Selasa, 16 April 2024

Perang Dagang Picu Penurunan Investasi dan Ekspor

Berita Terkait

batampos.co.id – Perlambatan ekonomi masih menghantui negara-negara Asia. Merujuk laporan Bank Dunia bertajuk Weathering Growing Risk, pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik diprediksi melambat.

Disebutkan, pertumbuhan ekonomi Asia Timur dan Pasifik diproyeksi melambat dari 6,3 persen pada 2018 menjadi 5,8 persen pada 2019.

Kemudian, pada 2020 mencapai 5,7 persen dan turun lagi pada 2021 menjadi 5,6 persen.
Ekonom utama Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Andrew Mason menuturkan, perang dagang memicu penurunan investasi dan ekspor di negara-negara dunia.

Hal itu juga menguji ketahanan ekonomi di kawasan Asia Timur dan Pasifik.

”Melemahnya permintaan global, termasuk dari Tiongkok, dan meningkatnya ketidakpastian ketegangan perdagangan AS-Tiongkok menyebabkan penurunan ekspor dan pertumbuhan investasi,” ujarnya, kemarin.

Untuk Indonesia, ekonomi diyakini tetap mampu tumbuh di tengah berbagai ketidakpastian.

Saat ini Bank Dunia memprediksi ekonomi Indonesia melambat menjadi 5 persen dari sebelumnya 5,1 persen.

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (30/10/2018). Merujuk laporan Bank Dunia bertajuk Weathering Growing Risk, pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik diprediksi melambat. Foto: Ricardo/JPNN.com/jpg

Menurut dia, ada beberapa cara yang bisa dilakukan Indonesia untuk dapat mencapai pertumbuhan.

Yaitu, meningkatkan investasi asing langsung (foreign direct investments/FDI).

”Namun, untuk dapat meningkatkan FDI, Indonesia perlu melakukan reformasi,” tambah Andrew.

Lalu, pertumbuhan konsumsi dilaporkan stabil meski lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu.

Pertumbuhan di sektor pariwisata, realestatpun stabil untuk negara-negara yang lebih kecil di kawasan ini.

Kemudian, di beberapa negara, tingkat utang yang tinggi juga turut berpe-ngaruh terhadap kebijakan.

”Bank Dunia merekomendasikan untuk memaksimalkan kebijakan fiskal dan moneter guna merangsang pertumbuhan ekonomi. Serta, tetap mempertahankan keterbukaan perdagangan dan memperdalam integrasi perdagangan regional,” jelas Andrew.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo memanfaatkan kunjungan Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono ke Istana Merdeka, Jakarta, untuk bertukar pikiran terkait persoalan kebangsaan.

Salah satu masalah yang dibicarakan terkait dengan kondisi ekonomi dalam negeri dan global.Jokowi mengatakan, SBY memberikan pandangan terhadap situasi ekonomi ke depan.(dee/far/c25/oki/jpg)

Update