batampos.co.id – Merangkai janur kelapa menjadi ketupat memiliki kesan tersendiri bagi perempuan-perempuan pesisir di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Mereka rela belajar mati-matian agar tidak tertimpa musibah.
“Kalau perempuan Melayu tidak bisa bikin ketupat, pas mati nanti dia akan menanggung Burut (penyakit yang disebabkan karena isi perut turun atau turun berok),” kata Sakyah, wanita sepuh yang tinggal di Kampung Monggak, Kelurahan Rempang Cate, Kecamatan Galang kepada batampos.co.id, belum lama ini.
Wanita 90 tahun itu mengatakan, mereka bukan hanya menanggung burutnya sendiri, namun juga burut orang lain juga harus ditopang.
Penyakit itu menjadi bayangan yang mengerikan bagi dirinya dan perempuan-perempuan pesisir lainnya. “Kata orangtua kami dulu, kita harus angkat Burut orang, burut itu sejuk sekali katanya,” tutur Sakyah dengan mimik muka serius.
Meski tidak mengetahui secara pasti mitos itu berasal dari mana, Namun Sakyah tetap meyakininya. Hal itu pula yang disampaikannya kepada empat anak perempuannya.
“Anak-anak saya juga menularkan keyakinan tersebut kepada anak-anaknya hingga saat ini,” jelasnya. Baca Juga: Jelang Lebaran Idulfitri Janur Kelapa Laris Manis di Kota Batam
Mariam, salah satu anak perempuan Sakyah membenarkan apa yang dituturkan ibunya tersebut. Karena takut terkena penyakit tersebut, dirinya mengaku belajar cukup keras agar bisa membuat ketupat.
Hasilnya saat usinya masih terbilang belia, Mariam sudah pintar merakit janur menjadi ketupat. “Takut menanggung Burut jika nantinya meninggal,” ujarnya.
Namun lanjutnya, saat ini, dirinya menyadari jika hal tersebut belum tentu benar. Meski demikian, ia melihat manfaat positif dari kemampuan membuat ketupat. Karena tidak harus mengeluarkan biaya besar untuk membeli ketupat jadi di pasar.
“Saya ajarkan juga anak-anak bikin ketupat, kalau mereka tidak mau, saya bilang matinya nanti menanggung Burut,” kata Mariam sembari ketawa.
Anak-anak melayu khususnya di pesisir Batam yang lahir di bawah tahun 1990-an umumnya diwajbkan dapat merangkai janur menjadi ketupat.
Tetapi saat ini kondisi tersebut, sepertinya tidak lagi dipaksanakan para orang tua. Pasalnya ketupat saat ini bisa langsung didapatkan di pasar-pasar, sehingga kemahiran membuat ketupat ini tidak lagi menjadi keharusan.(bbi)