batampos.co.id – Animo masyarakat Batam menggunakan transportasi udara menurun sejak Januari 2019. Kondisi ini berlangsung hingga saat ini. Akibat hal ini, tidak hanya para pelaku pariwisata yang mengalami kerugian.
Bandara Hang Nadim juga kehilangan pendapatan miliaran rupiah setiap bulannya. Target BP Batam ke Hang Nadim tahun ini sekitar Rp 270miliar, namun diyakini tidak akan tercapai. Karena grafik penumpang di Hang Nadim tidak mengalami kenaikan hingga kini.
“Sebagian besar pendapatan kami itu berasal dari PSC (Passanger Service Charge),” kata Direktu Badan Usaha Bandar Udara Hang Nadim, Suwarso, Jumat (10/5).
Hang Nadim menarik PSC untuk sekali jalan di penerbangan domestik sebesar Rp 60ribu. Sedangkan penerbangan internasional Rp 200ribu. “Tiap bulannya kami kehilangan penumpang ribuan orang,” ucap Suwarso.
Terkait kehilangan pendapatan ini, Suwarso mengaku Januari Bandara Hang Nadim hanya mampu mengumpulkan Rp 20 miliar dari PSC. Padahal bila dihitung-hitung berdasarkan data penumpang tahun lalu, harusnya setiap bulan Hang Nadim bisa mengumpulkan pundi-pundi uang hingga Rp 22miliar.
“Januari kami lost, Rp 2miliar. Februari sama. Sedangkan di Maret lebih tinggi lagi, kami lost pendapatan Rp 6 miliar. Dan April ini masih belum rekap, tapi perkiraan kami kehilang pendapatan diangka Rp 3 hingga 4 miliar,” ucapnya.
Ia mengatakan kondisi ini akan terus berlangsng hingga akhir tahun. Karena, ia tidak memungkiri tingginya harga tiket, sangat mempengaruhi keinginan masyarakat menggunakan transportasi udara.
BP Batam, kata Suwarso telah mengetahui kondisi ini. Ia mengatakan tidak bisa berbuat banyak atas kondisi ini. Karena kehilangan pendapatan dan penumpang ini, tidak hanya dialami oleh Hang Nadim saja. Tapi juga beberapa bandara lainnya di Indonesia. “Setahu saya, saat rapat di Otban Medan. Medan dan Pekanbaru juga,” ucapnya.
Langkah apa yang akan diambil Hang Nadim? Suwarso mengatakan pihaknya hanya bisa memonitor kondisi ini. Serta meningkatkan fasilitas dan pelayanan. “Kalau masukan kami lakukan dengan berjenjang. Kami sampaikan ke Otban Medan, lalu dari Otban ke Dirjan Perhub terus ke atasnya (Menteri hingga Presiden),” ujarnya.
Ia berharap pemerintah bisa memperhatikan hal ini. Karena saat ini, harga tiket masih betah berada level Ambang Batas Atas. Kondisi membuat semua orang kelimpungan. Baik masyarakat, pelaku pariwisata, pengusaha di kawasan Hang Nadim maupun pengelola bandara.
“Sekiranya, pemerintah dapat mengkaji ulang tarif batas atas. Lalu maskapai, jangalah menggunakan tarif level atas,” ungkapnya.
Hingga kini, pembatalan penerbangan di Hang Nadim masih terus berlanjut. Walaupun sudah akan memasuki peak season jelang lebaran, namun pembatalan penerbangan masih terjadi. “Sehari 14 penerbangan,” ucap Suwarso.
Akibat tingginya harga tiket ini. Suwarso mengaku pemesanan tiket lebaran masih belum ada lonjakan, dibandingkan tahun lalu. “Tiket mudik masih banyak tersedia. Kami akan coba cek lagi Senin atau Selasa depan,” pungkasnya. (ska)