunakan.

Aksi yang dilakukan oleh pria asal Australia itu merupakan pembantaian terbesar sejak 3 dekade lalu. Kala itu pria bernama David Gray melakukan pembunuhan dan menewaskan 13 orang.

Kebijakan kepemilikan senjata api di Selandia Baru memang lebih longgar dibanding negara-negara barat lainnya. Pemilik senjata api memang harus memiliki lisensi, tapi mereka tak perlu mendaftarkan senjata apa saja yang mereka beli dan miliki.

Syarat kepemilikan senjata api hanyalah berusia di atas 16 tahun dan lolos pemeriksaan latar belakang oleh pihak kepolisian.

Meski kepemilikan senjata dibolehkan, angka pembunuhan di negeri Kiwi itu terbilang rendah. Pada 2017 lalu hanya terjadi 35 kasus pembunuhan, jauh lebih rendah dibanding korban tewas penembakan di Christchurch.

Ardern mengungkapkan pelaku sempat mengirim manifesto ke alamat email-nya, para pemimpin oposisi, ketua parlemen, dan sekitar 70 media beberapa menit sebelum penembakan. Di dalamnya tidak ada keterangan spesifik tentang rencana serangan dan waktunya sehingga pencegahan tak bisa dilakukan.

Ardern pun terbang mengunjungi keluarga korban di Pusat Pengungsi Canterbury. Dia datang dengan dikawal ketat. Menggunakan baju serba hitam dan berkerudung, Ardern mencoba menenangkan orang-orang di lokasi dan berjanji memperbaiki sistem keamanan di negaranya.

“Selandia Baru adalah tempat di mana kita menghargai inklusivitas dan keaneka-ragamannya,’’ ujar Ardern. Dia berjanji untuk memperta-hankan hal tersebut selama dia menjabat sebagai PM.

Kemarin, Tarrant diajukan ke pengadilan Distrik Christchurch. Pria 28 tahun itu dijerat dengan dakwaan pembunuhan. Tangannya diborgol dan dia dikawal dengan ketat. Dia jelas tak menunjukkan penyesalan sama sekali. Tarrant masuk ke pengadilan dengan senyum di wajah.

Tarrant memang berdarah dingin. Bahkan sebelum melakukan aksi kejinya dia mengucapkan kalimat Let’s get this party started alias Mari memulai pesta. Pengadilan selanjutnya dijadwalkan 5 April nanti. Hingga kemarin, identitas tiga pelaku lainnya tidak diungkap oleh polisi.

Dilansir Reuters, Tarrant tingal di Dunedin, Selandia Baru dan menjadi anggota Bruce Rifle Club. Dia kerap berlatih menembak dengan menggunakan senjata semi otomatis AR-15.
Mayoritas korban penembakan di Christchurch adalah imigran dan pengungsi dari Pakistan, India, Malaysia, Indonesia, Turki, Suriah, Somalia dan Afghanistan. Penduduk muslim di Selandia Baru hanya 1,1 persen dari keseluruhan populasi.

WNI Tewas Tertembak

Sementara itu, teka-teki hilangnya seorang warga nega-ra Indonesia dalam insiden penembakan di Christchurch akhirnya terjawab tadi malam. Kedutaan Besar Republik Indonesia di Wellington menyampaikan bahwa WNI atas nama Lilik Abdul Hamid tewas.
Sebagaimana yang diberitakan sebelumnya, ada enam WNI yang salat Jumat di Masjid Al Noor saat serangan terjadi. Lima orang telah melapor ke KBRI dalam kondisi sehat.

Sedangkan satu lainnya, Muhammad Abdul Hamid belum diketahui keberadaannya.

”Setelah kami konfirmasi ke keluarga, namanya adalah Lilik Abdul Hamid,” ucap Koordinator Fungsi Protkons KBRI Wellington Rendy Ramanda saat melalui pesan singkat kepada Jawa Pos (grup Batam Pos) tadi malam.

Dubes RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya mengunjungi kediaman Lilik di Christchurch kemarin. Dia menyampaikan belasungkawa sekaligus memberikan dukungan kepada keluarga korban. Tantowi juga meninjau langsung lokasi penembakan di Masjid Al Noor. Bersama WNI dan tim konsuler KBRI Wellington, Tantowi menggelar doa bersama di Hagley Park untuk para korban.

Pria kelahiran, Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan itu mengimbau masyarakat untuk tenang. Namun, tetap waspada. Hindari tempat-tempat yang berpotensi menjadi target. Ikuti arahan Kepolisian Selandia Baru dan melapor ke KBRI jika mendapat informasi penting.

Tantowi juga menjeguk Zulfirmansyah dan anaknya yang menjadi korban selamat di Christchurch Public Hospital. Zul, sapaan akrab Zulfirman Syah, tertembak di sejumlah bagian tubuh. Sedangkan, sang anak di bagian kaki.

”Beliau (Zul, red) telah menjalani multiple operations. Saat ini masih terus mendapatkan perawatan medis dari pihak rumah sakit,” terang pria dubes 58 tahun itu. Dia juga menampik kabar hoaks yang menginformasikan bahwa Zul telah berpulang.

Koordinator Fungsi Penera-ngan Sosial, Budaya, dan Pendidikan KBRI Wellington Adek Triana Yudhaswari menuturkan, melarang WNI muslim beribadah ke masjid untuk sementara waktu.

”Sementara di rumah dulu sampai situasi memang benar-benar kondusif,” imbau Adek.
Hingga tadi malam, lanjut dia, polisi bersenjata lengkap masih berjaga di beberapa tempat fasilitas umum. Khususnya masjid.

KBRI Wellington terus melakukan koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri RI untuk memfasilitasi rencana kedatangan anggota keluarga dari Indonesia yang ingin mengunjungi kerabatnya di Christchurch. Mereka juga membentuk posko sementara pasca insiden penembakan yang bekerja 24 jam.

Posko tersebut bertugas memantau perkembangan situasi dan membantu WNI yang membutuhkan bantuan sehubungan dengan peristiwa penembakan di Christchurch.
Apabila terdapat WNI yang belum bisa menghubungi anggota keluarganya yang berada di Christchurch, Pemerintah Selandia Baru membuka di www.familylinks.icrc.org/new-zealand/en/.

Sementara itu, seluruh warga Selandia Baru turut berduka atas insiden pembantaian umat Islam di dua masjid oleh Brenton Tarrant Cs. Mereka datang ke sebuah jalan tak jauh dari lokasi kejadian. Me-reka membawa bunga sebagai ungkapan duka.

Senator Australia Ditimpuk Telur

Sementara itu, senator dari Queensland Australia Fraser Anning yang menyalahkan umat Islam, kemarin dilempari telur mentah.

Anning merespons dengan mengayunkan pukulan pada pemuda itu. Pria muda itu dibawa pergi oleh polisi kemudian dibebaskan.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison ikut mengecam pernyataan Anning. ”Komentar Anning ini mengerikan dan menjelekkan dirinya sendiri. Terus terang, dia seharusnya malu,” ujarnya.

Morrison juga berbicara saat mengunjungi Masjid Lakemba di Sydney mengenai insiden Selandia Baru.

”Peristiwa mengerikan ini terjadi dan ditargetkan pada satu komunitas tertentu, komunitas Islam di sebuah masjid ketika mereka pergi untuk shalat di Selandia Baru. Itu adalah serangan terhadap semua orang yang cinta damai, pada semua orang yang tidak bersalah,” ujarnya.

”Oleh karena itu, kita semua berdiri bersama dalam mendukung saudara Muslim kita yang menjadi target spesifik serangan ini dan kita harus memastikan hal itu tidak terjadi lagi di tempat lain, kepada warga Australia lainnya di sini atau di negara lain,” kata Morrison.

Australia siap memberikan bantuan signifikan dalam penyelidikan kasus tersebut. Morrison menawarkan dukungan dengan layanan konseling dan bahkan masalah paling praktis seputar penguburan orang-orang yang telah meninggal bagi korban serangan teroris di Selandia Baru.

Sementara itu, Dubes Australia Gary Quinlan melalui Twitter-nya mengatakan, pernyataan Senator Fraser Anning menyalahkan serangan mematikan oleh teroris ektremis sayap kanan pada imigrasi adalah menjijikkan. Pandangan itu tidak punya tempat di Australia, apalagi di Parlemen Australia.

Perdana Menteri Australia mengutuk serangan teroris yang kasar, ekstremis, dan sayap kanan yang telah merenggut begitu banyak nyawa warga Selandia Baru yang tidak bersalah ketika mereka melaksanakan ibadah dengan damai di masjid-masjid mereka di Christchurch. (han/jp)

Update