Jumat, 29 Maret 2024

Kata Direktur ATB, Tiga yang Harus Tersedia

Berita Terkait

batampos.co.id – Presiden Direktur PT Adhya Tirta Batam (ATB), Benny Andrianto Antonius, mengatakan, pihaknya rela bila Badan Pengusahaan (BP) Batam mengambilalih pengelolaan air.

Hanya saja ia berpesan, BP harus serius mempersiapkan stok air bersih di Batam, khususnya di masa transisi ini.

Ada tiga hal yang harus dipersiapkan. Pertama, BP harus sudah menyiapkan dan menambah kapasitas.

Dalam hal ini, minimal penyediaan WTP dan pipa setidaknya sudah harus dilaksanakan satu tahun sebelum masa transisi berakhir.

Kedua, BP harus mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni.

“Boleh pakai SDM ATB. Tak dilarang. Tapi, permintaan itu sampaikanlah secara eksplisit,” ujar Benny.

Sedangkan yang ketiga adalah BP harus mempersiapkan sistem. Masa transisi, tak
semudah yang dibayangkan.

Di mana hanya terjadi pergantian petinggi dan manajemen sementara urusan SDM dan sistem bisa langsung diambil alih. Menurut Benny, tak semudah tukar guling.

“ATB membangun sistem bertahun-tahun, karena bekerja harus menggunakan sistem yang benar untuk pelayanan yang baik,” jelasnya.

“Sistem kinerja ATB tak bisa dialihkan. Sistem kerja ATB dilindungi ISO dan syaratnya itu tak bisa dipindahtangankan. Demikian juga sistem teknologi yang kami miliki, itu sudah hak paten ATB.” kata dia lagi.

Presiden Direktur ATB, Benny Andrianto, dalam acara sharing best practice di hari kedua IWWEF 2019, Kamis (19/9) di Jakarta Convention Center. Foto: Dokumentasi PT ATB untuk batampos.co.id

“Hak kekayaan intelektual ATB dilindungi hukum. Dan dalam perjanjian itu tak disebutkan,” tegasnya.

Benny mengungkapkan, SDM, sistem kerja, serta sistem inovasi dan teknologi (SCADA dan Gis Data) tak akan diserahkan ke BP.

“Soal SDM itu kembali ke masing-masing personal staf sendiri. Dan kalau mau adopsi sistem teknologi dari kita bisa, tapi wajib bayar royalti,” jelasnya.

Di sisi lain, BP Batam kini sedang mempersiapkan konsep Batam Integrated Water Management System untuk melanjutkan pengelolaan air pascakonsesi dengan ATB
November mendatang.

“Konsepnya yakni air hujan dikumpulkan. Kemudian air di darat ditangkap dam. Setelah itu, air limbah juga diolah kembali dan terakhir air laut lewat proses desalinasi,” kata Direktur Badan Usaha Fasilitas dan Lingkungan BP Batam, Binsar Tambunan,
baru-baru ini.

Khusus untuk air hujan, BP akan menampungnya di lima dam yang tersedia, yakni Dam Duriangkang, Dam Mukakuning, Dam Sei Harapan, Dam Nongsa, dan Dam Sei Ladi.

Dalam rencana BP, air hujan ini akan diolah lagi sebelum masuk dam dengan sistem stormwater. Proyeknya berjalan tahun 2022.

Setelah air hujan masuk dam, maka akan diolah lagi di water treatment plant (WTP) untuk menjadikannya air siap pakai dengan kandungan mineral yang memadai.

Baru setelah itu air didistribusikan ke rumah tangga dan industri. Selain itu, BP juga akan mengolah air layak pakai tersebut menjadi air minum dalam kemasan (AMDK).

Proses tersebut kemudian berlanjut, dimana limbah rumah tangga dan industri akan dialirkan melalui pipa menuju instalasi pengolahan air limbah (IPAL).

IPAL pertama yakni di Bengkong Sadai akan segera beroperasi pada tahun depan. IPAL ini akan mengolah air limbah menjadi air siap pakai.

Tapi khusus untuk distribusinya hanya berlaku untuk industri saja.

“Masih banyak yang merasa jijik jika harus menggunakan air limbah yang diolah kembali. Sehingga untuk rumah tangga kedepannya, airnya dari air dam saja,” ungkapnya.

Untuk mendukung ketersediaan air, BP akan mulai mengerjakan proyek desalinasi. Desalinasi yakni mengolah air laut menjadi air layak pakai.

Proyeknya akan berjalan tahun 2022. Distribusi airnya khusus untuk industri saja.

“Proyek desalinasi ini ada dua lokasi yakni di Batam bagian barat dan di bagian timur. Dua-duanya dekat lokasi industri. Mengapa kami prioritaskan industri, karena ability to pay-nya tinggi,” ungkapnya.(cha/leo)

Update