Jumat, 29 Maret 2024

Sopir Pariwisata Keluhkan Travel Agen Tiongkok

Berita Terkait

batampos.co.id – Sopir hingga pelaku usaha wisata mengeluhkan kehadiran travel agen asal Tiongkok yang diduga melakukan monopoli terhadap pangsa pasar wisata di Kabupaten Bintan.

Seorang sopir pariwisata, Sahar mengatakan, jumlah wisatawan asal Tiongkok memang banyak namun sopir taksi yang ada di Bintan tidak bisa membawa wisatawan tersebut karena sudah ditangani travel agen dari Tiongkok.

”Kami tak bisa bawa mereka (wisatawan) karena sudah ditangani travel agen dari Tiongkok,” katanya.

Namun, persoalan mencuat dikarenakan travel agen dari Tiongkok itu juga mengambil pasar wisatawan yang bukan grup.

”Yang kecil-kecil misalkan wisatawan dari Singapura, Jepang dan negara lain juga diambil. Terus kita mau bawa apa, sudah seperti dimonopoli,” kata Sahar.

Persoalan lainnya, menurut sopir pariwisata lain bernama Makmur bahwa travel agen Tiongkok tersebut juga menawarkan harga paket wisata yang sangat murah.

Bayangkan, kata ia, perjalanan wisata selama 5 jam, biasanya wisatawan akan membayar jasa transportasi pariwisata sekitar Rp 600 ribu. Akan tetapi travel agen tersebut bisa menekan harga sampai Rp 400 ribu untuk 5 jam perjalanan wisata.

”Harga yang mereka tawarkan sangat murah, akibatnya wisatawan lari ke mereka. Travel agen itu sudah merusak harga pasar,” ungkapnya.

Sopir pariwisata lain, Eko mengatakan, kehadiran travel agen asal Tiongkok bukan membantu melainkan malah membunuh keberadaan sopir pariwisata yang ada.

”Bukan malah membantu para sopir yang menggantungkan nasibnya di dunia pariwisata di Lagoi malah menambah beban kita, seolah membunuh kita secara perlahan-lahan,” ungkapnya.

Para sopir pariwisata menumpahkan keresahannya terkait keberadaan travel agen asal Tiongkok saat silaturahmi antarsopir pariwisata di Aneka Kelong, Teluk Sebong, Minggu (8/12) malam.
F. Slamet Nofasusanto/Batam Pos

Dikatakannya, para sopir pariwisata yang ada sebenarnya tidak menolak keberadaan travel agen dari Tiongkok tersebut. Namun, para sopir berharap ada aturan main.

”Jangan yang kecil-kecil ini diambil juga, bisa-bisa tak ada lagi wisatawan yang kami bawa,” kata ia.

Pelaku usaha kuliner, Ardi mengatakan sepinya wisatawan yang dibawa sopir pariwisata yang membuat kunjungan wisatawan ke tempat makannya menurun.

Hal ini dikarenakan wisatawan sudah banyak yang dibawa travel agen Tiongkok.

”Karena bisnis travel agen dari Tiongkok ini bukan hanya transportasi, namun mereka juga ada tempat makan, sehingga wisatawan mereka diarahkan ke unit bisnisnya,” kata Ardi.

Tak cuma meresahkan keberadaan travel agen dari Tiongkok itu, para sopir juga mengeluhkan kurangnya destinasi wisata desa. Para sopir berharap adanya anggaran desa yang besar benar-benar dimanfaatkan untuk membangun desa menjadi desa wisata.

”Ya kan bisa ditonjolkan kuliner, kebudayaan, tarian dan berbagai kerajinan tangan yang dipusatkan dalam sebuah kawasan misalnya,” kata seorang sopir.

Anggota DPRD Bintan, Suhardi mengatakan, dirinya mendengar langsung keluhan dan keresahan dari para sopir pariwisata dan pengusaha wisata terkait keberadaan travel agen dari Tiongkok.

Keluhan diterimanya juga bahwa travel agen ini sudah merambah berbagai bisnis di Bintan, dimulai jasa angkutan wisata sampai restoran bahkan spa dan kabarnya agen wisata ini juga akan membangun hotel sendiri untuk para tamunya dari Tiongkok.

Sebagai legislator, ia akan membawa keluh kesah para sopir dan pengusaha wisata ini ke komisi II salah satunya membidangi pariwisata.

”Kita di komisi II akan memanggil Disbudpar untuk mencarikan solusi agar bagaimana dibuat aturan main sehingga travel agen dengan modal besar tersebut dan sopir pariwisata bisa sama-sama bersinergi memajukan pariwisata di Kabupaten Bintan,” kata lelaki yang akrab disapa Ase.

Tidak hanya soal itu, politisi NasDem ini juga mendengar keluhan sopir bahwa wisatawan yang menginap di salah satu resort di Lagoi dipersulit untuk keluar.

”Informasi dari para sopir yang kami terima, kalau tamunya mau keluar harus melapor sehari sebelumnya,” kata ia.

Padahal, jika wisatawan bisa keluar dari hotel, maka wisatawan bisa melihat keindahan alam dan objek wisata di Bintan.

”Saya minta hotel juga ikut menjual destinasi wisata yang ada di Kabupaten Bintan agar dampaknya juga dirasakan masyarakat, perekonomian masyarakat akan tumbuh seiring kunjungan wisata yang meningkat, seperti di Bali, turis bebas berjalan di ruang-ruang publik,” pungkasnya. (met)

Update