Kamis, 25 April 2024

SWRO Tak Cukupi Warga Belakangpadang

Berita Terkait

batampos.co.id – Krisis air bersih di Kecamatan Belakangpadang belum bisa teratasi secara maksimal. Meskipun Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) sudah kembali bekerja ternyata belum sanggup memenuhi kebutuhan air.

“Yang harus dilayani itu hampir dua ribu pelanggan. Dengan kondisi waduk kering dan SWRO baru aktif tentu belum bisa maksimal. Jadi, mohon warga bersabar,” kata Unit Pelaksana Tugas (UPT) SWRO Dian Efsa, Sabtu (20/4).

Saat ini produksi SWRO hanya 8 kubik per jam. Jumlah produksi ini lebih rendah sebelum perbaikan sistem yang mencapai dua kali lipat. Untuk solusinya petugas harus menggilir pendistribusian air untuk warga.

“Hanya seperlima kami bisa penuhi dari kebutuhan warga. Setiap hari kebutuhan warga itu mencapai seribu ribu kubik. Sebanyak 800 kubik dari 200 kubik dari SWRO,” terangnya.

Untuk produksi air saat ini SWRO tidak bisa beroperasi selama 24 jam penuh. Oleh karena itu produksi air juga tidak maksimal. Solusi lainnya, petugas berusaha mengolah air bersih dari debit air yang tersedia di Dam Belakangpadang.

“Meskipun tidak banyak, tapi kami tetap berusaha memenuhi kebutuhan air mere-ka. Pendistribusian air juga akan digilir,” lanjutnya.

Ia meminta kepada warga tidak menggunakan pompa air. Kondisi air yang terbatas belum bisa memenuhi semua kebutuhan.

“Kami turun terus untuk memastikan jangan ada warga yang pakai pompa. Nanti kasihan warga yang lain masih banyak yang butuh, sedangkan air terbatas,” imbaunya.

Kondisi waduk saat ini, hampir semua waduk mengalami kekeringan. Musim kemarau yang sudah berlangsung selama enam bulan membuat debit air tidak bertambah, sedangkan kebutuhan setiap hari ada.

“Semua sudah mulai mengering. Kondisi ini karena faktor alam,” sebutnya.

Camat Belakangpadang Yudi Admajianto mengatakan, krisis air memang sudah terjadi beberapa bulan ini. Kondisi waduk yang menjadi salah satu sumber air bagi warga saat ini sudah kering.

“Warga harus antre ambil air ke dam. Karena untuk sa-luran dari SWRO baru juga pulih,” sebutnya.

Tidak sedikit dari warga yang berusaha untuk mendapatkan air bersih dari Batam.

“Mereka kadang beli dari luar. Karena air ini kebutuhan utama. Mau gak mau harus mereka penuhi. Musim kemarau jadi debit air di dam tidak ada bertambah sedang-kan kebutuhan ada terus,” lanjutnya.

ATB mulai mematikan produksi air di Waduk Sei Harapan, mulai Sabtu (20/4) pukul 00.00. Sehingga rationing atau penggiliran air mulai diberlakukan semalam.

(yui)

Update