Jumat, 29 Maret 2024

IDKI, A2K3, dan FIKes Ibnu Sina Gelar Seminar Pentingnya Cegah Bahan Kimia bagi Karyawan

Berita Terkait

batampos.co.id – Mengingat banyaknya pengguna bahan kimia di setiap perindustrian yang sangat rentan terpapar kepada para karyawan, Ikatan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia (IDKI), Asosiasi Ahli Kesehatan Keselamatan Kerja (A2K3), dan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes) Universitas Ibnu Sina, menggelar Seminar K3, di aula Ibnu Sina, Sabtu (22/2).

Seluruh panitia, pemateri, dan peserta seminar K3 garapan Ibnu Sina berfoto bersama. (dok)

Seminar yang bertemakan “Pentingnya Pencegahan Dampak Bahan Kimia di Lingkungan Kerja Terhadap Kesehatan Karyawan” dihadiri para pembicara yang ahli di bidangnya.

Mila Tejamaya, dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) dalam audiensinya menyampaikan pemaparan definisi bahaya kimia. “Pada saat ini PBB telah mengatur ada tiga potensi bahaya bahan kimia, di antaranya fisik, kesehatan, dan lingkungan,” kata Mila.

Dalam kesempatan itu, Mila memfokuskan pada bagaimana mengelola bahan kimia di tempat kerja. Di mana pada umumnya, para perusahaan hanya mengandalkan alat pelindung diri (APD) saja.

“Harusnya APD menjadi langkah terakhir dalam melakukan penanganan terhadap kesehatan para pekerja, setelah melakukan beberapa tahapan,” ucap Mila, yang juga menjabat sebagai Presiden Indonesian Industrial Hygiene Association (IIHA).

Yang menjadi tahapan awal, kata dia, harusnya bagaimana bisa melakukan engineering control untuk mengendalikan proses operasi agar para pekerja tidak terpapar oleh bahan kimia berbaya. Bahkan, jika memungkinkan bisa mengganti bahan kimia berbaya dengan yang lebih aman.

Mila juga menjelaskan, pendekatan hygiene industry (HI) adalah ilmu, seni, teknologi, dan konfirmasi dalam mengantisipasi, rekognisi, evaluasi, dan pengendalian berbagai macam bahaya (stressor) yang ada dan muncul di tempat kerja. Selain itu bisa meningkatkan kesehatan dari pekerjaan dan komunitas yang ada di sekitar tempat kerja.

“Para karyawan adalah kelompok masyarakat yang sangat rentan terpapar dampak berbahaya bahan kimia tersebut. Seperti para pekerja di industri tekstil yang berada di lokasi pencelupan atau pengecatan. Jadi berbagai hal ini bisa menjadi poin pertimbangan kesehatan oleh para karyawan ataupun leader,” bebernya.

Sementara itu, Dr Sudi Astono yang merupakan perwakilan Binswasnaker memaparkan pentingnya kesadaran penerapan K3 di semua jenis pekerjaan.

Untuk bisa melakukan penanganan secara maksimal, harus bisa melakukan program k3 secara komprehensif, tidak hanya safety dalam bekerja. Tapi kesehatan kerja juga harus, dari medical chek-up. Sehingga bisa bisa mengindentifikasi, apabila ada penyakitbyang terjangkit, apakah akibat bekerja atau bukan.

“Apabila akibat bekerja, maka kompensasi dan seluruh biaya akan dibayarkan BPJS kesehatan, sama seperti kecelakaan kerja,” ucap Sudi.

Sudi menyebut hal itu manfaatnya lebih besar, apabila dibandingkan tidak pernah melakukan cek dan pergi berobat sendiri, atau pakai uang sendiri.

“Apabila ada cacat, maka tidak akan ada kompensasi yang diterima. Terlebih saat ini undang-undang telah mewajibkan para karyawan menerima lima program jaminan sosial seperti kesehatan, kecelakaan kerja, kematian, hari tua, dan pensiun,” tutupnya.

Terkait acara itu, ketua panitia, Krismadies mengatakan, lebih dari 250 peserta dari tiga asosiasi berkumpul dalam satu ruangan. Yang mana berasal dari IDKI, Asosiasi A2K3, dan para mahasiswa Ibnu Sina.

“Kegiatan ini juga untuk memeriahkan bulan K3, dan ini adalah kegiatan perdana yang kami lakukan. Dan kami merencanakan akan mengadakan kegiatan serupa pada tahun selanjutnya,” pungkasnya. (gun)

Update