Rabu, 24 April 2024

Prajurit TNI Gugur Ditembak Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata

Berita Terkait

batampos.co.id – Satu di antara dua korban yang tertembak oleh Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) di Jalan Trans Wamena-Habema, Distrik Mbua, Kabupaten Nduga, Papua gugur.

Dia adalah Praka Anumerta Sirwandi M. Zahidillah. Prajurit asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu gugur setelah berjuang melalui rangkaian operasi yang dilakukan oleh di RSUD Wamena.

Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cendrawasih, Letkol Cpl Eko Daryanto menyampaikan kabar duka tersebut, Minggu (18/8/2019).

”Pukul 21.35 WIT Praka Anumerta Sirwandi korban pengadangan di Mbua meninggal dunia,” terang Eko.

Dia meninggal dunia pasca timah panas milik KKSB melesak menembus dada dan perut Sirwandi.

”Meninggal dunia setelah menjalani operasi,” tambahnya.

Eko menyatakan bahwa Pangdam XVII/Cendrawasih Mayjen TNI Yosua Pandit Sembiring secara langsung memberikan penghormatan terakhir pada jenazah almarhum Praka Anumerta Sirwandi.

Itu dilakukan jenderal bintang dua TNI AD tersebut ketika jenazah Sirwandi masih disemayakan di Batalyon Infanteri Raider 751/Vira Jaya Sakti di Sentani, Jayapura.

Prajurit TNI dan Polri mengusung peti jenazah korban KKB di Bandara Moses Kilangin Timika, Mimika, Papua, Jumat (7/12/2018) lalu. Seorang prajurit kembali gugur tertembak KKSB di Jalan Trans Wamena – Habema, Distrik Mbua, Kabupaten Nduga. Foto: Jeremias Rahadat/ANTARA

Kemarin jenazah Sirwandi tiba di Jayapura sekitar pukul 09.20 WIT. Jenazah prajurit kelahiran 1996 itu dievakusi dari Nduga ke Wamena sampai Jayapura.

Berdasar catatan TNI AD, lanjut Eko, Sirwandi merupakan prajurit yang menyelesaikan pendidikan secapa dengan kejuruan infanteri di Rindam IX/Udayana empat tahun lalu.

Setelah tuntas melalui pedidikan tersebut, dia langsung mendapat penugasan.

”Sebagai tabakpan di Kompi D Bataylyon Infanteri Raider 751/Vira Jaya Sakti,” imbuhnya.

Menurut Eko, Sirwandi naik pangkat dari pratu menjadi praka lantaran sudah menuntaskan tugas dengan penuh dedikasi.

Dia sudah rela berkorban saat menunaikan tugas di Mbua. Selanjutnya, jenazah almarhum akan dibawa ke kampung halamannya di Lombok.

”Sebagai pendamping jenazah sampai dengan diterima oleh pihak keluarga yaitu Mayor Inf Rofi Irwansyah dan Lettu Inf Rhizal Shanda Santoso,” beber Eko.

Apabila tidak melesat dari jadwal, jenazah Sirwandi sudah tiba di Lombok hari ini (19/8/2019).

Gugurnya Sirwandi menambah deretan nama aparat TNI dan Polri yang menjadi korban KKSB.

Sebelumnya, seorang anggota Polda Papua bernama Hedar juga menjadi korban. Dia meninggal dunia setelah disandera kemudian dibunuh oleh kelompok separatis tersebut.

Untuk itu, penindakan terhadap kelompok itu bakal terus dilakukan. Sementara itu, Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat -Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) menuturkan, selain penyerangan terhadap TNI, pihaknya juga mengklaim bertanggungjawab atas penembakan terhadap Brigpol Hedar.

”Ya, benar kami juga,” paparnya.

Tak hanya itu, Sebby juga menyebut bahwa sebenarnya penembakan terhadap TNI tidak hanya terjadi pada 16 Agustus di Danau Hebema.

Namun, juga ada penembakan yang terjadi pada 14 Agustus di gereja Derakma.

”Kami menembak dua prajurit saat berada di dalam gereja,” tuturnya.

Dua prajurit TNI itu kemungkinan besar meninggal dunia. Sebab, ditembak dalam jarak yang cukup dekat.

”Saat itu mereka di sekitar mimbar gereja, tapi entah mengapa tidak ada yang mengeluarkan statement soal itu,” paparnya.

Dia menuturkan, hanya ada satu jalan untuk bisa menyelesaikan persoalan Papua. Yakni, penentuan nasib sendiri. Kalau tidak, semua ini tidak akan berakhir.

”Itu tuntutan kami,” paparnya dihubungi Jawa Pos (grup Batam Pos) kemarin. Bagian lain, Pengamat Terorisme Al Chaidar menuturkan bahwa sama seperti terorisme, gerakan semacam ini tidak hanya membutuhkan pendekatan militer.

Namun, juga pendekatan yang soft terhadap masyarakat di sekitarnya.

”Agar mereka tidak menjadi korban atau malah tertarik ikut dalam kelompok tersebut,” ujarnya.

Sehingga, masyarakat di sekitar wilayah tersebut perlu perlakukan khusus. Untuk memperkuat jiwa nasionalisnya.

”Tentunya, perlu peningkatan kesejahteraan, akses pendidikan yang mudah dan sebagainya,” tuturnya.

Kalau tidak, akan sulit untuk menuntaskan kelompok yang biasa disebut KKSB tersebut.
Sebab, setiap gerakan itu amunisinya merupakan dukungan masyarakat.

”Kalau tidak ada dukungan masyarakat, pasti akan mati dengan sendirinya,” ujarnya. (idr/syn/jpg)

Update