batampos.co.id – Salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Sarinah Persero akan berinvestasi di Batam. Sarinah berencana membuka Factory Outlet (FO) di depan landmark Welcome to Batam di Bukit Clara, Batamcentre.
FO adalah sebuah bisnis industri pakaian dengan konsep dasarnya yaitu menjual sisa barang dari pabrik kualitas ekspor yang dijual dengan harga terjangkau.
Pada awalnya FO merupakan solusi bagi pengusaha yang dilanda krisis himpitan ekonomi. Tapi saat ini, menjadi bisnis yang memproduksi barang yang akan dijual serta mendistribusikannya.
Khusus untuk Sarinah, FO yang akan dikembangkan diperkirakan akan berkiblat kepada trend atau gaya yang sedang berkembang di negara-negara maju dari Amerika dan Eropa.
Sehingga ditambahkan embel-embel “World” atau dunia sehingga menjadi Factory Wold Outlet.
Director Of Trading & Property PT Sarinah Property , Indyruwani Asikin Natanegara mengatakan Sarina memang berencana membuka FO untuk barang-barang bermerk dari luar negeri dan juga lokal.
“Kami tengah mencari informasi dan sangat bersyukur bisa diberikan kesempatan. Rencananya kami akan bangun FO di atas lahan seluas 3 hektar yang kami yakin semua orang kesana nanti,” tegasnya, Sabtu (22/6/2019).
Mengenai nilai investasi belum bisa dipaparkan karena baru bisa dipastikan setelah adanya penandatanganan fakta kerja sama antara BP Batam dan Sarinah.
Dari pemberitaan sebelumnya, diperkirakan barang-barang bermerk lokal didatangkan dari Nganjuk, Jawa Timur hingga Nagoya, Batam.
Sedangkan Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, Edi Putra Irawadi mengatakan BP Batam sangat yakin dengan potensi Batam dalam menggaet investasi baru.
Ia mengatakan BP Batam sudah mengantongi komitmen penanaman modal asing (PMA) seebsar Rp 12,7 triliun pada tahun 2020 mendatang.
“Rencana invesasi tersebut sebagai penanaman yang sudah siap atau sudah masuk pipeline. Kita tinggal eksekusi saja,” jelasnya.
“Saya perkirakan 10 ribu tenaga kerja bisa terserap dari investasi tersebut. Kami sudah punya komitmennya dan sudah punya detailnya,” ujarnya lagi.
Nilai komitmen investasi ini memang berangsur-angsur naik hingga saat ini.
Pada tahun, komitmen investasi yang sudah dikantongi BP Batam sebesar Rp 5,2 triliun, dimana Rp 1,1 triliun sudah terealisasi hingga April lalu.
“Ini belum maksimal. Kami harus manfaatkan peluang dari perang dagang dengan mendapatkan industri sunset dari Tiongkok atau dapatkan peluang investasi dari negara yang tak punya perjanjian perdagngan bebas dengan Indonesia,” katanya.
Mengenai industri sunset merupakan industri yang sedang mengalami masa kemunduran atau telah melewati masa puncaknya.
Akibat perang dagang dan digitalisasi industri menuju era 4.0, memang banyak industri dari negara maju yang tergeser perannya, contohnya industri tekstil.
Selain Tiongkok, India juga potensial untuk berinvestasi di Batam.
Konsul Jenderal India di Medan untuk Sumatera, Indonesia, Raghu Gururaj mengatakan bahwa India ingin mengekspolirasi potensi perdagangan antara India dan Batam.
“Saya tertarik dengan bagaimana Batam dikenal oleh dunia industri. Lokasi sangat strategis, jadi saya ingin tahu apa saja fasilitas yang ditawarkan Batam tentang pajak bea masuk impor dan ekspor barang komponen”, kata Raghu Gururaj.
Raghu mengatakan bahwa sejumlah perusahaan besar India yang bekerja sama secara patungan atau joint ventures dengan Afrika dan Eropa telah membuka substation di Indonesia juga menyampaikan niatnya untuk melihat kemungkinan ekspansi ke Batam.
“Industri india saat ini berkembang dengan pesat dan beberapa diantaranya sangat cocok dikalaborasikan dengan industri Batam seperti mulai dari industri manufaktur, telekomunikasi, infrastruktur, kesehantan dan pariwisata serta yang tak kalah menarik, ” pungkasnya.(leo)