Kamis, 18 April 2024

Pak Wali Kota, Papan Nama Jalan di Batam Tanpa Identitas Kedaerahan

Berita Terkait

batampos.co.id – Pembangunan infrastruktur terutama jalan yang digalakkan oleh Pemko Batam, nyatanya tak dibarengi dengan upaya mengangkat identitas kedaerahan.

Itu bisa dilihat dari ciri khas Melayu yang hilang dari papan nama penunjuk jalan.
Antara lain, tak ada lagi aksara ganda yakni Bahasa Indonesia dan Aksara Arab Melayu.

Melainkan, hanya menggunakan aksara Bahasa Indonesia. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam, Ardiwinata, menyampaikan, Kota Batam sebagai salah satu bagian dari budaya Melayu, telah dipertegas pula dengan lahirnya Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pemajuan Kebudayaan Melayu.

“Perda ini menjadi dasar bagi kita, memang banyak yang perlu kita benahi,” jelasnya.

Menurut Ardi, mulai tahun 2019, pihaknya telah memulai untuk meningkatkan porsi budaya kedaerahan dengan menyurati bandara, hotel, dan pelabuhan untuk memutar lagu Melayu.

“Pemutaran lagu Melayu merupakan amanah dari perda tersebut, dan sudah dijalankan oleh pihak terkait, lalu akan terus kita awasi,” ujarnya.

Ciri khas Melayu yang hilang dari papan nama penunjuk jalan. Antara lain, tak ada lagi aksara ganda yakni Bahasa Indonesia dan Aksara Arab Melayu. Foto: Cecep Mulyana/batampos.co.id

Mengenai penulisan penunjuk nama jalan di Kota Batam, terutama jalan utama, memang diakuinya belum sesuai Perda tersebut.

“Karena Perda ini dibuat setelah jalan-jalan tersebut diresmikan. Jadi, butuh waktu untuk penyesuaian,” sebutnya.

Ardiwinata juga menyampaikan, saat ini penyusunan Peraturan Wali Kota (Perwako) terkait Pemajuan Kebudayaan Melayu, sedang dalam pengkajian.

“Ketika Perwako telah jadi, kita akan punya pegangan yang lebih kuat untuk memajukan khazanah Melayu,” kata dia.

Budayawan Melayu, Samson Rambah Pasir, membandingkan dengan penunjuk nama jalan di kota besar seperti Pekanbaru yang telah menggunakan Bahasa Indonesia dan Arab Melayu.

Begitu juga seperti di Yogyakarta dan beberapa kota di Jawa, juga menggunakan aksara Jawa untuk mengangkat nilai kedaerahannya.

“Kota-kota besar telah menunjukkan konsistensinya menjaga kearifan lokal. Untuk saat ini, Batam telah menggunakan nama-nama tokoh Melayu dan identitas Melayu lainnya untuk nama tempat dan jalan. Kita tunggu langkah selanjutnya, di Batam kan sudah lahir Perdanya,” jelasnya.(bagas)

Update