Jumat, 29 Maret 2024

Semester Pertama 2019, Ekspor Komoditi Pertanian Melalui Batam Tembus Rp 3,6 Triliun

Berita Terkait

batampos.co.id – Badan Karantina Pertanian melalui Karantina Pertanian Kelas I Batam melepas ekspor 38 ton lebih kelapa dari PT Heng Guan Batam Industri ke Malaysia, Jumat (5/7/2019) sore.
Memasuki semester pertama tahun ini nilai ekspor komoditi pertanian senilai Rp 3,61 Triliun dengan volume ekspor 229.057 ton yang melalui Batam.
Sekretaris Badan Karantina Pertanian Pusat, Arifin Tasrif, yang melepas ekspor menegaskan, pihaknya sangat mendukung tumbuhnya industri hilirisasi kelapa.
Karena kata dia, kelapa dan turunannya dari hasil pengolahan industri, mampu menambah devisa negara melalui nilai tambahnya bagi petani.
Apalagi wilayah Kepri merupakan salah satu penghasil kelapa di Sumatera.
“Jangan hanya puas dengan mengekspor kelapa bulat saja, kalau bisa kelapa itu diolah sedemikian rupa sehingga nantinya nilai tambahnya akan meningkat untuk diekspor,” kata dia.
“Maka dari itu dibutuhkan kreativitas dan terobosan dari para eksportir yang tadinya mengekspor barang mentah, kedepannya bisa mengolah barang mentah itu menjadi setengah jadi,” ujarnya lagi.
Selama ini, lanjutnya, ekspor kelapa dari Kepri sendiri masih mengandalkan ekspor kelapa bulat, bukan yang diolah dengan negara tujuan Cina, Thailand, Malaysia dan Singapura.
Selama 2018 tercatat ekspor kelapa bulat dan turunannya dari Batam oleh PT Heng Guan Batam tembus 4 ribu ton lebih.
Nilainya ekspor mencapai Rp 31, 115 miliar dengan frekuensi ekspor sebanyak 205 kali dengan tujuan Malaysia dan Singapura.
Di tahun 2019 ini sampai bulan Juni, ekspor kelapa dari Batam mencapai 2 ribu ton lebih tujuan Singapura dan Malaysia sebanyak 102 kali ekspor dengan nilai ekspor Rp 12, 5 miliar lebih.
Ilustrasi mengupas kepala. Memasuki semester pertama tahun ini nilai ekspor komoditi pertanian senilai Rp 3,61 Triliun dengan volume ekspor 229.057 ton yang melalui Batam. Foto: Dokumentas Batam Pos
“Hal tersebut bagi kami merupakan pencapaian yang luar biasa yang bisa mendongkrak nilai tambah yang diterima petani kelapa saat ini,” terangnya.
Kata dia, untuk mendukung agar para pelaku usaha pertanian menggenjot ekspornya, Badan Karantina Pertanian Pusat memberikan kemudahan pelayanan sertifikasi ekspor.
salah satunya melalui layanan aplikasi online seperti PPK online dan inline inspection.
Serta fasilitas pencetakan draf sertifikat untuk melengkapi persyaratan sanitary and phytosanitary agar ekspor bisa diterima negara tujuan.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Batam, Joni Anwar, menegaskan, Batam merupakan daerah transit atau yang dilintasi oleh ekspor komoditi pertanian ke luar negeri dengan nilai ekspor sebesar Rp 20,695 triliun.
Dengan jumlah komoditi sebanyak 34 jenis seperti misalnya kakao, minyak sawit dan turunannya serta kelapa dan turunannya dari 49 kali ekspor dengan negara tujuan hampir semua benua tahun lalu.
Memasuki semester pertama tahun ini nilai ekspor komoditi pertanian senilai Rp 3,61 Triliun dengan volume ekspor 229.057 ton yang melalui Batam.
“Optimalisasi akselerasi ekspor di Kota Batam memerlukan kerjasama yang baik dengan berbagai pihak seperti misalnya Pemrov Kepri, Pemko Batam dan instansi terkait lainnya,” jelasnya.
“Sehingga menarik investor utuk membangun industri hilir. Karantina Batam siap memfasilitasi untuk pelayanan perkarantinaan.” ujarnya.
Sementara pemilik PT Heng Guan atau ekposrtirnya, Melita Indrayani, mengatakan, perusahaan yang dirintisnya sejak 1999 tersebut fokus dari awal yakni mengolah kelapa dan turunannya seperti kelapa hitam, ampas kelapa dan kopra untuk diekspor ke dua negara tetangga, Malaysia dan Singapura.
“Kelapa yang kami ekspor ini kami dapatkan dari Tembilahan, Tanjungbuntung, bahkan ada juga yang dari Palembang dan Pontianak dan sebagian kecil dari Kepri sendiri,” ujarnya.
Ia mengaku, untuk mendapatkan kelapa bulat di Kepri sendiri dalam jumlah banyak sangat sulit dan tak akan mampu.
Makanya kekurangannya harus dicari dari luar daerah Kepri.
“Sekarang ini kami olah kelap bulat itu menjadi bahan setengah jadi, karena manfaatnya dan nilainya meningkat dibandingkan kelapa bulat yang gelondongan,” katanya.
“Kelapa ini kami oleh jadi kopra ataupun santan. Begitu juga ampasnya juga kami ekspor,” ujarnya saat menerima phytosanitary certificate dari Balai Karantina Pertanian Batam terkait ekspor komoditi pertanian.(gas)

Update