Jumat, 19 April 2024

Pengusaha Keluhkan Ekspor Hasil Pertanian, Kementan Akan Tingkatkan Peran Online Single Submission

Berita Terkait

batampos.co.id – Ekspor hasil pertanian sempat dikeluhkan pengusaha. Sebab, perizinan alias proses birokrasinya rumit.

Kementerian Pertanian pun berjanji bakal melakukan upaya dan solusi untuk mempermudah eksportir demi peningkatan devisa. Yakni lewat online single submission (OSS).

Program itu sudah diluncurkan pemerintah sejak 2018 lalu. Tetapi, sejumlah eksportir belum merasakan dampak signifikan. Beberapa laporan itu masuk ke Kementan.

“Kita sempat ditegur untuk memperbaiki layanan. Ini sedang kita catat apa saja kendalanya,” jelas Sekretaris Badan Karantina Pertanian Kementan Arifin Tasrif, Selasa (6/8/2019).

Dia menegaskan, khususnya bagi pegawai yang dilaporkan mempersulit proses, akan dievaluasi dan diberi sanksi berupa mutasi.

Arifin menjelaskan, pihaknya mendapat teguran dari Mentan Amran Sulaiman setelah ada eksportir yang mengalami kesulitan akses pelayanan.

Di antaranya untuk mengurus sertifikat untuk izin ekspor. Selain itu, ditengarai masih ada juga praktik pungutan liar (pungli) di jajaran petugas lapangan.

“Dalam waktu dekat akan kita perbaiki semua layanan ekspor,” lanjut Arifin.

Peluncuran sistem OSS Untuk kemudahan investasi. Foto: Hana Adi/JawaPos.com)

Untuk mengantisipasi adanya pungli dalam pengurusan izin ekspor, Amran meminta Badan Karantina Pertanian memaksimalkan penggunaan OSS.

Platform itu sudah disediakan pemerintah untuk mempermudah berbagai jenis perizinan.

Bisa dilakukan online sehingga tidak perlu menghabiskan banyak waktu jika harus mengurus perizinan ke beberapa lembaga sekaligus.

“Harapannya tidak ada pungli dengan penerapan e-Cert (sertifikat online),” jelas Amran dalam pelepasan komoditas ekspor di Tanjung Priok, kemarin.

Selain OSS, Amran menambahkan, eksportir juga bisa memanfaatkan i-Mace yang merupakan milik Badan Karantina Pertanian.

I-Mace memperlihatkan pemetaan komoditas produk khusus yang bakal diekspor ke luar negeri.

Lewat fasilitasi tersebut, eskportir bisa dimudahkan dengan mengetahui komoditas apa yang paling tepat dihasilkan di daerah mereka dan meningkatkan akselerasi ekspor.

“Peta ini bisa mendorong daerah, khususnya generasi mudanya, untuk melakukan ekspor,” imbuh Amran.

Kementan mencatat pertumbuhan ekspor pertanian cukup signifikan dalam lima tahun terakhir.

Per tahun rata-rata kenaikan 2,4 juta ton per tahun. Bila dibandingkan, pada 2013 nilai ekspor produk pertanian sebesar 33 juta ton.

Tahun 2018 lalu jumlahnya mencapai 42,5 juta ton. Kementan menargetkan penambahan sekitar 2,5 juta ton tahun ini.

“Kita harus mendorong peningkatan ekspor di era 4.0 atau digital ini,” pungkasnya. (deb/jpg)

Update