batampos.co.id – Pusat penanganan penyakit infeksi (RS Khusus Infeksi) di Pulau Galang, Batam, yang rencananya mulai beroperasi, Senin (6/4) pekan depan, memprioritaskan pasien Covid-19 dari Jakarta. Sementara biaya operasional RS dan gaji tim medis dibebankan kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri.
“Info Dinkes Kepri ternyata untuk operasional dan tenaga diminta daerah, dalam hal ini Pemprov Kepri,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam, Didi Kusmarjadi, saat rapat dengan DPRD Batam, Kamis (2/4).
Didi menambahkan, sumber dana operasional dan gaji tim medis itu bakal diambil dari Dana Alokasi Khusus (DAK) yang didapat Pemprov Kepri. Termasuk DAK dinas-dinas yang dialihkan ke sektor kesehatan.
“DAK dari Cipta Karya, Kelautan, dan Bina Marga di provinsi itu dialihkan. Jadi nanti Pemprov termasuk yang akan rekrut tenaga,” sebutnya.
Awalnya, kata Didi, perekrutan akan dilakukan pusat dan dikelola militer, yang kini direktur pusat penanganan infeksinya dari unsur militer. “Dari informasi Dinkes Kepri, yang isi nanti petugas diminta Pemprov Kepri yang rekrut termasuk penggajiannya,” ungkapnya.
Ia juga telah mendengar, Panglima TNI sudah mengatakan, peruntukan awal pusat penanganan penyakit infeksi ini diprioritaskan dulu untuk pasien dari Jakarta. “Untuk evakuasi pasien dari Jakarta kalau di sana overload, sekarang sudah hampir overload. Malah skema evakuasi, kami sudah ikut gladi di bandara hari ini (kemarin, red) di apron terminal kargo bandara,” katanya.
Ia menyebutkan, di Batam akan di-standby-kan 20 ambulans untuk evakuasi pasien dari Jakarta untuk selanjutnya dibawa ke Galang. “Kami sudah tanya kembali ke direkturnya, walau prioritaskan pasien dari Jakarta, Batam juga boleh merujuk pasien ke sana,” ujarnya.
Sebagai langkah antisipasi, jika di Galang tidak ada kesempatan untuk pasien dari Batam, kata Didi, pihaknya sudah menggelar rapat dengan seluruh rumah sakit Batam. “Kami sepakat menambah ruang isolasi di RSUD dan RSBP Batam. Makanya ruang Kirana (ruangan di RSUD) dan di RSBP ada penambahan ruang isolasi. Jadi kalau di sana di Galang penuh tampungan dari Jakarta dan kita tak lagi bisa dirujuk ke sana. Mau tidak mau kita harus mempersiapkan diri,” papar dia.
Hal ini juga dibenarkan Direktur RSUD Embung Fatimah, Ani Dewiyana. Saat ini pihaknya tengah mengusulkan pengembangan ruang Kirana untuk penanganan pasien virus corona (Covid-19). Ia berharap, gedung yang baru dibangun Desember tahun lalu itu, bisa digunakan seluruhnya.
“Iya, kita lagi usulkan untuk penambahan. Itu ada 16 kamar kita berharap semua bisa dipakai. Karena memang awalnya itu tidak untuk Covid-19. Jadi memang ada yang tidak lengkap, jadi kita lengkapi. Jadi ini lagi dikerjakan,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan permohonan maaf karena dua pasien positif yang dirawat tidak bisa tertolong. “Kami mohon dimaklumi juga, kami ini rumah sakit rujukan. Pasien datang dari rumah sakit lain. Kadang memang situasinya sudah berapa hari dari masa drive. Hari kelima dan keenam baru dikirim ke kami,” tuturnya.
Seperti diketahui, dua pasien positif Covid-19 yang meninggal di RSUD Batam itu, dua-duanya rujukan dari RS swasta. Termasuk JR, pasien positif ketiga yang meninggal beberapa hari lalu, rujukan dari RS swasta di Baloi, Lubukbaja. Setelah postif Covid-19 baru dirujuk ke RSUD Batam.
Begitupun pasien Covid-19 pertama yang lebih awal meninggal. Juga rujukan dari salah satu RS swasta di bilangan Batuaji. Sama halnya pasien dalam pengawasan (PDP) yang meninggal tak lama setelah pasien positif 03 di Batam, juga rujukan dari RS swasta di bilangan Batam Center. Setengah jam setelah dirujuk meninggal karena kondisinya sudah parah.(iza/eja/ska/gie)