Selasa, 23 April 2024

Tenant di Bandara Hang Nadim Undur Diri, Tersebab Sepi Pembeli

Berita Terkait

foto: batampos.co.id / cecep mulyana

batampos.co.id – Dampak harga tiket pesawat mahal, penumpang di Bandara Hang Nadim sejak Januari hingga kini, turun dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu.

Minggu lalu, salah satu tenant di Hang Nadim mengajukan permohonan menutup usahanya. Dengan alasan, makin berkurangnya pembeli.

Hal ini dibenarkan Direktur Badan Usaha Bandar Udara Hang Nadim Batam Suwarso.

“Iya, minggu kemarin. Mereka mengajukan untuk tutup permanen, tapi kami memberikan opsi lain,” katanya.

Opsi yang diberikan, kata Suwarso, yakni memberikan waktu selama 3 bulan ke tenant tersebut. Selama 3 bulan, tenant itu boleh tidak menempati konternya dan tidak perlu membayar sewa ke Hang Nadim.

“Karena alasan sepi, kami memberikan jangka waktu. Jadi, Juni, dia boleh buka dan aktif kembali. Karena diprediksi, Juni penumpang kembali ramai. Selama Maret, April, dan Mei, tenant tidak perlu membayar sewa,” tuturnya.

Suwarso mengatakan hingga kini baru satu tenant menyatakan niat menutup usahanya di Hang Nadim. Namun, terkait keluhan turunnya pendapatan, Suwarso menga-takan hampir sebagian besar tenant mengaku pendapatannya turun signifikan.

Karenanya beberapa tenant mengajukan supaya MOB (minimal omzet bruto) di Hang Nadim diturunkan.

Selama ini, kata dia, MOB ditarik 10 persen dari hasil pendapatan tenant per bulan.

“Memang ada mengajukan agar MOB diturunkan. Tapi pengaturan MOB ini sesuai Perka (Peraturan Kepala BP Batam). Lagipula yang ditarik itu 10 persen dari pendapatan. Tapi, apabila banyak yang mengajukan keberatan, silakan mengajukan surat. Tentunya ini bisa jadi landasan untuk pengajuan perubahan tarif MOB,” jelasnya.

Sedangkan terkait penurunan penumpang ini, Suwarso mengatakan pihak bandara tidak bisa berbuat banyak. Penyebab penurunan penumpang ini karena mahalnya harga tiket, sehingga menurunkan animo masyarakat menggunakan transportasi udara.

Dari data Hang Nadim, pada Januari 2018 penumpang yang datang, berangkat maupun transit di Hang Nadim bersejumlah 508.556 orang. Namun pada Januari 2019, jumlahnya turun menjadi 389.492 penumpang. Terdapat penurunan sebesar 119.094.

Sementara pada Februari 2019, juga terjadi penurunan. Februari 2018 terdapat 453.033 penumpang, sedangkan pada Februari 2019 turun menjadi 314.474 penumpang.

“Ada penurunan sebanyak 138.659 orang. Penurunan jumlah penumpang ini, tidak hanya faktor low season saja, tapi juga karena mahalnya harga tiket,” ungkapnya sembari memprediksi penurunan jumlah penumpang akan terjadi hingga awal April nanti.

Gerai Oleh-oleh Tutup Bisa Picu PHK

Sementara itu, penerbangan yang semakin hari semakin sepi akibat tingginya harga tiket dan bagasia berbayar serta kondisi ekonomi yang makin sulit, makin berimbas pada pelaku usaha oleh-oleh di Batam.

Beberapa pusat oleh-oleh yang biasa beroperasi di Bandara Hang Nadim Batam memilih menutup gerai mereka karena omsetnya terjun bebas.

Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Batam Rudi Sakyakirti mengatakan melihat kondisi seperti itu tentu memberikan dampak yang tidak bagus terhadap penjualan mereka. Selama ini, kata dia, bandara menjadi salah satu sentral dalam meningkatkan omzet mereka.

“Sekarang bagasi sudah bayar, jadi penumpang yang biasa beli jadi mengurungkan niatnya. Hal ini berdampak terhadap pendapatan pelaku usaha oleh-oleh,” kata dia, Jumat (15/3).

Diakuinya, kondisi ini tidak terelakkan. Pelaku usaha berusaha bertahan meskipun mengurangi jumlah karyawan mereka. Beberapa waktu lalu, Rudi menyebutkan memang ada pelaku usaha oleh-oleh yang berkonsultasi terkait hal ini.

“Mereka tanya mekanisme untuk pemutusan hubungan kerja. Karena keadaan saat ini memaksa mereka melakukan pengurangan,” bebernya.

Mantan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Batam ini menjelaskan jika perusahaan memutus hubungan kerja sebelum sisa kontrak berakhir, perusahaan wajib membayar sisa kontrak pekerja.

“Namun kalau kontrak pekerja berakhir sesuai kesepakatan dan perusahaan tidak melanjutkan itu tidak masalah,” ujarnya.

Pengurangan karyawan merupakan solusi agar perusahaan bertahan. Namun, dampaknya jumlah pencari kerja semakin banyak.

“Kalau perusahaan punya 10 karyawan dan diputus lima orang. Maka lima orang tersebut menjadi pengangguran,” sebutnya.

Rudi menambahkan kondisi ini masih baru. Ia berharap ke depan ada perubahan terhadap harga tiket, sehingga penerbangan kembali ramai dan oleh-oleh Batam kembali berjaya dan menyerap tenaga kerja.

“Mudah-mudahan ke depan ada kebijakan (baru). Semua berdampak baik segi ekonomi maupun angka pencari kerja,” tuturnya.

Disinggung mengenai jumlah perusahaan yang tutup, Rudi mengaku belum mengetahui data terbaru. Untuk usaha yang kecil-kecil belum ada laporan totalnya.

“Belum ada info terbaru,” tutupnya.

Sementara itu, sejumlah pencari kerja tengah mengurus kartu kuning atau AK1 sebagai syarat mencari pekerjaan di Kantor Disnaker Batam. Rata-rata mereka merupakan pendatang dari daerah lain. Zainal, 26, misalnya mengatakan memperpanjang AK 1 miliknya yang sudah habis masa berlakunya.

Pria asal Jawa Tengah ini mengaku sudah hampir tujuh bulan mencari pekerjaan ke perusahaan yang ada di Batam, namun belum ada panggilan.

“Setiap hari saya jalan sama kawan keliling-keliling ke perusahaan tapi belum ada jawaban,” katanya.

Ia mengaku kesulitan mencari pekerjaan dan harus bersaing dengan ribuan pencaker lainnya. Di Batammindo, kata dia, setiap hari ramai pencari kerja.

“Ada kawan baru sesama pencaker tapi sudah banyak juga yang bekerja. Rata-rata kenalan sesama pencaker yang perempuan cepat dapat kerja,” imbuhnya.

(yui/ska)

Update