Jumat, 19 April 2024

Komentar Kepala Dinas Tenaga Kerja Terkait Bertambahnya Jumlah Pengangguran di Kota Batam

Berita Terkait

batampos.co.id – Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Batam, Rudi Sakyakirti, mengatakan, setiap tahunnya angka pencari kerja masih didominasi dari luar Kota batam dan pekerja korban pemutusan hubungan kerja (PHK).

“Angkanya terbilang sama dan tidak jauh berubah setiap tahunnya yang mencapai 24 sampai 25 ribu pencari kerja,” ujar Rudi, Jumat (5/7/2019) lalu.

Dari total pencari kerja tersebut, lanjutnya, jumlah yang terserap hanya sekitar 11 hingga 12 ribu orang.

Jumlah itu kata dia, sesuai dengan ketersediaan lowongan dari beberapa perusahaan dan berdasarkan permintaan kartu pencari kerja (kartu kuning) dan pekerja yang melapor ke Disnaker.

“Pencaker dari luar kota wajib mengurus kartu kuning sebagai salah satu syarat mencari pekerjaan di Kota Batam,” lanjutnya.

“Permintaan kartu kuning tidak selalu ramai, untuk bulan-bulan tertentu permintaan bisa mencapai 40 hingga 60 per harinya,” kata dia lagi.

Kata dia, permintaan katu kuning akan meningkat saat usai Lebaran Idulfitri, Natal, dan tahun baru serta usai kelulusan.

Dalam sebulan petugas Dinas Tenaga Kerja bisa mengeluarkan hingga 800 kartu kuning untuk pencaker.

“Itu untuk pencaker dari luar saja,” ujarnya.

Menurutnya, rata-rata mereka yang datang merupakan usia produktif dan usia kerja. Mayoritas mereka baru tamat sekolah SMA sederajat, usia 19 tahun hingga 24 tahun.

Para pencari kerja memenuhi Multi Purpose Hall (MPH) di kawasan industri Batamindo, Mukakuning, Kota Batam. Foto: Dalil Harahap/batampos.co.id

Kebutuhan pencaker kata dia, tergantung perusahaan. Perusahaan terkadang mematok syarat yang sulit dipenuhi pencaker. Di antaranya adalah tinggi badan dan usia.

“Ada standar tinggi tertentu yang mereka inginkan, jadi pencaker harus bersaing,” paparnya.

“Satu lagi usia, perusahaan benar-benar membutuhkan usia muda,” jelasnya lagi.

Menurutnya, meski lowongan kerja terbatas angka pencari kerja justru masih tinggi. Hal itu lanjutnya, tidak lepas dari faktor upah minimum kota (UMK) Batam yang masuk dalam upah tertinggi di Indonesia.

“UMK kita ini masuk tiga besar tertinggi, jadi ini yang membuat serbuan pencaker ke Batam. Saat ini UMK kita Rp 3,8 juta,” sebutnya.

Rudi menambahkan, setiap hari pencaker selalu memenuhi kawasan industri untuk mencari pekerjaan.

Menurutnya, kesempatan bekerja lebih terbuka untuk pencaker perempuan dari pada lelaki.

“Kalau perempuan yang cari kerja biasanya cepat dapat,” ujarnya.

“Berbeda dengan lelaki kadang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan pekerjaan, mungkin sesuai dengan kebutuhan perusahaan juga,” imbuhnya.

Ia berharap, pencaker yang masuk ke Batam bisa memiliki keterampilan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Saat ini kata dia, untuk mengurangi persaingan, Kementerian Tenaga Kerja bahkan membuka kesempatan magang ke Jepang.

“Ini solusi lain untuk menekan angka pencari kerja di Batam,” terang Rudi.

Batam menjadi satu-satunya kota yang membuka magang ke Jepang. Sedangkan daerah lain dilakukan pemerintah provinsi.

Hal ini karena Batam termasuk kota industri. Tutupnya perusahaan membuat angka pencari kerja tentu bertambah, namun beberapa perusahaan juga menginformasikan akan membuka perekrutan, baik perusahaan baru maupun lama.

“Kan ada Pegatron juga nanti yang akan buka, saya rasa sudah mulai perekrutan,” katanya.

“Jadi ada yang tutup dan buka sekaligus sehingga bisa menyerap pencaker lebih banyak,” ujarnya.(yui)

Update