Rabu, 24 April 2024

Empati Indonesia untuk Masjid An-Noor, Christchurch

Berita Terkait

Suhu menggigil di akhir musim dingin, menyergap lapisan kulit terluar. Dingin, sejuk, tapi tidak menyurutkan ratusan bahkan ribuan orang dari berbagai bangsa, ras dan agama datang di muka Masjid An-Noor, masjid yang menjadi saksi bisu. Saksi akan sebuah peristiwa teror memilukan, Jumat kelabu (15/3) sepekan kemarin.

Masjid Al Noor memang masih diselimuti duka, namun bukan berarti menjadi sepi. Sejak kejadian Jumat satu pekan lalu, setiap harinya selalu ada ribuan doa dan empati di depan pagar masjid.

Bahkan bukan hanya umat Muslim yang menyempatkan diri untuk salat lima waktu saja, tetapi juga mereka yang berbeda agama dan keyakinan. Mereka datang untuk menunjukkan emaptinya terhadap korban.

Mereka datang dari berbagai penjuru Selandia Baru, menuliskan tanda cinta, empati, juga doa mereka lewat kapur berwarna-warni. Empati pun ditunjukkan melalui deretan ribuan bunga dan lilin yang dijejerkan di gerbang Masjid An-Noor.

Apalagi, Hari Ahad (24/03) adalah hari kedua Masjid An-Noor dibuka untuk umum. Kami, Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang tengah berada di Kota Christchurch, juga menyempatkan diri untuk singgah dan menunaikan salat di masjid yang menyimpan cerita besar tersebut.

Tercatat, sekitar 42 orang jemaah salat Jumat di Masjid An-Noor, wafat syahid ditembak peluru teror di atas karpet masjid ini.

Termasuk korban penembakan pertama, Haji Mohammed Daoud Nabi, yang wafat diberondong peluru, usai menyapa si pelaku teror dengan sapaan ramah “Hello brother” di pintu depan masjid.
Empati Indonesia sampai ke Christchurch

Menerima undangan langsung dari Shagaf Khan selaku President Masjid An-Noor, N Imam Akbari selaku Senior Vice President ACT menyampaikan rasa dukanya yang mendalam. Imam mengatakan, emosinya bergemuruh ketika menginjakkan kaki pertama kali di teras depan Masjid An-Noor. Ia bercerita, di teras yang ia pijak inilah – Haji Mohammed Daoud Nabi – si kakek yang ramah asal Afghanistan itu wafat syahid.

“Kami mencoba merasakan apa yang saudara-saudara kita alami sepekan yang lalu. Dimulai dari pintu teras masjid ini, sampai ke mimbar di dalam masjid. Sungguh perjalanan napak tilas yang emosional. Kami benar-benar merasakan bahwa ajal itu seperti begitu dekat, dan kita tidak ada yang tahu,” jelas Imam.

Di hadapan Shagaf Khan, Imam pun menyampaikan doa dan empati Bangsa Indonesia yang dititipkan melalui ACT.

“Saya menyempatkan untuk salat tahiyatul masjid juga salat gaib di masjid ini. Semoga semua saudara Muslim kita yang wafat di masjid ini, semuanya syahid. Untuk mereka yang terluka, diberikan kesehatan paripurna sampai pulih kembali,” ujar Imam berbincang dengan Shagaf Khan.

Melalui Shagaf Khan pula, Tim ACT menitipkan amanah berupa bantuan dana pemeliharaan Masjid An-Noor.

“Alhamdulillah, ada 5.000 sampai 6.000 Muslim termasuk anak-anak yang tumbuh, tinggal, dan menyiarkan Islam di Christchurch. Muslim yang berasal dari sekitar 70 kebangsaan di seluruh dunia. Kami bersatu di Masjid An-Noor, kami melaksanakan salat kami di masjid ini, masjid terbesar di Christchurch. Setiap jumat lebih dari 300 jemaah tunaikan salatnya di sini,” tutur Shagaf.

Kepada Tim ACT, Shagaf Khan menitipkan pesan, agar bangsa Indonesia tidak berhenti untuk mengirimkan doa kepada seluruh korban syahid, juga korban terluka pascateror kejam satu pekan lalu. Termasuk juga doa untuk Sang Imam Masjid An-Noor.

Diketahui, Sang Imam masjid berhasil menyelamatkan diri dari serangan teror di hari Jumat itu.

“Imam salat kami berkebangsaan Mesir. Alhamdulillah selamat. Namun mengalami rasa trauma yang berat. Mohon doanya untuk imam kami, guru spiritual kami di Masjid An-Noor ini agar segera kembali pulih.” [*]

Update