Kamis, 25 April 2024

Pemko Surati Pusat Terkait Kebutuhan Air Hinterland

Berita Terkait

batampos.co.id – Warga hinterland atau pesisir Kota Batam hingga kini masih membeli air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari khususnya di Pulau Belakangpadang.

Hal ini karena musim kemarau yang melanda area tersebut. Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, mengatakan, persoalan air bersih di hinterland sudah ada sejak dulu. Warga kata dia hanya mengandalkan Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) dan waduk.

”Waduk hanya mengandalkan air hujan. Sedangkan keadaan saat ini hujan tak turun,” jelasnya, Rabu (16/10/2019).

“Kalau SWRO terbatas karena mesinnya masih difungsikan manual sehingga air yang dihasilkan terbatas,” paparnya lagi.

Untuk itu, Pemko Batam akan menyurati pusat agar membantu meningkatkan fungsi SWRO.

Menurutnya, jika SWRO difungsikan menggunakan teknologi, hasilnya bisa lebih maksimal.

”Jadi, kalau SWRO bekerja produktif bisa mengakomodir kebutuhan dan warga tidak beli air bersih dari Batam lagi,” jelasnya.

Warga Belakangpadang mengantre air bersih beberapa waktu lalu. Saat ini masyarakat di wilayah tersebut kesulitan air bersih karena curah hujan di area itu rendah. Foto: Dokumentasi batampos.co.id 

“Sebenarnya pakai pipa kan beli juga cuman bayarnya per bulan. Sekarang warga diminta mengerti de­ngan keadaan ini,” tambahnya.

Amsakar menambahkan, untuk mengakomodir kebutuhan air di hinterland memang SWRO lebih baik dari pada mem­bangun waduk yang bergantung dengan air hujan.

Namun, lanjutnya biaya pem­bangunan SWRO tidak sedikit.

”Nantilah kami akan sampaikan ini ke pusat,” paparnya.

“Kalau memang memungkinkan SWRO namun dengan kapasitas lebih kecil dari yang saat ini. Mungkin bisa dibangun di pulau-pulau lainnya,” tambah dia.

Amsakar mengakui persoalan air tidak saja di hinterland, permasalahan juga tengah melanda wilayah mainland.

Karena itu, ia berharap curah hujan bisa meningkat agar kondisi waduk yang kering dan dangkal ini bisa terisi.

”Kalau hinterland bisa terbantu dengan SWRO. Selain itu, saat ini juga ada pembangunan Waduk Seigong yang diharapkan bisa menjadi sumber air baru bagi masyarakat Batam,” bebernya.

Nuraini, warga Sekanak Raya, Kecamatan Belakangpadang, mengatakan, air waduk sudah beberapa bulan berhenti.

Hal ini karena stok air sudah habis karena hujan tidak turun.

”Kami kan tergantung air dari waduk. Kalau terisi air lancar kalau kering ya tak dapat air,” kata dia.

Namun begitu, sebagian warga masih bisa menikmati air bersih karena mendapatkan suplai dari SWRO.

Ketika air waduk tak ada, ia bersama warga lainnya membeli air kepada warga yang mendapatkan pasokan dari SWRO.

”Saya beli satu drum itu Rp 15 ribu. Kalau pas lagi nyuci sampai lima drum habis,” jelasnya.

Lanjutnya, air SWRO tidak mengalir setiap saat. Sebab, mesin saat ini tidak bisa dioperasikan penuh. Aktifnya sekali dua jam. Jadi, ketika hidup nampung.

”Katanya kalau mesin kerja terus nanti rusak. Jadi, mereka batasi suplai air ke rumah warga,” ujar perempuan berhijab ini.(yui)

Update