batampos.co.id – Observasi terhadap warga negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, Tiongkok, di Pangkalan Terpadu TNI di Natuna telah berjalan lebih dari sepekan. Pemerintah pun mulai menyiapkan skenario kepulangan mereka ke daerah asal masing-masing.
Salah satunya, penerimaan di lingkungan tempat tinggal.
Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto menyatakan, rencana kepulangan WNI tersebut terus didetailkan. Bahkan, hingga kemarin (9/2) sudah ada beberapa pemerintah daerah yang ingin membantu. ”Ada beberapa skenario untuk kepulangan ini,” ujarnya.
Menurut dia, ada skenario pesawat dari Natuna diterbangkan ke Jakarta terlebih dahulu. Selanjutnya, 238 WNI yang diobservasi tersebut diizinkan untuk kembali ke daerah masing-masing. Mereka tidak langsung diantarkan ke daerah masing-masing karena terkendala penerbangan dari Natuna yang tidak banyak.
Merujuk pada masa observasi yang direncanakan berlangsung 14 hari, para WNI tersebut sudah bisa kembali ke daerah asal akhir pekan ini.
Yuri, sapaan karib Achmad Yurianto, menjelaskan, pemerintah telah menyusun strategi sosialisasi untuk menghindari adanya stigma bagi para WNI tersebut. Melalui Kementerian Dalam Negeri, pemerintah daerah diminta untuk mempersiapkannya.
Nah, melihat respons pemerintah daerah, Yuri yakin rencana pemulangan akan berjalan lancar. Bahkan, beberapa pemda membentuk tim khusus untuk mendampingi WNI dari Wuhan sepulang dari Natuna. Contohnya, Pemda Aceh telah menyiapkan tim yang dipimpin kepala dinas sosial untuk melakukan pendampingan. ”Problem utama adalah keberlanjutan kuliah mereka,” kata Yuri.
Kebanyakan WNI yang pulang dari Hubei merupakan mahasiswa semester VIII. Ada sebagian kampus mereka yang sudah menyediakan kuliah secara online. Yang sulit adalah mahasiswa kedokteran. ”Semester VIII itu saatnya mereka praktik,” imbuhnya.
Pemerintah terus mencari cara untuk perkuliahan mereka agar tetap lancar. Menurut Yuri, hal itulah yang dipikirkan mahasiswa yang diobservasi. ”Belum lagi jika orang tuanya tidak mau anaknya kembali ke Wuhan,” ungkap Yuri.
Sementara itu, kemarin beredar informasi bahwa ada enam WNI yang dicari pemerintah Singapura. Mereka diduga terinfeksi virus korona dan masuk ke Indonesia melalui Pelabuhan Feri Internasional Harbour Bay, Batam. Polri pun segera bergerak. Hasilnya, enam WNI tersebut ditemukan. Mereka juga dipastikan bersih dari virus korona.
Enam WNI itu adalah Chandra Widodo, Winarto, Desy, Suwardi Sumantri, Manis, dan John Knight. Mereka memang keluar dari Singapura dengan naik kapal feri.
Kabid Dokkes Polda Kepri Muhammad Haris menuturkan, petugas telah memeriksa kesehatan enam WNI itu. ”Saya yang memimpin pemeriksaan tersebut,” ujarnya. Hasilnya, mereka dinyatakan sehat. Tidak ada gejala terpapar virus korona seperti informasi yang beredar. ”Keenamnya sudah berada di Tanjung Pinang,” imbuhnya.
Dia mengimbau masyarakat tidak mudah memercayai informasi yang belum jelas kebenarannya. Bila ada informasi tertentu, masyarakat bisa memberitahukan kepada petugas. ”Nanti petugas yang pastikan, seperti yang saat ini,” ujarnya.
Kabidhumas Polda Kepri Kombespol Harry Goldenhart menuturkan, pihaknya akan berupaya maksimal untuk mencegah adanya persebaran virus korona melalui pelabuhan Batam. ”Pemeriksaan kesehatan dilakukan terhadap setiap penyeberang,” jelasnya.
Dengan begitu, diharapkan di Kepri tidak ada persebaran virus korona. Masyarakat pun bisa beraktivitas dengan tenang. ”Itu yang kami inginkan,” ujarnya.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah menyatakan belum mendengar pencarian WNI oleh pemerintah Singapura. Hanya, dalam rilis yang dikeluarkan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura, ada 16 orang yang dicari karena pernah melakukan kontak dengan 40 pasien positif 2019-novel coronavirus. (jpc)