Sabtu, 20 April 2024

Hindari Kekerasan, Jadilah Sahabat Anak

Berita Terkait

batampos.co.idInternational Nature Loving  Association (INLA) Indonesia, Batam menggelar seminar pendidikan di Auditorium Universal Komplek Maha Vihara
Duta Maitreya, Batamcenter, Rabu (4/9).

Seminar ini menghadirkan dua pembicara hebat di bidangnya yakni Dr. Seto Mulyadi dan Rektor Universitas Universal, Dr Kisdarjono.

Dr Seto yang akrab disapa Kak Seto menilai saat ini banyak tenaga pendidik yang tidak ramah anak, sehingga personalisme guru perlu ditingkatkan dan dilatih.

Selain menguasai materi, tenaga pendidik juga harus memiliki standar kompetensi kelulusan.

“Seorang guru juga harus mendapat pelatihan atau training. Karena banyak dari guru yang sudah puluhan tahun mengajar, ternyata sama sekali tak pernah
ditraining,” imbuh Seto disela seminar.

Seorang guru harus tahu bagaimana cara mendidik anak dengan penuh persahabatan. Tidak menggunakan kekerasan, sebab kekerasan sangat mudah ditiru anak-anak.

Kekerasan juga memiliki dampak besar untuk tumbuh kembang karakter anak hingga terjadi penyimpangan dan lari dari jalur pendidikan.

“Merokok, berkelahi, seks bebas, narkoba, LGBT dan sebagainya itu adalah dampak dari pendidikan yang sarat akan kekerasan,” ujarnya.

“Banyak anak lari dari rumah dan sekolah, kemudian berprilaku menyimpang, itu berasal dari kekerasan,” jelas pria kelahiran 1951 itu.

Seto Mulyadi (berdiri) saat menjadi pembicara dalam seminar pendidikan di Auditorium Universal Komplek Maha Vihara Duta Maitreya. Foto Universitas Universal untuk batampos.co.id

Menurut dia, secara akademik kompetensi anak Indonesia cenderung meningkat. Namun, cukup jarang anak yang memiliki etika dan estetika. Sebagian besar terjadi karena
cara mendidik anak yang salah.

Anak dipaksa untuk menjadi penurut. Bahkan tak jarang anak yang memiliki
sifat sombong dan tak sopan karena cara mengajar yang salah.

“Padahal, santun itu nomor satu dari segala hal. Agar anak bisa memiliki karakter itu, maka belajarnya harus diarahkan dengan cara yang menyenangkan,” paparnya.

“Menjadi sahabat anak kuncinya, baik bagi orang tua dan sekolah,” ungkap mantan Ketua Komnas Anak ini.

Karena itu, ia berharap orang tua dan guru bisa memposisikan diri sebagai sahabat anak. Membangun karakter melalui budaya cinta alam dan menghindari kekerasan.

Masing-masing anak memiliki hobi yang berbeda, karena itu, melatihnya pun harus berbeda.

Tak hanya itu, anak juga harus diajarkan bagaimana mencintai kasih alam. Karena dengan mencintai dan menghormati alam, anak akan tumbuh menjadi karakter
yang baik.

“Semua anak pada dasarnya cerdas. Jadi anak itu perlu dihargai di rumah dan disekolah, sehingga bisa menjadi pribadi yang mandiri dan bekerjasama. Mari sama-sama
menjadi Sasana (sahabat sayang anak),” ajak Kak Seto.

Sementara, Dr y mengatakan budaya kasih pada diri sendiri harus diperluas. Tak hanya pada diri sendiri, mengasihi juga harus dilakukan kepada seluruh umat manusia.

Sebab dengan kasih dapat mencegah konflik dan hal-hal negatif lainnya.

“Budaya kasih harus ditanamkan sedari kecil, sehingga seseorang memiliki karakter yang mencintai semua ciptaan Nya,” ujar Dr Kisdarjono yang telah berusia 83 tahun ini.

Dijelaskannya, membentuk karakter anak akan menentukan bagaimana pola dan tingkah laku anak itu sendiri.

Jika ingin karakter anak menjadi baik dan penuh kasih, maka semua pihak, baik keluarga, sekolah dan lingkungan harus terlibat.

“Karakter harus dimulai dari dini. Sebab, di universitas tak akan fokus lagi pada pembentukan karakter. Pembentukan karakter juga bisa melalui tarian kasih alam sedari dini. Tarian kasih alam mengajarkan banyak hal, mulai dari gerakan dan musiknya untuk mencintai alam,” jelasnya.

Dalam kata sambutannya, Ketua Panitia Seminar, Dr Lu Sudirman mengatakan tujuan dari seminar tersebut adalah membangun moralitas dan nilai cinta alam.

Karena itu, yang hadir dalam seminar merupakan tenaga pendidik yang ada di Kota Batam dan kota lainnya.

“Hasil dari seminar ini bisa ditanamkan kepada siswa. Sehingga nantinya anak memiliki karakter dan moralitas yang bagus,” ujarnya.

Hal itu juga sesuai dengan keinginan Presiden Joko Widodo yang tengah mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) untuk menyongsong Indonesia emas tahun 2045 mendatang. SDM yang dibutuhkan adalah yang memiliki karakter dan moralitas yang tinggi.

“Kita perlu bangkitkan karakter anak agar memilki karakter yang baik. Hal ini juga telah dilakukan INLA sejak beberapa tahun terakhir dengan tarian kasih alam,” ujarnya.

“Tarian ini memiliki banyak makna luar biasa. Mulai dari kata-kata cinta alam hingga gerakannya,” jelas Lu Sudirman.

Sesuai dengan tujuannya, INLA adalah organisasi sosial yang bertujuan untuk menyebarkan pesan-pesan moral, nilai-nilai kehidupan dan budaya semesta melalui aktivitas seni budaya dan pendidikan sebagai langkah untuk mewujudkan keluarga, masyarakat, bangsa, dan dunia yang damai dan bahagia.

Ditempat yang sama, Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam, Hendri Arulan mengapresiasi dan mendukung seminar pendidikan tersebut. Sebab, membangun anak sangat penting untuk masa depan.(she)

Update