Rabu, 24 April 2024

20 Ribu Kuburan Hasil Karya Pak Eko di TPU Taman Langgeng Kota Batam

Berita Terkait

batampos.co.id – Profesi sebagai penggali kuburan, terdengar menyeramkan dan tidak biasa bagi masyarakat Indonesia. Kesan horor, langsung terngiang ketika membicarakan kata kuburan, yang akhirnya membuat profesi ini tidak banyak orang mau mengeluti pekerjaan tersebut.

Meskipun demikian, keberadaan penggali kuburan tidak bisa diremehkan. Karena keberadaan mereka sangat membantu masyarakat yang mengalami kemalangan dan ingin menguburkan jenazah keluarganya.

Masyarakat Batam Khususnya mereka yang memakamkan keluarganya di Taman Pemakaman Umum (TPU) Taman Langgeng, Sungai Panas, Batam Kota, nampaknya harus berterimakasih kepada salah satu penggali kubur di sana yaitu Eko.

Pria 46 tahun itu adalah penggali kuburan di TPU Taman Lenggeng selama 20 tahun. Berkat dedikasinya sejak tahun 1999 itu, setidaknya ada sekitar 20 ribu liang yang telah berhasil ia siapkan bagi masyarakat yang telah mendahului kita ini.

Eko atau Pak Unyil saat beristirahat di sekitar Taman Pemakaman Umum Taman Langgeng, Sungai Panas. Foto: Bobi/batampos.co.id

Kepada batampos.co.id, Eko, menceritakan awalnya tidak pernah berfikir untuk menjadi penggali kuburan. Apalagi sampai waktu yang cukup lama seperti saat ini. Namu perlahan tapi pasti, profesi ini seolah mengikatnya untuk tetap bergelut dengan peristirahatan terakhir jenazah ini.

Padahal tukang gali kuburan ini tidak menjanjikan secara finansial. Eko yang lebih populer dengan nama Pak Unyil ini menuturkan, mereka tidak memiliki gaji tetap layaknya pegawai.

Mereka hanya dibayar berdasarkan upah menggali dan kreativitas mereka membuat dan menjual batu nisan dan sebagainya. Akan tetapi hal tersebut tidak membuatnya dan rekan sesama penggali kuburan meninggalkan profesi tersebut.

Karena menurutnya, ada hal yang tidak bisa diukur dengan nominal uang. “Pertama kali menjadi penggali kubur kami hanya dibayar Rp 15 ribu untuk satu liang lahat dan uang itu dibagi dengan beberapa temen yangikut menggali,” ujarnya, Rabu (22/5/2019).

Menurutnya, saat itu rupiah tersebut sudah cukup besar. Terlabih Kota Batam belum padat seperti sekarang. “Waktu itu kita tidak setiap hari menggali, tapi kadang ada juga yang satu hari bisa menggali beberapa liang. Kalau sekarang ramai setiap hari ada saja,” kata Eko lagi.

Hampir Terkubur Bersama Jenazah

Selama bertahun-tahun menggali kuburan, Eko mengaku cukup banyak menemukan pengalaman unik. Mulai dari hal-hal mistis dan menyeramkan, juga terkadang hal tak biasa yang mengundang tawa.

Di antara banyak pengalaman tersebut, Eko mengaku ada satu pengalaman yang membuatnya ketakutan. Yakni pengalaman terkubur bersama jenazah yang akan ia kuburkan.

Lebih menakutkan lagi, kejadian pada 2008 itu berlangsung di malam hari, dengan penerangan yang sangat minim. Eko menceritakan, hal itu terjadi ketika mereka mendapakan pesanan untuk menggali liang lahat untuk jenazah laki-laki berumur sekitar 50 tahun.

Setelah menyiapkan segalanya, Eko dan kawannya kedatangan jenazah pada malam itu. Ia mengaku tidak mengetahui secara persis latarbelakang meninggalnya jenazah ini. Terlebih tidak ada satu orang pun keluarga dari almahur yang ikut membantu.

Penguburan hanya dilakukannya bersama rekan-rekannya sesama penggali kuburan saja. Saat Eko telah berada di dalam liang lahat bersama jenazah dan siap untuk mengazankan sebelum akhirnya dikuburkan.

Sementara itu rekannya yang lain, menunggu di sekitar lokasi tersebut, berjarak beberapa langkah dari liang dimana Eko ada di dalamnya. “Kalau kita sesama penggali kuburan ya tidak terlalu memperhatikan, kalau ada kode dari kawan sudah selesai baru bergerak untuk menguburkan,” kata Eko.

Warga Kota Batam melakukan ziarah ke pemakaman keluarganya TPU Taman Langgeng, Sei Panas. Foto: Cecep Mulyana/batampos.co.id

Saat tengah mengazankan, tiba-tiba tanah yang ada di bagian atas makam ini roboh dan menimpa Eko. Ia pun terkubur bersama jenazah tersebut sekitar 15 menit, sebelum rekannya menyadari dirinya tertimbun tanah.

Saat itu, Eko mengaku sempat berbicara pada jenazah tersebut agar tidak mengajaknya mati bersama, ia beralasan masih banyak dosa dan anaknya masih kecil. “Saya bilang kalau mau mati jangan ngajak-ngajak, anak saya masih kecil, anak pertama lagi,” kata laki-laki kelahiran tahun 1973 itu.

Menurutnya, lantunan azan yang tidak tuntas, lanjutnya menjadi alasan dirinya ditemukan. Ketika itu, temannya yang menunggu cukup lama dan sempat mendengarkan suara azan darinya.

Merasa ada yang tidak beres, temannya kemudian menghampiri liang lahat dimana Eko tertimbun. Mengetahui hal tersebut, sang kawa kemudian langsung berupaya menarik Eko dari dalam kuburan itu.

Ketika itu, tiba-tiba rasa takutnya perlahan berkurang dan hilang, meskipun demikian Eko mengaku terus melafalkan istigfar, memohon ampun kepada tuhan dan tidak ingin mengulangi pengalaman menakutkan tersebut.

“Sampai sekarang masih teringat kejadian itu, tapi saya tetap menggali kuburan sampai sekarang,” lanjutnya. Lebih jauh, Eko mengaku saat ini kegiatannya menggali kuburan memang menjadi lebih sering, seiring dengan semakin padatnya masyarakat Kota Batam.

Dalam sehari ia mengaku biasanya minimal menggali tiga liang baru dan jumlah itu akan bertambah pada momen hari libur nasional, karena memang angka kecelakaan lalu lintas meningkat pada momen libur tersebut.

Perubahan itu diikuti dengan peningkatan biaya pemakaman di lokasi tersebut. Jika pada awal ia menggali kuburan dibayar Rp 15 ribu, saat ini biaya penggalian, penyediaan papan, dan administrasi pemakaman menelan biaya sebesar Rp 1,3 juta untuk jenazah dewasa, sementara untuk anak-anak dikenai biaya Rp 500 ribu.

“Kadang ada juga permintaan dari pihak keluarga untuk dibukurkan satu makam, itu biasanya kita kenai biaya tambahan, karena memang beresiko ketemu tulang belulang. Tapi biaya tambahannya terserah mereka, kita tidak tentukan,” kata Eko lagi.(bbi)

Update