batampos.co.id – Jelang penggiliran pasokan air atau rationing oleh PT Adhya Tirta Batam (ATB), membuat warga berbondong-bondong membeli wadah penampungan air, seperti drum.
Namun, tidak sedikit warga yang membeli drum bekas, yang sebelumnya digunakan untuk wadah bahan kimia.
Alasannya, karena harganya lebih murah dari drum baru. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Batam, Didi Kusmarjadi, mengatakan, dari segi ekonomi, drum bekas harganya lebih murah.
Tetapi dari sisi kesehatan, penggunaan drum bekas wadah bahan kimia, cukup membahayakan kesehatan.
”Kalau untuk menampung air yang akan dikonsumsi, sebaiknya jangan. Karena ada dampak buruk bagi kesehatan,” kata Didi, Selasa (10/3/2020).
Ia menyebutkan, dampak jangka pendek bisa menyerang lambung. Itu terjadi jika drum
tersebut sudah dibersihkan, namun masih ada kandungan bahan kimianya.
Sebab, untuk membersihkan bahan kimia dari wadahnya cukup sulit.
”Saya kurang paham juga teknisnya. Apakah dengan dicuci pakai deterjen saja sudah cukup atau seperti apa. Tapi, sebaiknya tidak digunakan,” jelasnya.
Penggunaan dalam jangka panjang, bisa saja menyebabkan kanker dan penyakit berbahaya lainnya.
Sekali lagi, itu jika kandungan bahan kimia masih ada di wadahnya dan air yang ditampung untuk dikonsumsi.
”Ini yang dikhawatirkan. Sebenarnya, wadah yang menampung bahan kimia ini harus dimusnahkan, terutama yang dinilai cukup bahaya,” katanya.
Tapi kata dia, pihaknya hanya bisa mengimbau, sebab itu tergantung dari perilaku masyarakatnya.
Mantan Dirut RSUP Bintan itu tetap menyarankan masyarakat untukmenggunakan fasilitas yang ramah bagi kesehatan.
Drum dengan kondisi baru dinilai lebih baik, meski harganya lebih mahal.(yui)