Kamis, 25 April 2024

Pelajar Korban Prostitusi Online: Cuma Mau Uangnya Saja Pak

Berita Terkait

batampos.co.id – Polsek Batuaji terus mendalami jaringan prostitusi online yang melibatkan para remaja perempuan yang masih aktif sebagai pelajar SMP dan SMA di Sagulung dan Batuaji.

Jaringan ini diduga masih banyak sehingga perlu pendalaman yang serius untuk memutuskan mata rantai praktik kejahatan perdagangan orang tersebut.

Kapolsek Batuaji, Kompol Syafruddin Dalimunthe, menuturkan, dua siswi SMP yang terjaring saat hendak melayani pria hidung belang di salah satu hotel di Batuaji, (Rabu
1/3/2020) lalu, ternyata sudah berulang kali melayani pria hidung belang.

Untuk melakukan pekerjaan kotor itu mereka diinstruksikan oleh mami atau muncikari yang berbeda-beda.

Muncikari yang ditangkap bersama dua siswi SMP itu adalah No dan Hk, pasangan remaja yang juga masih aktif sebagai pelajar SMP dan SMK di Batuaji.

Ilustrasi. Jawa Pos

”Muncikari orang ini bukan hanya No dan Hk saja. Banyak mucikari mereka tapi untuk
dua korban, job yang paling banyak ditawarin dari No dan Hk ini,” ujar Dalimunthe.

Nah, siapa dan dimana muncikari lainnya ini, kata Dalimunthe, masih didalami sebab kepada para korban muncikari ini memberikan nama dan alamat yang fiktif.

Mereka melakukan penawaran dan transaksi via media sosial.

”Korban juga dipastikan cukup banyak karena bisnis (prostitusi online kaum pelajar) ini cukup tren saat ini di sini. Semua masih kami dalami,” kata Dalimunthe.

Ini dibenarkan oleh dua korban sendiri, yang mana selama enam kali melayani pria hidung belang mereka ditawari oleh mami yang berbeda-beda.

Dan muncikari yang disebut mami ini umumnya pelajar yang juga masih aktif di bangku SMP dan SMA.

”Banyak (muncikari) dan kalangan pelajar perempuan sudah tahu itu. Kalau mau ya hubungi mami-mami itu. Nanti mami-mami itu yang atur sama siapa tamunya,” ujar
seorang korban.

Dua siswa SMP korban perdagangan orang yang diamankan Polsek Batuaji bersama No dan Hk sebagai pelaku perdagangan orang menyebutkan transaksi prostitusi online kalangan remaja yang masih aktif sebagai pelajar ini sudah cukup santer di lingkungan sekolah.

Siswi SMP dan SMA yang ingin terjun ke bisnis esek-esek itu sangat mudah mendapatkan link dengan muncikari-muncikari tadi.

Mereka yang tergiur hanya membutuhkan nomor kontak sang muncikari. Sang muncikari-lah yang mencarikan pelanggan.

”Sistemnya seperti itu. Kalau mau tinggal nanya aja nomor mami-mami yang sudah dikenal sebagai muncikari tadi. Nanti mereka yang Carikan. Tarifnya Rp 1,5 juta sekali kencan dan kami dapat Rp 700 sampai Rp 800 ribu,” ujar salah satu korban.

Ia mengaku nekad melakoni pekerjaan kotor itu karena latar belakang keluarga yang broken home. Hidup sendiri dengan sang ayah yang sibuk kerja membuatnya bebas kemana saja.

Diapun sering terjerumus ke dalam pergaulan yang tak sehat sehingga kerap meninggalkan utang kepada rekan-rekannya.

”Cuman mau uangnya saja pak,” ujarnya polos.(eja)

Update