Kamis, 25 April 2024

Pangkas 65 Persen Biaya Logistik Batam-Singapura

Berita Terkait

foto: batampos.co.id / cecep mulyana

batampos.co.id – Mahalnya tarif logistik pengangkutan laut Batam-Singapura sudah lama menjadi persoalan yang meng-hambat dunia usaha.

Badan Pengusahaan (BP) Batam bersama dengan Pelindo I akan memodernisasi crane di Pelabuhan Batuampar untuk meningkatkan kapasitas bongkar muat kontainer dan menekan biaya.

Wacana ini merupakan amanah dari Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK). JK berkunjung ke BP Batam untuk mengevaluasi pengembangan Pelabuhan Batuampar dari sisi penurunan tarif logistiknya, Selasa (2/4/2019).

“Saya rapat dengan Menko Perekonomian, wali kota, dan Kepala BP Batam ingin meyakinkan bahwa efisiensi di Pelabuhan Batuampar bisa jalan sehingga biayanya tidak lebih mahal dibandingkan dengan pelabuhan lain,” kata JK usai rapat di BP Batam, Selasa (2/4/2019).

JK memberikan target, biaya logistik laut dari Batam ke Singapura bisa dipangkas hingga 65 persen lebih. Untuk tarif logistik kontainer ukuran 40 feet, JK menargetkan turun dari 714 dolar Amerika Serikat (AS) menjadi 250 dolar AS saja. Kemudian tarif logistik untuk kontainer ukuran 20 feet turun dari 534 dolar AS menjadi 169 dolar AS.

Menurut JK, selama ini tarif logistik dari Batuampar ke Singapura sangat mahal karena ada biaya-biaya tambahan yang sebenarnya tidak perlu. Dan hal ini terjadi, salah satunya, karena kapasitas crane yang kecil.

“Biaya-biaya tak perlu itu terjadi karena crane di sana masih crane biasa, bukan gantry crane. Lalu masih ada gudang-gudang yang tak digunakan,” paparnya.

Dengan biaya logistik yang lebih murah, maka tarif Pelabuhan Batuampar tidak akan lebih mahal daripada Pelabuhan Tanjungpriok, Jakarta.

Di tempat yang sama, Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam Edy Putra Irawadi mengatakan, ada sejumlah biaya yang membuat biaya logistik di Batam menjadi mahal. Persoalan ini sudah disampaikan ke Wapres, beberapa waktu lalu.

“Biaya handling, terminal, dan standarisasi lebih tinggi dari biaya sea freight atau pengangkutan laut,” ujarnya.

Persoalan handling ini disebabkan crane Pelabuhan Batuampar yang sangat kuno sekali. Dalam satu jam hanya bisa mengangkut 5 TEUs saja.

Karena rendahnya kemampuan crane kuno Batuampar tersebut, banyak kapal pe-ngangkut barang terpaksa menginap hingga dua hari saat mengangkut barang dari Batam. Persoalan ini membuat alur pengiriman barang menjadi lambat dan biayanya menjadi lebih mahal.

Ditambah lagi, pelabuhan yang juga tak kalah kunonya tersebut tidak memiliki container yard yang mumpuni untuk menampung barang. Pelabuhan ini juga tak bisa disandari kapal sekelas superpanamax karena kapasitasnya yang minim.

Akibatnya banyak pengiriman dari Batam diangkut dengan kapal kecil menuju ke Singapura untuk diisi ke dalam kapal yang lebih besar, baru kemudian berangkat ke daerah tujuan ekspor. Tidak ada jalur langsung menuju Batam, pengiriman harus melalui negeri tetangga.

“Ini yang bikin mahal karena prosesnya bisa sampai berulang kali,” ucapnya.

Maka solusi untuk menurunkan biaya logistik adalah dengan mendatangkan Harbour Mobile Crane (HMC).

“Kami carikan HMC yang bisa dalam satu jam angkut 45 TEUs. Kapal pun tak perlu menginap,” ungkapnya.

Untuk mendatangkan HMC, BP Batam akan bekerja sama dengan Pelindo I. Pelindo I ini akan mendatangkan tiga HMC ke Batam. Selain itu, juga akan mengembangkan terminal supaya lebih efisien.

“Jadi dengan Pelindo ada pengembangan pelabuhan. Ketika ada kiriman eksportir, bisa langsung ke Batam. Proses ini akan kita kejar sampai April berakhir,” paparnya.

Selain mendatangkan HMC, BP Batam berkonsolidasi dengan perusahaan pelayaran agar bisa terjadi koordinasi yang harmonis.
Sedangkan Direktur Umum (Dirut) Pelindo I, Bambang Eka Cahyana mengatakan Pelindo I akan mendatangkan tiga unit HMC dan sejumlah peralatan lainnya untuk memodernisasi Pelabuhan Batuampar. Total investasi untuk tahap pertama ini mencapai Rp 200 miliar.

“Nanti dalam satu bulan akan ada perubahan kegiatan pelabuhan, dimana produktivitas pelabuhan akan tinggi,” ucapnya.

Mendatangkan HMC merupakan program jangka pendek antara Pelindo I dan BP Batam. Sedangkan program jangka menengahnya adalah perluasan pelabuhan. Tujuannya agar kapal-kapal besar yang bisa mengangkut barang hingga 2.500 TEUs bisa masuk ke Batam. Total investasi untuk program yang diperkirakan akan berjalan setahun ini mencapai Rp 1 triliun.

Ia yakin tidak akan ada lagi kapal yang menginap di pelabuhan Batam. Karena pada dasarnya standar menginap untuk kapal tidak boleh lebih dari 12 jam. (leo)

Update