Sabtu, 20 April 2024

PGN Dongkrak Daya Saing Batam di Level ASEAN

Semua Kawasan Industri akan Terpasang Pipa Gas

Berita Terkait

batampos.co.id – Peran Perusahaan Gas Negara (PGN) sangat besar untuk mengembangkan industri di Batam. Bahkan hingga sekarang, PGN tetap berkomitmen untuk ikut mendongkrak daya saing Batam di level regional Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).

Saat ini ada sekitar 25 kawasan industri di Batam. Ada ribuan tenan di dalam kawasan tersebut. Sebagian besar adalah perusahaan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA). Malaysia, Singapura, Vietnam dan beberapa negara Eropa dan Amerika menjadi investor utama.

Sales Area Head PGN Batam Wendi Purwanto mengatakan, ada beberapa langkah PGN untuk menjaga iklim investasi di Batam. Yang pertama adalah harga gas yang dijual ke industri termasuk yang paling murah di ASEAN.

Ia menyebutkan, saat ini PGN Batam hanya menjual 7,3 US Dollar per MMBTU. Sementara di Johor Malaysia, haganya sudah mencapai 8 US Dolar per MMBTU dan di Vietnam 8,1 US Dollar per MMBTU. Sementara untuk level domestik, harga gas di Batam juga jauh lebih murah. Misalnya di Jawa harganya sudah lebih dari 9 US Dollar per MMBTU. Bahkan di Medan, Sumatera Utara harganya sudah mencapai 10 US Dollar per MMBTU.

“Jadi sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, kita tetap menjaga agar harga tetap lebih murah di sini (Batam,red). Bagaimana menjaga industri tidak kesulitan dan tetap tumbuh. Harga murah dan pasokan tetap lancar,” ujarnya.

Yang kedua adalah menjaga ketersediaan energi gas ke sejumlah kawasan industri di Batam dengan pemasangan pipa gas. Dari data PGN Batam, saat ini panjang pipa yang sudah terpasang di Kota Batam mencapai 213,16 kilometer. Terdiri dari pipa baja sepanjang 95,3 meter dan pipa PE sepanjang 117,86 meter.

“Kalau pipa kita ini sudah pasti terjamin kualitasnya. Memiliki daya tahan hingga tiga puluh tahun dengan pola pemeliharaan yang maksimal dari tim PGN,” ujarnya.

Saat ini jaringan pipa PGN sudah masuk ke kawasan industri besar di Batam seperti Kawasan Industri Tunas, Kawasan Industri Panbil, Batamindo, Bintang Industrial Park, dan Kawasan Industri Kabil. Di mana sudah ada sekitar 86 perusahaan yang sudah menjadi pelanggan resmi dari PGN.

Sementara kawasan industri yang jaringan pipa gasnya belum terpasang tetap dilayani dengan Compressed Natural Gas (CNG). Selain kawasan industri, kini beberapa pusat perbelanjaan di Batam juga sudah menjadi pelanggan PGN.

Wendy menegaskan, dalam beberapa tahun ke depan, semua kawasan industri di Batam akan terpasang pipa gas. Dengan demikian, akan semakin banyak industri yang menggunakan gas sebagai energi utama untuk menggerakkan usaha.

Terpisah, Managing Director Panbil Group, Johanes Kennedy mengatakan, kawasan industri Panbil beralih ke gas sejak 2010 lalu. Alasannya, harga gas jauh lebih murah dan lebih hemat 30 persen dibanding menggunakan diesel. Gas juga lebih bersih.

“Gas itu ramah lingkungan. Bebas polusi. Harganya jauh lebih murah dibanding diesel,” katanya.

Petugas PGN melakukan pendalaman pipa distribusi gas di simpang Kalista, Batam Center, Kota Batam beberapa waktu lalu .
Foto: Cecep Mulyana/Batam Pos

Mantan ketua Kadin Kepri itu menyebutkan, kawasan industri miliknya membutuhkan sekitar 3.500 MBTU per hari atau 100.000 MMBTU per bulan. Dimana pembangkit listrik di sana menghasilkan 20 Mega Watt untuk kebutuhan puluhan perusahaan PMA dan PMDN di kawasan tersebut.

“Memang sejak menggunakan gas, listrik kita nyaris tak pernah padam. Kadar pencemaran gas buang sangat minim dan jauh di bawah ambang batas yang ditetapkan,” katanya.

Menurutnya, saat ini energi yang handal bisa menjadi jualan pemerintah dan pengusaha yang ingin mempromosikan Batam ke luar negeri terutama di kawasan ASEAN. Vietnam dan Johor yang kini berkembang pesat harus dilawan dengan regulasi yang menjanjikan, termasuk energi yang handal.

“Kalau kita mau promosi, pengusaha luar akan bertanya mengenai kesiapan energi listrik dan air. Kita diuntungkan dengan adanya gas ini. Jadi peran PGN untuk meningkatkan daya saing Batam sangat besar,” tambahnya.

Ketua umum KONI Provinsi Kepri itu menuturkan, harga gas PGN yang jauh lebih murah daripada negara tetangga di ASEAN menjadi daya tarik tersendiri bagi investor. Ia berharap PGN tetap menjaga agar harga kita tetap lebih murah dan pelayanan tetap yang terbaik.

Wakil Ketua Koordinator Himpunan Kawasan Industri (HKI) Kepri, Tjaw Hoeing atau yang akrab disapa Ayung juga tidak bisa membantah peran besar PGN dalam menjaga daya saing Batam. Menurutnya, Hadirnya Perusahaan Gas Negara (PGN) sejak 2004 lalu, sangat besar dampaknya untuk ekonomi Batam.

“Beberapa kawasan industri di Batam sudah menggunakan gas sebagai energi utama untuk pembangkit listrik. Ada juga jaringan yang langsung ke perusahaan,” katanya.
Menurutnya, keandalan energi sangat berpengaruh terhadap investasi. Apalagi Batam yang jaraknya sangat dekat dengan kota Industri lain di Malaysia dan Vietnam.

“Kalau energi tak kuat maka kita susah menjual atau promosi Batam. Tapi dengan keandalan energi maka akan menjadi daya tarik tersendiri bagi investor asing,” tambahnya.

Pria yang juga menjabat sebagai Affair General Manager PT Batamindo Investment Cakrawala ini mengaku, Kawasan Industri Batamindo sudah beralih dari diesel ke gas sejak 2005 lalu. Harga gas yang lebih murah dan ramah lingkungan menjadi alasan utama.

“Gas lebih murah, efisien, dan juga ramah lingkungan. Energi kita memang lebih andal. Bahkan dengan gas, saat krisis pun biaya listrik Batamindo pun masih agak stabil,” ujarnya.

Ia menjelaskan, Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) milik Batamindo memproduksi daya 125 megawatt. Dalam sehari, membutuhkan gas sekitar 11.800 MBBTU. “Dan kita akui pelayanan dari PGN untuk industri itu sangat bagus. Pasokannya juga selama ini termasuk bagus. Harapan kita pelayanan terus ditingkatkan, dan harganya tidak mahal,” katanya.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Kota Batam Gustian Riau mengatakan, kehadiran PGN di Batam sangat membantu kelangsungan industri. Ia berharap kedepannya, semua kawasan industri bisa merasakan jasa PGN sebagai distributor gas. Termasuk kepada pedagang menengah ke bawah.

“Sejauh ini gas itu lebih efisien. Sejak tahun 2000-an gas masuk ke Industri. Dan kita lihat sekarang semakin banyak pemakai gas. Dan isu gas yang andal ini menjadi jualan yang bagus saat promosi investasi di Batam,” katanya.

Mantan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Pemko Batam ini mengatakan semua investor yang berniat dan hendak masuk ke Batam akan bertanya lebih dulu mengenai keandalan energi di Batam. “Dan kita percaya diri menyampaikan bahwa memang energi di Batam sudah bagus dan hampir semua kawasan industri menggunakan gas,” katanya.

Ketua Kadin Batam Jadi Rajagukguk mengapresiasi PGN yang secara konsisten menjaga daya saing Batam di level internasional. Menurutnya, menjadi tugas bersama agar batam tetap bisa bersaing dengan beberapa negara tetangga yang sudah meninggalkan Batam.

”Energi adalah hal yang utama dalam investasi. Energi lemah maka sudah pasti Investasi redup. Dan kita mengapresiasi PGN yang menun¬jukkan performanya ikut serta menjaga Batam tetap berdaya saing tinggi,” katanya.

Ia mengatakan, dalam beberapa kali promosi investasi ke luar negeri, ia kerap ditanya masalah kesiapan energi. Dan ini mudah dijawab dengan sudah banyaknya kawasan industri yang sudah memiliki pembangkit listrik sendiri dengan gas sebagai bahan bakar.

“Dan kita bisa dengan bangga menyampaikan ke mereka bahwa gas di Batam itu yang paling murah di ASEAN. Negara saingan Malaysia dan Vietnam iri memang dengan harga gas PGN yang jauh lebih murah,” katanya.

Ia berharap semua kawasan industri dan berbagai bidang lini kehidupan di Batam akan menggunakan gas. PGN diharapkan mampu dalam waktu singkat untuk membangun jaringan ke semua kawasan industri yang ada di Batam

”Kalau gas murah maka sudah pasti cost yang dikenakan pengelola industri ke perusahaan akan murah. Dan kita minta PGN untuk terus menjaga performa ini. Termasuk dalam melayani CNG ke perusahaan yang belum terpasang pipa gas” katanya.

Sementara itu, anggota komisi II DPRD Kota Batam Udin P Sihaloho juga mengapresiasi performa PGN dalam mendukung perindustrian di Batam. Saat ini industri di Batam jarang mengeluhkan pasokan listrik karena sebagian besar sudah punya pembangkit sendiri dengan bahan bakar gas.

“Selama keluhan yang diterima dewan itu adalah masalah perburuhan. Kalau masalah energi hampir tidak pernah. Dan gas sejauh ini memang bisa diandalkan,” katanya.

Saat kunjungan kerja ke luar daerah sebagian besar pejabat atau pengusaha di daerah yang dikunjungi sering bertanya mengenai perkembangan industri di Batam. “Kita bicara apa adanya saja. Kalau ditanya masalah energi, kita mudah menjelaskan. Dan memang real, sejauh ini gas memang bagus baik pelayanan dan psokannya,” ujarnya. (alfian lumban gaol)

Update