Jumat, 29 Maret 2024

Pertumbuhan Ekonomi Malaysia Digerakkan Beragam Proyek Besar

Berita Terkait

batampos.co.id – Pertumbuhan ekonomi Malaysia untuk paruh kedua tahun ini terlihat semakin sehat karena didorong oleh proyek-proyek besar yang sedang berlangsung, meskipun ketidakpastian ekonomi global masih menghantui. Hal ini diungkapkan langsung Penga-mat Ekonomi Malaysia yang juga pengusaha Maybank Kim Eng Group, Lee Ju Ye .

Dia mengatakan, di antara mega proyek tersebut adalah East Coast Rail Link (ECRL) yang telah dihidupkan kembali dan MRT 2 Lembah Klang serta proyek LRT 3 yang akan menjadi faktor yang menopang pertumbuhan dalam jangka panjang.

”Tentu saja ada risiko turun ke babak kedua dan saya pikir Malaysia tidak akan terhindar dari ketegangan perdagangan Cina-AS. Ekspor masih negatif dan sentimen konsumen telah turun sedikit serta sentimen bisnis,” ujar Lee seperti dilansir dari Kantor Berita Malaysia, Bernama, kemarin.

Dia mengatakan, minat yang ditunjukkan perusahaan-perusahaan internasional dalam memindahkan operasi mereka ke Malaysia akan menghasilkan angka ekspor positif bagi negara yang akan datang, disumbangkan oleh produk-produk manufaktur. Oleh karena itu, skenarionya adalah Malaysia telah meng-ungguli sebagian besar nega-ra Asean lainnya yang mencatat pelambatan pada kuartal kedua 2019 (2Q19).

Dia juga mengatakan, Malaysia adalah satu-satunya negara di kawasan itu yang tidak memangkas perkiraan pertumbuhan yang menghasilkan angka yang lebih baik di 2Q19.

ilustrasi

”Produk domestik bruto kuartal kedua Malaysia (GDP) mengejutkan di atas 4,9 persen, lebih tinggi dari perkiraan konsensus di 4,7 persen dan saya pikir ini adalah berita positif bagi negara.

”Di antara bidang-bidang yang mendorong pertumbuhan masih konsumsi swasta yang tetap tangguh dan Anda memiliki investasi swasta yang lebih baik juga. Saya pikir Malaysia melihat semua manfaat yang datang dari perang perdagangan Cina-AS sampai batas tertentu,” tambahnya.

Menurut Lee, Malaysia melihat persetujuan investasi asing langsung (FDI) melonjak kuat di sekitar 100 persen pada 2018 serta pada kuartal pertama 2019, dengan lebih banyak perusahaan tertarik untuk pindah ke Malaysia.

Sementara itu, mengomentari kemungkinan resesi teknis yang diharapkan pada tahun 2020, karena ketidakpastian ekonomi dan efek dari perang perdagangan Cina-AS, dia mengatakan, situasinya tidak akan seburuk seperti 2008 karena tidak melibatkan krisis keuangan global.

”(Situasi) akan benar-benar tergantung pada bagaimana hal-hal terjadi antara Cina dan AS selama beberapa bulan ke depan. Kami tidak berharap melihat resesi pada 2019, tetapi pada tahun 2020, itu terlihat mungkin jika kedua negara melanjutkan untuk berdebat tentang perdagangan juga sisi teknologi.

”Jadi, saya pikir Asean mungkin akan memasuki tahun 2020 dalam suasana hati-hati, terutama negara-negara yang berorientasi eksternal seperti Singapura dan Thailand, dan Malaysia sampai batas tertentu,” tambahnya.

Lee mengatakan, krisis saat ini lebih condong ke isu-isu terkait perdagangan bila dibandingkan dengan lingkungan resesi 2008, yang menghasilkan efek limpahan yang lebih besar ke seluruh perekonomian.

“Bahkan untuk negara seperti Singapura, kami tidak berpikir resesi akan sedalam yang kita lihat di 2008,” ujarnya. (*)

Update