Jumat, 29 Maret 2024

Warga Batam, Siap-siap Hadapi Krisis Air Ya

Berita Terkait

batampos.co.id – Memasuki 2020, Batam berpotensi mengalami krisis air bersih. Penyebabnya, pada Februari nanti, diperkirakan curah hujan akan menurun drastis dibanding saat ini.

Sehingga, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Hang Nadim Batam menyarankan agar PT Adhya Tirta Batam (ATB) dan Badan Pengusahaan (BP) Batam, memaksimalkan waduk atau dam untuk menampung air hujan.

”Desember inilah puncak hujan. Inilah saat yang tepat menampung air, karena nanti Februari akan turun lagi (intensitas hujan),” kata Kepala Stasiun Meteorologi Kelas 1 Hang Nadim Batam, I Wayan Mustika, Kamis (5/12/2019), di Gedung Marketing BP Batam.

Setelah Badai Kammuri usai, maka diprediksi curah hujan Desember akan meningkat. Prediksi curah hujan diperkirakan akan berada di atas 150 mm.

Setelah itu, terus turun hingga di bawah 150 mm pada Februari nanti. ”Februari nanti curah hujan kurang dari 100 mm,” tuturnya.

Sedangkan Direktur Enggineering ATB, Paul Bennet, mengatakan, November lalu, curah hujan hanya 50 persen dari keadaan normal.

Dam Seiharapan, Sekupang tampak menyusut debit airnya. Foto diambil pada Sabtu (12/10) lalu. BMKG memperingatkan potensi ancaman krisis air karena perkiraan menurunnya intensitas hujan pada Februari 2020 mendatang. Foto: Dalil Harahap/batampos.co.id

Pada umumnya kata dia, curah hujan di awal tahun memang rata-rata berada di angka 100 mm.

”Sejak dulu sudah turun semua. Kita akan konsen ke (Dam) Duriangkang karena menyuplai 80 persen kebutuhan air di Batam,” ucapnya.

Paul menyatakan, kondisi saat ini memang membutuhkan perhatian tingkat tinggi. Saat curah hujan menurun, tapi kebutuhan air terus meningkat.

”Kebutuhan air di Batam naik terus, naiknya bisa 20 persen per tahun,” ucapnya lagi.

Satu-satunya cara agar bisa mempertahankan ketersediaan air baku adalah dengan melakukan rationing harian.

Di tempat yang sama, Kepala Kantor Air dan Limbah BP Batam, Binsar Tambunan, mengatakan, pengaruh curah hujan sangat besar bagi kelangsungan ketersediaan air bersih di Batam.

Pasalnya, waduk-waduk di Batam memang mengandalkan curah hujan.

”Di Duriangkang, level elevasinya sudah minus 2,73 di bawah spillway,” jelasnya,

Namun kata dia, pihaknya tidak tinggal diam. Salahs atu cara yang dilakukan ialah dengan menyelesaikan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Pengembangan IPAL, dimaksudkan untuk membantu ketersediaan air dalam jangka panjang. Untuk saat ini, kebutuhan air di Batam mencapai 3.500 liter per detik.

Sedangkan 2045 nanti, akan meningkat menjadi 7.500 liter per detik. Jika memaksimalkan tampungan hujan, maka akan mendapati angka 4.000 liter per detik.

”Lewat IPAL nanti, akan bantu 230 liter per detik. Air limbah domestik juga nanti akan masuk ke IPAL sehingga tak mencemari lagi ke Duriangkang,” ujarnya.(leo)

Update