Jumat, 29 Maret 2024

PKS Tersinggung Ulah Kader yang Mendua

Berita Terkait

batampos.co.id – Elite Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kembali menyindir pendirian Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia.

Ketua Dewan Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri mengingatkan setiap parpol memiliki potensi konflik internal. Itu seringkali dipicu oleh ketidakcocokan di antara kader.

Namun, persoalan tersebut, ujar dia, harus dicarikan solusi yang tepat.

”Tidak lantas keluar dari partai induk kemudian mendirikan partai baru. Bukan itu solusinya,” kata Salim di forum lanjutan Rakornas PKS di Hotel Bidakara, Jakarta, kemarin (15/11/2019).

Salim seolah menyindir keberadaan Partai Gelora yang baru saja didirikan oleh mantan elit PKS.

Yaitu Anis Matta dan Fahri Hamzah. Seperti diketahui, pekan lalu partai Gelora diperkenalkan ke publik.

Kini para pengurusnya masih sibuk mengurus berbagai persyaratan untuk didaftarkan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum HAM) untuk menjadi partai berbadan hukum.

Salim lantas meminta pengurus dan kader PKS memperkuat soliditas internal. Tujuannya agar partai tersebut solid dan tidak mudah dipecah-belah.

”Tantangan ke depan memang berat, Tapi saya yakin PKS bisa terus berkembang,” ujarnya.

Anis Matta dan Fahri Hamzah saat mengkampanye partai gelora beberapa waktu lalu. Foto: JPNN

Bahkan dia optimistis, partai bernomor 8 itu bisa melonjak menjadi partai besar.

”Pemilu 2024 PKS bukan lagi menjadi partai menengah. Tapi menjadi pemenang pemilu,” tandasnya.

Sementara itu, anggota Majelis Syuro PKS Tifatul Sembiring meminta para kader tidak bermain dua kaki.

Yaitu aktif di PKS sekaligus terdaftar sebagai anggota Gelora. Namun, pihaknya mempersilakan para kader memilih salah satu saja.

”Bagi saya bebas, kalau sudah memilih di luar, silakan keluar dari PKS. Jangan mendua lalu merekrut kader-kader dari dalam,” tegasnya.

Tifatul mengaku tersinggung dengan sejumkah kader PKS yang kini keluar, lalu bergabung ke partai lain.

Termasuk Gelora. Dia pun menuding ada sekelompok orang yang sengaja mengacak-acak PKS dari dalam.

”Silakan saja. Membuat partai baru monggo. Tapi jangan mengacak-acak lagi,” imbuh mantan menteri Komunikasi dan Informatika itu.

Terpisah, Fahri Hamzah merespons sindiran elite PKS dengan pernyataan yang keras. Dalam status di Instagram pribadinya, Fahri tidak segan-segan menuding PKS sedang mempertontonkan monumen kezaliman.

Dia lantas menyinggung putusan pengadilan yang memutuskan agar PKS membayar ganti rugi Rp 30 miliar atas pemecatan dirinya.

”Saya katakan begini bukan karena saya adalah korban. Tetapi banyak kader yang diam,” kata Fahri.

Dia juga menuding pimpinan PKS gagal mempertahankan tren kemenangan di sejumlah daerah.

Seperti Provinsi Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Maluku Utara. Di akhir kalimatnya, Fahri mengklaim telah menyimpan data kader-kader PKS yang dipecat secara sepihak.

”Saya punya data-data mereka,” imbuh mantan wakil ketua DPR itu.(mar/fat/jpg)

Update