Kamis, 25 April 2024

Pembelian Solar Dibatasi, Angkot Blok Gerbang SPBU

Berita Terkait

batampos.co.id – Puluhan angkot menutup pintu keluar stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Tanjunguncang, Kamis (21/3) pagi sekitar pukul 09.00 WIB. Para sopir protes dengan pembatasan jumlah pembelian bahan bakar minyak (BBM) jenis solar yakni hanya Rp 50 ribu sekali isi.

Aksi blokade ini sempat menghambat aktifitas kendaraan lain yang beli BBM di SPBU yang sama. Kendaraan tak bisa keluar sebab puluhan angkot tadi menutupi gerbang keluar SPBU.

“Hampir stengah jam juga terkurung. Untung dekat polsek jadi cepat ditanggapi bapak-bapak polisi ini,” ujar Agus, petugas SPBU yang berjaga di pompa pengisian solar.

Aksi blokade SPBU ini bermula dari penolakan petugas SPBU untuk melayani pembelian solar senilai Rp 100 ribu tanpa kartu brizzi oleh salah satu sopir Anugerah sebelum blokade berlangsung. Penolakan ini beralasan sebab Pertamina tidak mengizinkan SPBU untuk melayani angkot yang membeli solar tanpa menggunakan kartu Brizzi. “Aturan Pertamima seperti itu tapi karena pertimbangan lain akhirnya dikasi Rp 50 ribu (sekali isi). Tak ada kartu Brizzi dia,” ujar Agus.

Penolakan ini membuat sopir angkot tadi naik pitam sehingga memanggil rekan-rekannya yang lain untuk blokade SPBU tadi.

Pengelolah SPBU Tanjunguncang Sumardi, menyayangkan kejadian tersebut. Dia berharap agar para sopir angkot segera melengkapi fasilitas kartu pengisian BBM tersebut sehingga tidak terjadi penolakan seperti itu lagi.

“Petugas kami tidak salah. Aturan memang seperti itu. Kalau mau beli solar ya pakai brizi. Itu aturannya,” kata Sumardi.

Pembelian menggunakan kartu brizzi bertujuan untuk mengontrol pembelian BBM. Jika pemegang kartu berniat untuk mengisi lebih banyak dari kuota yang ditentukan tentu tidak bisa karena sistem punya catatan tersendiri dan hanya boleh 30 liter perhari untuk satu pemegang kartu brizzi.

“Sistem ini bagus sebenarnya biar tak ada kecurangan-kecurangan. Terus terang, untuk stok masih ngos-ngosan juga sampai saat ini. Delapan ton sekali diantar paling bertahan lima jam. Kalau yang pakai rekomendasi banyak tiga jam sudah habis malah,” tutur Sumardi.

Jonathan Sinaga perwakilan dari Organda Batam di lokasi SPBU mengaku, segala fasilitas untuk kelancaran operasional angkot telah dipenuhi oleh pihak koperasi dan juga organda. Termasuk kartu brizzi, pihak organda bahkan telah mengupayakan satu angkot dua kartu.

Kenapa sampai ada angkot yang beli solar tanpa kartu? Jonathan mengaku belum tahu pasti. Bisa jadi hilang, dialihkan ke kendaraan lain atau bisa juga disalahkan gunakan oleh sopir angkot tadi sendiri.

“Kalau itu (kenapa tidak ada) saya tak bisa komen. Tapi pada dasarnya kami sudah fasilitasi, bahkan sampai dua kartu dengan kuota 30 liter per kartu per hari. Silahkan tanya langsung ke mereka (sopir angkot) kenapa tak ada kartu,” kata Jonathan.

Beberapa sopir angkot saat dimintai tanggapan memberikan jawaban yang bertentangan. Mereka enggan menggunakan kartu tersebut karena keberatan jika sekali isi harus 30 liter.

“Kami ini nambang pak, jadi tak tentu pendapatan. Kadangan banyak kadang sedikit. Kalau pakai kartu itu saat isi harus 30 liter walau penghasilan lagi bagus atau tidak. Jadi keberatan pak,” kata Udin, seorang sopir

Kapolsek Batuaji Kompol Syafruddin Dalimunthe saat dikonfirmasi membenarkan kejadian itu. Untuk mencegah kejadian serupa kedepanya pihak angkot diharapkan melengkapi fasilitas kartu yang dibutuhkan sehingga tidak saling menyalahkan.

“Jangan mau menang sendiri. Jalani sesuai aturan yang ada. Kalau seperti inikan kesannya memaksa. Lengkapi kartu pasti akan dilayani dengan baik,” ujar Dalimunthe. (eja)

Update