batampos.co.id – Untuk menekan harga tiket pesawat, pemerintah pusat perusahaan kelapa sawit dan maskapai penerbangan sepakat untuk mengembangkan industri green diesel.
Industri green diesel itu akan memproduksi avtur dari kelapa sawit.
“Namanya palm kernel oil, dibuat dari kelapa sawit,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, Rabu (14/8) usai acara peletakan batu pertama hanggar Lion di Kawasan Bandara Hang Nadim.
“Di sawit itu ada sabutnya, didalamnya ada biji yang didalamnya ada daging, dari situ keluar palm kernel oil,” jelasnya lagi.
Saat ini lanjutnya, Indonesia sudah menggunaan bahan bakar biodiesel. Yakni solar B20 yang diolah dari palm kernel oil atau minyak inti kelapa sawit.
“Ada B20, lalu B30. Nanti kemudian keluar B100. Nah B100 yang disebut green diesel. Bisa diolah dengan teknologi, maka akan keluar Avtur,” katanya lagi.
Secara garis besar, solar B20 adalah bahan bakar diesel campuran dari minyak nabati 20 persen dan minyak bumi sebanyak 80 persen.
“Itu merupakan hasil kebun kita sendiri. Jadi pembuatan avtur bisa segera,” ujarnya.
Investasinya memang sangat mahal, yakni sekitar 20 miliar Dolar Amerika. Tapi Darmin meyakini hasilnya nanti bisa dua kali lipat.
Karena produksi avtur dari kelapa sawit bisa dilakukan dalam jumlah banyak, tapi lebih murah daripada memproduksi avtur dari minyak bumi.
Hal itu juga diyakini dapat menekan harga avtur dan berimbas pada penurunan harga tiket pesawat.
“60 persen pengeluaran maskapai itu untuk operasional, dimana 50 persennya untuk biaya avtur, sisanya sewa pesawat dan perawatan,” jelasnya.
Metode ini juga dianggap dapat lebih memaksimalkan potensi kelapa sawit di dalam negeri.
Karena untuk keluar negeri pun seperti Eropa yang sudah lama menjadi mitra, ekpor sawit Indonesia dikenakan bea masuk sekitar 18 persen.
Di tempat yang sama, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, mengatakan, bahwa penggunaan biodiesel sudah diterapkan dalam transportasi darat dan laut.
“Avtur, kami akan coba selesaikan dengan baik dan harga yang kompetitif,” paparnya.
“Karena bisa dibuat dari minyak kelapa sawit. Sekarang memang banyak kemajuan karena dikoordinir Menko,” terangnya lagi.(leo)