Sabtu, 20 April 2024

Hari Pertama PPDB, Sistem di SMPN 6 Mengalami Gangguan, Ibu-ibu Protes

Berita Terkait

Orangtua calon siswa menunggu proses verifikasi data dengan sistem online di SMPN 06 Batam

batampos.co.id – Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMPN 6 Sungai Panas, Batam mengalami gangguan. Gangguan tersebut berasal dari leletnya sistem yang memproses data identitas calon siswa, alamat orangtua siswa menggunakan google maps secara online.

Akibatnya, kuota pelayanan terhadap 60 pendaftar di sekolah ini tidak bisa terpenuhi. Sebagian pendaftar yang masih terkendala pada proses pencetakan surat keterangan sebagai bukti pendaftaran ini, harus kembali lagi besok untuk mengambil berkas tersebut.

Kepala SMPN 6 Batam, Wagiyem menjelaskan, pihaknya terpaksa meminta kepada orangtua siswa untuk kembali lagi pada besok harinya, karena memang butuh waktu lama untuk memproses data yang telah tertulis secara manual sebelumnya itu. Belum lagi kendala-kendala lain semisal pilihan yang tidak muncul, alamat yang tidak terdata di google maps dan sebagaimnya yang memang memperpanjang proses yang ada.

Kepala SMPN 6 Batam, Wagiyem

“Kami ingin cepat, tapi memang masalahnya ada di sistem jadi tidak bisa kita paksakan,” kata Wagiyem ketika ditemui di ruangnya pada Selasa (14/5).

Pada prosesnya, Wagiyem menjelaskan, sekolah yang terletak persisi di pinggir jalan ini sudah menyediakan empat operator untuk melayani 60 pendaftar setiap harinya. Dari jumlah tersebut, baru ada sekitar 50 pendaftar yang sudah diproses secara tuntas, sementara sisanya masih harus kembali ke sekolah untuk mengambil hasil pencetakan berkas pendaftaran tersebut.

Terkait dengan adanya protes dari ibu-ibu akan kendala tersebut, Wagiyem mengaku telah menjelaskan titik persoalannya. Ia meminta calon pendaftar bisa memahami persoalan yang dihadapi tersebut.

Sebelum PPDB untuk hari pertama ini berakhir pada pukul 12.30 WIB, memang suara protes terdengar dari beberapa orangtua calon pendaftar di sekolah yang menyediakan jatah 352 siswa baru ini. Tidak hanya menyoal persoalan sistem, mereka juga khawatir anak-anaknya tidak bisa lolos ke sekolah yang tergolong favorit tersebut, hingga akhirnya terpaksa bergeser ke sekolah swasta.(bbi)

Update