Selasa, 16 April 2024

Aktivis Lingkungan Muda Aeshina Azzahra Aqilani

Berita Terkait

Suara putri pasangan Direktur Eksekutif Ecoton Prigi Arisandi dan Daru Rini itu masih terdengar serak. Beberapa kali dia batuk. Nina, sapaan akrabnya, memang kurang sehat. Dia baru menjalani minggu yang sibuk.

”Sabtu kemarin habis pameran daur ulang sampah di sekolah. Hari-hari sebelumnya juga observasi lapangan,” terangnya saat ditemui di kediamannya di Desa Wringinanom, Gresik, Kamis (23/1/2020).

Pagi itu Nina baru pulang dari Jakarta. Dia menjadi tamu di Kedutaan Jerman dan Kedutaan Australia pada Selasa dan Rabu lalu.

”Puas, menyampaikan segala unek-unek. Terutama tentang kiriman ribuan ton sampah dari mereka,” ungkap siswi kelas VII SMP 12 Gresik itu.

Nina bisa bertemu dengan Dubes Jerman untuk Indonesia Dr Peter Schoof dan Dubes Australia Gary Quinlan setelah mengirim surat. Berisi pengalamannya dalam melakukan observasi bersama orang tuanya.

Nina menemukan, di beberapa kawasan tempat pembuangan sampah (TPS), sungai sekitar pabrik, hingga pelabuhan, banyak sekali dijumpai sampah dari luar negeri. Terlihat dari tulisan di kemasannya, sampah-sampah itu berasal dari Amerika Serikat (AS), Australia, hingga Jerman.

Melihat kondisi memprihatinkan tersebut, Nina punya ide menulis surat. Apalagi, dia merasa perjuangan orang tuanya belum digubris pihak yang bersangkutan. Surat ditulis dalam bahasa Inggris. Nina dibantu ibunya ketika menulis. Ditujukan untuk para pemimpin negara.

F. DOKumentasi AESHINA AZZAHRA untuk JAWA POS
Dubes Australia Gary Quinlan saat menerima Aeshina Azzahra Aqilani, bocah 12 tahun yang menyampaikan keluhannya terkait sampah.

Ada Presiden AS Donald Trump, Kanselir Jerman Angela Merkel, hingga PM Australia Scott Morrison. Surat dikirim ke kedutaan yang dianggap Nina sudah bisa mewakili.

”Saya tulis cerita dari mulai menemukan tumpukan sampah, penyakit yang ditimbulkan gara-gara sampah plastik, hingga permohonan untuk tidak lagi mengirim sampah plastik ke Indonesia,” katanya.

Di setiap kalimat penutup surat itu Nina menulis ”please take back your trash from Indonesia” yang juga dia jadikan hashtag gerakannya.

Nina mendapat tanggapan yang baik. Setelah pertemuan itu Dubes Jerman mencuit kekagumannya pada Nina.

”Obrolan yang bermanfaat dengan aktivis berumur 12 tahun! Kami sepakat bahwa produksi 350 juta ton plastik setiap tahunnya harus diubah. Daur ulang itu satu hal, tapi ini juga tentang pola pikir, sebegitu perlukah kita pada plastik sebanyak itu?” tulis Schoof.

Dia juga berjanji meneruskan surat Nina untuk Merkel. Res-pons serupa juga diberikan Dubes Australia. ”Nina adalah sebuah contoh anak muda jempolan yang bersemangat dan pembela lingkungan hidup yang kompeten di Indonesia. Kami berdiskusi di kedutaan hari ini tentang bagaimana menangani sampah plastik di Australia dan kawasan sekitarnya,” cuit Quinlan.

Di sela wawancara itu Nina bermain dengan Naruto, ayam peliharaannya yang dirawat sejak berbentuk telur. ”Bulunya putih keemasan, mirip rambut Naruto,” ungkap dia, lalu tersenyum.

Nina menjamin Naruto tidak terpapar limbah pabrik. Seba-gai bukti, dia menyebut sudah sering menggoreng telur Naruto. Nina lalu mengungkapkan, perjuangan memerangi sampah bukan urusan mudah. Apalagi, sampah kiriman itu sudah menjadi komoditas ekonomi. Tanpa mementingkan dampaknya.

”Pernah observasi di beberapa TPS, hanya ambil-ambil sampel sampah. Eh, malah dipisuhi (diumpat), bahkan diancam mau dihajar,” paparnya.

Kiriman sampah itu, papar Nina, bermacam-macam. Kebanyakan, menurut dia, justru tidak bisa didaur ulang. Penggemar film horor tersebut sering melihat sampah plastik, botol, sepatu, bahkan pelat nomor kendaraan luar negeri.

”Ada juga KTP orang Jerman. Saat itu kami ambil di kawasan Desa Tropodo, Krian,” jelasnya.

Dengan cara bersurat langsung ke perwakilan negara yang mengirim sampah itu, Nina berharap ada tindak lanjut. Apalagi, dia sudah mendapat respons yang baik. ”Ini juga dijanjikan ke Kedutaan AS,” ungkapnya.

Setelah ini Nina berencana mengirim surat ke Kedutaan Inggris dan Belanda. Pengetahuannya tak terlepas dari dukungan orang tua. Dia sangat terinspirasi remaja Swedia aktivis lingkungan Greta Thunberg. Nina pun berharap bisa menjadi seperti Person of the Year 2019 versi majalah Time itu.

”Ingin seperti Greta Thunberg, masih kecil sudah keliling dunia. Berjuang terhadap perubahan iklim. Tapi nggak boleh jauh-jauh sama mama,” katanya lalu tertawa.

Nina juga bermimpi membuat organisasi yang bergerak di bidang satwa. Bahkan bisa berkeliling dunia menggunakan perahu layar.

Pengin jadi dokter hewan, banyak banget cita-citaku. Semoga ada yang kesampaian,” harapnya. (*/c9/ayi)

Update