Kamis, 28 Maret 2024

Sah, Ini Nama Museum Batam

Berita Terkait

batampos.co.id – Museum Batam kini sudah memiliki nama. Adalah nama pahlawan dari Kepulauan Riau, Raja Ali Haji yang diabadikan sebagai nama museum tersebut.

“Namanya sudah kita pilih, Raja Ali Haji,” kata Wali Kota Batam, Muhammad Rudi, Kamis (17/10/2019).

Museum Batam berlokasi di Dataran Engku Putri, yang menempati bekas gedung Astaka MTQ ke-25 di Batam Centre.

Meski tergolong baru, museum ini sudah terdaftar di database museum di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Rudi mengatakan, nama Museum Raja Ali Haji ia pilih berdasarkan hasil kajian dan masukan tim.

Serta, sudah melalui pembahasan bersama Lembaga Adat Melayu (LAM).

“Ada tiga nama yang diusulkan ke saya, Raja Haji Fisabilillah, Raja Ali Haji, dan Raja Ali Kelana. Dan saya pilih Raja Ali Haji,” tuturnya.

Gedung astaka yang berada di alun-alun Engku Putri. Bangunan diubah fungsi menjadi museum dengan nama Raja Ali Haji. Foto: Dhiyanto/batampos.co.id

Ia menjelaskan, hingga saat ini sudah ada tiga pahlawan nasional yang berasal dari Kepulauan Riau.

Yaitu, Raja Haji Fisabilillah, Raja Ali Haji, dan terbaru pada 2017, Sultan Mahmud Riayat Syah.

Nama Raja Haji Fisabilillah sudah digunakan untuk nama Jembatan I Barelang. Sedangkan Sultan Mahmud Riayat Syah, sudah menjadi nama masjid terbesar di Batam yang baru diresmikan penggunaannya pada 20 September 2019 lalu.

Kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Ardiwinata, Rudi, meminta untuk terus mengembangkan Museum Raja Ali Haji tersebut.

“Gali potensi daerah sejak awal Batam ada. Mana sejarah yang ada, masukkan di museum itu,” kata Rudi.

Sementara Kepala Disbudpar Kota Batam, Ardiwinata, mengatakan, pihaknya sudah mulai mengumpulkan koleksi benda-benda peninggalan sejarah.

Termasuk, surat-surat yang mencatat jejak perkembangan Batam yang dimulai pada periode Kerajaan Riau-Lingga.

Kemudian periodesasi Nong Isa yang mendapat mandat untuk menjaga Pulau Batam, penjajahan Jepang, Otorita Batam, periodesasi kota administratif sampai era otonomi daerah.

”Kemudian kita selipkan segmen khazanah Melayu, yakni segala hal yang berbau ke-Melayu-an kita masukkan di museum itu,” ujar dia.(iza)

Update