Kamis, 25 April 2024

Singapura Stop Gunakan Sedotan Plastik

Berita Terkait

SEBANYAK 270 gerai makanan dan minuman di Singapura telah menghentikan penggunaan sedotan plastik dalam setiap transaksi kepada pelanggan mereka. Kebijakan ini baik. Namun oleh sejumlah pengamat industri, proses menghentikan penggunaan sedotan plastik bagi masyarakat Singapura ini juga masih mempunyai pekerjaan rumah yang banyak. Salah satunya, menangani limbah plastik yang sudah ada sebelumnya.

World Wide Fund for Nature (WWF) seperti dilansir dari Channel News Asia, Sabtu (8/6) kemarin menyebutkan, beberapa otlet lokal lainnya di Singapura juga tidak akan menggunakan sedotan plastik lagi mulai 1 Juli mendatang.

Langkah ini merupakan bagian dari inisiatif PACT (Plastic ACTion) oleh WWF, yang didukung oleh Badan Lingkungan Nasional dan Zero Waste Singapura.

Melissa Lam, seorang pengusaha yang perdana memulai bisnis sedotan dari bambu di negara tersebut menyebutkan, adalah pilihan bijak untuk menghentikan penggunaan sedotan plastik atau berbagai bahan plastik untuk konsumsi.

SEDOTAN atau pipet minuman yang terbuat dari bahan bambu. Sedotan ini bisa digunakan berkali-kali dan lebih berdampak baik buat lingkungan. Singapura telah mencanangkan bebas dari sedotan plastik mulai tahun ini.

”Ini jalan terbaik untuk menyelamatkan lingkungan. Menjalankan bisnis menjual sedotan yang dapat terurai di alam ini, menurutku adalah langkah yang besar untuk mulai mengubah dunia. Saya lebih melihatnya sebagai sebuah perubahan kecil tapi bermakna besar daripada sebuah prestasi,” ungkapnya merendah.

Ia menyebutkan, Singapura termasuk negara yang sedikit terlambat untuk mulai mengkampanyekan pembatasan penggunaan plastik ini.

”Tapi tak masalah. Semoga sikap terhadap penggunaan plastik ini semakin meluas,” ungkapnya.

Data AlphaBeta, The Final Straw dan the Cyan Project mendata, sebanyak 2,2 juta sedotan digunakan di Singapura setiap hari. (*)

Update