Jumat, 29 Maret 2024

PT TGI Ajak Warga di Pulau Buluh Budidayakan Mangrove

Berita Terkait

PT Transportasi Gas Indonesia (TGI) bekerjasama dengan Komunitas Masyarakat Peduli Mangrove KBR-Karya Bersinar mengadakan pelatihan dan pemanfaatan mangrove kepada masyarakat Pulau Buluh. Kegiatan ini berlangsung dua hari, yakni Rabu (28/8/2019) hingga Kamis hari ini.

Pelatihan ini merupakan bagian dari program CSR PT TGI, bertempat di gedung serbaguna Vihara Samudra Bhakti.

Dalam kegiatan itu, turut diundang Abdul Latief. Di desanya, Karang Song Indramayu, ia dikenal sebagai pahlawan mangrove. Sejak 2002 dia memulihkan ekosistem mangrove di kampungnya yang terancam abrasi. Dari tangan dinginnya lahir Rumah Berdikari. Tempat inspiratif yang melahirkan beragam olahan mangrove.

“Kami mengundang beliau untuk memberikan pelatihan sekaligus mengajak warga untuk membudidayakan mangrove di sini. Ini sebagai wujud nyata kepedulian PT TGI terhadap masyarakat di sekitar jalur pipa gas,” ujar Manajer Regional Office PT TGI RO 4,Batam Oddi Jakka Rinaldi di sela-sela acara berlangsung.

Oddi menyebutkan, kegiatan ini merupakan program berkelanjutan penanaman mangrove di Pantai Ketapang, Teluk Sepaku bersama masyarakat peduli mangrove KBR – Karya Bersinar sejak Februari lalu.

Program pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan potensi lokal merupakan program kerja CSR TGI yang bertujuan meningkatkan taraf hidup warga di sekitar jalur pipa gas. “Program ini tidak hanya dilakukan di Batam tapi juga wilayah kerja TGI regional office lainnya, seperti di Jambi, Belilas, dan Pekanbaru,” ungkap Oddi.

“Salah satu program pelatihan CSR kami yang telah berhasil adalah kerajinan daur ulang sampah di Kuala Tungkal”, kisah Oddy.

Menurutnya, kemampuan mendaur ulang sampah plastik menjadi tas tidak hanya memberikan nilai ekonomis tapi juga memberikankesempatan berbgai ilmu.
“TGI hanya sebagai trigger dengan memberikan pelatihan tapi untuk keberhasilan program tergantung dari kemauan Ibu-Ibu”, ujar Abdul Latief memotivasi warga Pulau Buluh.

Dari kegiatan di Pulau Buluh ini, diharapkan mangrove memberikan manfaat lebih yang berkelanjutan. Jangan hanya kayunya saja, yang sekali tebang karena harus menunggu 10-15 tahun lagi, melainkan memanfaatkan mangrove sebagai produk olahan. Hal itu tidak akan merusak karena yang diambil hanya buah dan daunnya saja. “ Sebagai contoh pohon api-api (avicennia spp) semakin sering daunnya diambil maka tunasnya akan semakin banyak. Berlaku juga untuk mangrove,” ungkap Abdul Latief.

Beberapa peserta pelatihan terlihat antusias dan bertanya. “Pak Selain makanan dan minuman, adakah manfaat lain daritumbuhan mangrove?” Tanya mereka.

Tidak banyak yang tahu ternyata beberapa tumbuhan mangrove dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan herbal. Akar dan batang jenis tumbuhan mangrove juga dapat dijadikan pewarna alami untuk membatik.

Dalam pelatihan ini, para peserta juga diajak menyusuri hutan mangrove di Pantai Ketapang, Pulau Buluh.

“Ini bentuk tanggung jawab sosial kami dari perusahaan. Selain memberdayakan, kami juga mengajak masyarakat supaya lebih kreatif lagi menjaga keberlangsung mangrove, mengolahnya tanpa merusak, menjadi lahan bisnis baru bagi mereka tanpa merusak alam. Karena mangrove itu berfungsi sebagai tumbuhan penghalang abrasi.Pondasi bagi warga pulau,” tutup Oddi. (cha)

Update