Kamis, 28 Maret 2024

Di Natuna, Dulu Warga Mendamba Sinyal, Kini Sinyal Mencari Pengguna

Berita Terkait

batampos.co.id – Kabupaten Natuna menyebut dirinya sebagai gerbang utara.

Sangat pas.

Sebab ia memang terletak di punggung utara tanah air, Indonesia. Apabila kita menengok peta, di sisi atas alias utara Natuna ialah negara Vietnam.

Jadi jangan heran jika kerap mendengar kisah nelayan Vietnam yang mencari ikan hingga ke laut Natuna sebab memang dekat. Selemparan batu demikian warga sini menggambarkan wilayah yang dekat.

Natuna pun terkenal oleh kekayaan migasnya. Beberapa sumur migas dieksplorasi di sini.

Natuna sendiri menurut sejarah memang kawasan bisnis yang sempat mengemuka.

Namun, kemudian meredup.

Kini, pada era digital, Natuna kembali bergairah.

Kepopuleran Natuna tidak lepas dari kreativitas masyarakatnya. Salah satunya Cherman.

Pria yang memiliki hobi fotografi dan videografi itu kerap mengabadikan lokasi dan daerah wisata di beberapa kawasan di Kabupaten Natuna.

Video terbaru Cherman dan timnya menggambarkan keindahan bawah laut Pulau Senua, yang terletak di ujung Tanjung Senubing, Bunguran Timur, Natuna.

Video yang berdurasi 3 menit 23 detik itu baru diunggah mereka pada Jumat (9/8/2019) lalu.

“Saya dengan tujuh teman saya membuat channel youtube dengan nama Jelajah Rantau Bertuah,” ujarnya kepada batampos.co.id, Senin (12/8/2019).

Puncak Gunung Ranai, Natuna, Provinsi Kepri, Indonesia, menjadi salah satu destinasi wisata yang dipromosikan im Jelajah Rantau Bertuah. Foto: Facebook Jelajah Rantau Bertuah

Warga Ranai itu mengatakan, awalnya ia dan rekan-rekannya hanya bisa menjadikan foto dan video hasil karya mereka untuk koleksi pribadi saja.

Hal itu dikarenakan susahnya mendapatkan sinyal telepon seluler. Apalagi untuk mengunggah karya-karya mereka di media sosial seperti saat ini.

Namun semua berubah setelah Palapa Ring Barat selesai dibangun oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi yang bekerjasama dengan PT Palapa Ring Barat pada 2018 lalu.

Palapa Ring Barat didukung dengan jaringan kabel serat optik sepanjang 1.980 kilometer yang menghubungkan dua provinsi yaitu Riau dan Kepulauan Riau.

Hasilnya, sinyal sangat mudah didapat. Bahkan untuk mengakses internet sudah bisa dilakukan dalam hitungan detik termasuk dari pulau terluar Provinsi Kepri, Natuna.

“Sebelum ada Palapa Ring Barat kami hanya bergantung pada satu provider dan waktu itu juga kualitasnya hanya 2G cuma bisa untuk kirim pesan lewat SMS,” papar Cherman.

Pemerintah lanjutnya, terus berupaya agar jaringan di kabupaten yang masuk dalam daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) itu setara dengan daerah lainnya di Indonesia.

Pada 2014 kata dia, jaringan telepon seluler di Natuna naik menjadi 3G. Tetapi kata Cherman lagi, jaringan tersebut ternyata terbatas di beberapa wilayah saja. Salah satunya di Ranai, ibu kota Kabupaten Natuna.

Kemudian pada 2016 jaringan 3G kata Cherman, mulai meluas ke daerah lainnya di Natuna. Di antaranya di Kecamatan Serasan dan Sedanau.

“Saat itu semangat masyarakat Natuna mulai tumbuh, karena sudah bisa mempromosikan hasil kerajinan tangan mereka via online,” jelasnya.

Situasi semakin membaik pada 2017. Natuna lanjut Cherman, kembali mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah pusat.

Kabupaten yang berbatasan dengan Singapura dan Malaysia itu mendapatkan lima titik internet gratis dari program Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo.

Di antaranya di Tugu Gasing, Pantai Kencana, Tourist Information Centre (TIC) dan area kantor Dinas Perhubungan.

Pertumbuhan ekonomi masyarakat Natuna, kata dia, semakin semarak setelah hadirnya Palapa Ring Barat.

Warga Natuna lanjutnya, kian gencar berbisnis dengan menggunakan media online dan grup media sosial

“Omzet pelaku UMKM yang berjualan online bisa Rp 2 sampai Rp 3 juta per bulan dan itu hanya modal paket internet bulanan di handphone saja,” ujarnya.

“Dengan mudahnya sinyal di Natuna membuat pelaku UMKM lebih untung, karena mereka tidak harus memiliki tempat usaha. Cukup dari rumah sudah bisa melakukan transaksi jual-beli,” paparnya.

Menurutnya, produk yang dijual via online oleh pelaku UMKM Natuna cukup beragam. Cherman sendiri memilih membangun bisnis agen tur perjalanan.

“Kami promosikan keindahan Kabupaten Natuna melalui youtube dan juga facebook. Hasilnya banyak wisatawan baik dalam negeri dan luar negeri yang menggunakan jasa kami,” jelasnya.

Bisnis Pernah Menjadi Denyut Nadi di Natuna

Di sini serikat dagang Al Ahmadi pernah berkantor

Di Pulau Midai Kabupaten Natuna pada 1906 telah berdiri sebuah serikat dagang Ahmadi & Co.

Jaringan bisnisnya menggurita hingga ke Singapura.

Anggota serikat ini pun meluas hingga negeri Thailand.

Bung Hatta pada 1954 sempat berkunjung kemari.

Hatta kagum, di sebuah pulau kecil tekah ada badan usaha yang dikelola dengan profesional.

Belajar dari sinilah koperasi dikembangkan di tanah air.

Palapa Ring Barat, pada era kekinian sangat membantu Cherman selaku penggiat pariwisata dalam untuk mempromosikan keunggulan yang dimiliki daerahnya.

“Jadi sekarang bisa dibilang sinyal yang mencari masyarakat Natuna, bukan masyarakat Natuna yang mencari sinyal,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Natuna, Raja Darmika, mengatakan, dengan adanya Palapa Ring Barat aktivitas masyarakat Natuna menjadi beragam.

Masyarakat kata dia, saat ini lebih melek teknologi. Jika dahulunya telepon pintar yang dimiliki masyarakat hanya digunakan untuk berfoto dan saling memberi kabar.

Namun kini, telepon pintar tersebut telah memberikan “jendela” pengetahuan baru bagi masyarakat Natuna.

“Sekarang internet sangat cepat sekali dan ini sangat membantu kami (pemerintah),  masyarakat serta pelajar,” jelasnya.

Kata dia, pada 2019 ini, Kabupaten Natuna akan kembali mendapatkan bantuan akses internet lagi dari program BAKTI Kominfo.

Pemasangan internet gratis di halaman SMA Negeri 1 Midai, Natuna. Foto: Diskominfo Pemkab Natuna

Jumlahnya mencapai 81 titik. “Lokasinya itu ada di sekolah, kantor desa dan Puskesmas,” paparnya.

Raja merinci, 81 titik tersebut tersebar di kantor desa 39 titik, Sekolah Dasar 8 titik, SLTP 18 titik, SLTA 12 titik, Puskesmas 3 titik dan pos TNI satu titik.

“Tahun depan (2020) kami juga akan mengajukan hal yang sama dalam Program BAKTI Kominfo. Sehingga nantinya seluruh desa dan tempat pendidikan mendapatkan akses internet gratis,” paparnya. (Messa Haris)

Update