Selasa, 19 Maret 2024

Tak Perlu Naik Kapal untuk Berburu Sinyal

Berita Terkait

Matahari mulai condong ke barat saat Dedi Andri Firly selesai melakukan selam dangkal (snorkeling) di laut Pulang Antang, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kepri, akhir 2018 lalu. Segera ia mengemasi barang-barang miliknya sebelum pulang ke Tarempa, Anambas.

Bersama rekan-rekannya di komunitas selam dan snorkeling Bertuah Explore and Outdoors, sore itu ia sengaja mengeksplorasi keindahan Pulau Mantang. Sudah banyak kegiatan serupa yang ia lakoni dalam setahun terakhir. Hasil eksplorasi ke pulau-pulau dan pantai itu didokumentasikan dalam bentuk foto dan video. Lalu dibagikan ke media sosial untuk ditawarkan kepada para turis.

Kemas-kemas selesai, Dedi dan rekan-rekannya bergegas naik ke perahu kayu yang telah menunggu di ujung pantai. Dalam perjalanan pulang, di atas perahu, Dedi membuka gawainya. Memilih dan memilah sejumlah foto dan video yang sempat diambil dengan kamera ponselnya.

Dalam hitungan detik, foto-foto itu sudah terpasang di dinding akun Facebooknya yang memiliki 2.307 teman itu. Lengkap dengan video pendeknya.

“Sekarang gampang upload foto dan video di medsos. Jaringan seluler dan internet di Anambas sudah bagus,” kata Dedi saat berbincang dengan Batam Pos melalui sambungan voice call di aplikasi WhatsApp, Kamis (08/08/2019) siang.

Dedi masih ingat betul, bagaimana sulitnya jaringan telekomunikasi di Anambas, sebelumnya. Terutama sebelum tahun 2018 awal. Jangankan membagikan foto dan video di media sosial (medsos), untuk sekadar mengirim teks pesan singkat (SMS) saja kadang susah. Sinyal sering hilang timbul.

WARGA Tarempa, Kabupaten Kepulauan Anambas mengakses internet melalui ponselnya, beberapa waktu lalu. Kehadiran Palapa Ring Barat di Anambas mambuat warga setempat semakin mudah melakukan akses data dan berkomunikasi melalui telepon genggam.

Apalagi untuk internetan. Susah sekali. Bukan hanya di daerah pulau-pulau, kondisi susah sinyal ini juga terjadi di Tarempa yang merupakan pusat pemerintahan di Kabupaten Kepulauan Anambas.

Akibatnya, warga Tarempa seperti Dedi harus rela ‘berburu’ sinyal jika kebutuhan akan jaringan telekomunikasi bersifat mendesak. Misalnya harus menghubungi keluarga di luar Anambas.

Jika dari dalam rumah hape tak bisa menangkap sinyal, maka warga harus keluar rumah dan menuju ke area yang dekat dengan tower operator seluler. Pelabuhan Tarempa sering menjadi jujugan. Sebab biasanya di sana sinyal seluler lebih kuat karena lokasinya berdekatan dengan menara salah satu operator seluler.

Namun tak jarang warga harus naik ke atas kapal-kapal yang sedang berlabuh di pelabuhan itu. “Kadang harus naik ke atas bukit biar dapat sinyal,” kata Dedi.

Untuk bisa internetan, saat itu, warga Tarempa harus rela merapat ke dekat kantor Bupati Anambas. Sebab hanya di kantor tersebut terdapat wifi gratis. Itupun terbatas dan harus dilakukan di malam hari.

Sebab saat siang hari, banyak pegawai kantor bupati yang menggunakan wifi tersebut. Sehingga jaringan menjadi lelet.

Maklum, Anambas merupakan salah satu daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) di Indonesia. Anambas memiliki luas wilayah 590,14 kilometer persegi. Namun sebagian besar wilayahnya berupa lautan, yakni sekitar 89 persen lebih. Kabupaten pecahan dari Natuna ini memiliki 256 pulau, namun hanya 26 yang berpenghuni.

Secara geografis, Anambas berada di ujung utara Indonesia. Kabupaten terpencil ini berbatasan dengan beberapa negara tetangga, seperti Malaysia, Vietnam, dan Kamboja. Lokasinya yang berada di hamparan Laut China Selatan membuat warga Anambas selama ini kesulitan mendapatkan akses telekomunikasi dan akses data internet.

Namun kondisi tersebut kini tinggal cerita lama. Sebab sejak Maret 2018, jaringan telekomunikasi di sebagian besar wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas sudah terintegrasi melalui proyek Palapa Ring jalur barat atau lebih dikenal dengan nama Palapa Ring Barat yang dibangun Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo).

“Di Tarempa sekarang sudah ada jaringan 4G. Beberapa operator seluler juga sudah mulai masuk. Ya sejak ada Palapa Ring itu. Jadi tak perlu lagi naik ke kapal atau bukit untuk mencari sinyal,” kata Dedi.

Menurut Dedi, ketersediaan jaringan telekomunikasi dan jaringan internet saat ini menjadi kebutuhan mendasar bagi masyarakat. Termasuk masyarakat daerah terdepan NKRI seperi Anambas. Selain untuk keperluan komunikasi, ketersediaan jaringan seluler dan internet juga memungkinkan warga di wilayah perbatasan mengetahui informasi dan berita lebih cepat dan akurat.

Di sisi lain, ketersediaan jaringan telekomunikasi dan internet juga menghadirkan peluang bisnis baru. Seperti yang dilakoni Dedi bersama Bertuah Explore and Outdoors. Bermodalkan jaringan internet dan media sosial, ia bisa menawarkan paket liburan dan wisata bahari ke Anambas kepada para turis.

Hasilnya cukup efektif, dari foto dan video eksplorasi wisata bahari Anambas yang diunggah di akun medsosya, banyak turis yang akhirnya tertarik datang ke Anambas dan berwisata melalui jasa yang ditawarkan Dedi dan Bertuah Explore and Outdoors. Tak hanya turis domestik, beberapa tamu Dedi merupakan wisatawan mancanegara.

“Jadi bukan hanya bisa eksis di medsos, dengan jaringan internet dan telekomuniasi yang baik, kami bisa memulai bisnis berbasis digital,” katanya.

Namun sayang, kata Dedi, sebaran jaringan 4G di Anambas masih sebatas di Tarempa yang posisinya berada di Pulau Siantan. Sementara di pulau lain, seperti Pulau Palmatak, Jemaja, dan pulau berpenghuni lainnya belum tersedia jaringan 4G.

“Seperti di Palmatak ini, untuk kirim email masih agak susah. Tapi kalau untuk telepon, medsos, dan WA sudah jauh lebih baik,” kata Dedi lagi.

Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Kepulauan Anambas, Jeprizal, mengakui jaringan generasi keempat (4G) memang belum bisa dinikmati seluruh warga Anambas. Penyebabnya, pihak operator seluler belum sepenuhnya memanfaatkan jaringan backbone yang telah disediakan pemerintah melalui jaringan Palapa Ring Barat.

“Anambas ini setiap kecamatannya dipisahkan laut dan gunung. Jadi perlu ada tower pemancar untuk mengantarkan jaringan 4G ini ke luar Tarempa,” kata Jeprizal, Jumat (09/08/2019).

Jeprizal menyebut, di Anambas jaringan fiber optik Palapa Ring Barat memang hanya mendarat di Tarempa, Pulau Siantan. Sehingga jaringan 4G baru bisa dinikmati di wilayah Tarempa saja.

Namun begitu, dalam waktu dekat ini ada beberapa operator seluler yang akan membangun tower pemancar di beberapa wilayah di Anambas. Khususnya di pulau-pulau utama seperti Siantan, Jemaja, dan Palmatak. Sehingga jaringan 4G bisa dinikmati lebih luas oleh masyakarat Anambas.

Sebab menurut Jeprizal, saat ini masyarakat lebih banyak memerlukan jaringan telekomunikasi untuk akses data atau internet ketimbang untuk telepon dan mengirim pesan.

Pemerintah daerah, kata Jeprizal, tidak memiliki kewenangan untuk membangun sarana telekomunikasi, misalnya tower pemancar. Sehingga pihaknya hanya bisa melakukan beberapa upaya dengan melaporkan kondisi di lapangan ke pemerintah pusat melalui Kementerian Kominfo. Dengan harapan ada percepatan pembangunan sarana telekomunikasi di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) seperti Anambas ini.

Selebihnya, Diskominfo Anambas lebih sering melobi operator seluler agar mau membangun sarana telekomunikasi di Anambas, khususnya di luar Tarempa. Sehingga jaringan serat optik Palapa Ring Barat bisa dimanfaatkan secara maksimal.

“Memang kadang pertimbangan operator adalah keuntungan secara bisnis. Tapi kami mencoba meyakinkan supaya selain memikirkan bisnis, mereka juga mau berbuat untuk masyarakat di daerah 3T seperti kami,” kata Jeprizal.

Namun secara keseluruhan, saat ini jaringan telekomunikasi di Anambas sudah jauh lebih baik. Menurut Jeprizal, sejak kehadiran jaringan Palapa Ring Barat pada Maret 2018 lalu, cakupan atau coverage jaringan telekomunikasi di Anambas saat ini mencapai 92 persen.

“Ini jauh lebih luas jika dibandingkan empat tahun lalu yang hanya 55 persen,” kata dia.

Hal senada disampaikan Kepala Dinas Kominfo (Diskominfo) Provinsi Kepri, Zulhendri. Menurut dia, proyek Palapa Ring Barat telah berhasil membuka isolasi telekomunikasi di sejumlah titik di Kepri, khususnya di Natuna dan Anambas.

“Yang pasti coverage jaringan telekomunikasi di Kepri semakin luas sejak diresmikannya proyek Palapa Ring Barat ini pada Maret 2018 lalu,” kata Zulhendri.

Zulhendri mengatakan, Palapa Ring Barat menyediakan tulang punggung (backbone) jaringan serat optik sepanjang 2.275 kilometer (km). Rinciannya, sepanjang 1.730 km serat optik melalui bawah laut, dan 545 km di darat.

Melalui proyek Palapa Ring Barat ini, Kementerian Kominfo membangun infrastruktur telekomunikasi mencakup beberapa wilayah di Kepulauan Riau (Kepri), Sumatera Utara, dan Provinsi Riau.

Di Kepri, jaringan kabel optik Palapa Ring Barat melalui empat kabupaten/kota. Yakni Kota Batam, Kabupaten Lingga, Kabupaten Anambas, dan Kabupaten Natuna. Selain menyediakan jaringan telekomunikasi, proyek Palapa Ring Barat ini juga menghadirkan jaringan internet generasi keempat (4G) dengan kecepatan sekira 30 Mbps.

Selain membangun jaringan fiber optik, lanjut Zulhendri, sebelumnya Kementerian Kominfo juga sudah gencar membangun tower telekomunikasi hingga pulau-pulau terpencil dan terdepan di wilayah Kepri. Tak hanya di Anambas, pembangunan tower tersebut juga dilakukan wilayah terdepan di Kabupaten Natuna dan Bintan.

“Jumlahnya sangat banyak. Ini juga sebagai upaya membuka isolasi informasi di daerah perbatasan di wilayah Kepri,” katanya.

Sementara anggota Komisi III DPRD Anambas, Raja Bayu Febri Gunadian, mengatakan kehadiran Palapa Ring Barat di Anambas memang telah membawa banyak perubahan. Terutama dari segi ketersediaan jaringan telekomunikasi dan akses data di Anambas.

“Sekarang jaringan seluler sudah jauh lebih baik. Komunikasi dengan hape juga lebih mudah,” kata Bayu, Jumat (09/08/2019) malam.

Namun untuk sebaran layanan seluler generasi keempat (4G) di seluruh wilayah Anambas, menurutnya butuh proses. Sebab perlu ada pembangunan sarana pendukung, seperti tower pemancar, yang membutuhkan biaya dan investasi yang tidak sedikit.

Untuk itu, pihaknya mendorong adanya komitmen pihak operator swasta maupun BUMN untuk bersama-sama membuka isolasi telekomunikasi di Anambas. “Palapa Ring Barat sudah menyediakan jaringan serat optik yang baik, tinggal dimanfaatkan lebih maksimal lagi oleh operator seluler,” katanya. (Suparman)

Update