Kamis, 25 April 2024

22 Tahun Reformasi, Oligarki yang Kini Berkuasa

Berita Terkait

batamps.co.id – Hari ini, 21 Mei, tepat 22 tahun reformasi Indonesia yang ditandai dengan lengsernya Presiden Indonesia ke-2 Soeharto setelah 32 tahun berkuasa. Lantas apakah nasib bangsa ini sudah lebih baik?

Mantan Aktivis 1998 Syafti Hidayat‎ melihat saat ini reformasi telah mengalami kemunduran. Dahulu mahasiswa yang ingin mengalami perbaikan di bidang politik, sosial dan ekonomi namun itu tidak terjadi saat ini.

“Ini mengalami kemunduran yang luar biasa. Reformasi 1998 itu tujuannya adalah untuk perbaikan politik, sosial dan ekonomi. Ternyata bukan perbaikan malah. Ini malah jadi menyimpang,” ujar Syafti dilansir JawaPos.com, Kamis (21/5).

Menurut Syafti, sistem politik saat ini sama seperti para era Orde Baru dengan sistem oligarki yang kuat. Artinya hanya dikuasai oleh sekelompok orang yang memegang kekuasaan. Sehingga hal ini perlu menjadi catatan penting.

“Perjalanannya dari rezim otoriter ke rezim reformasi. Ternyata sekarang oligarki alias dikuasai segelintir elite,” ungkapnya.

Sistem ekonomi saat ini juga hanya dikuasai oleh konglomerat dan tetap oligarki. Padahal yang diperjuangkan para mahasiswa tidak seperti itu.

“Sistem ekonomi yang pada masa lalu sistem ekonomi yang dikuasai oleh sistem konglomerasi. Sekarang juga sama kelompok konglemerat dan oligarki juga. Ini sudah menyimpang jauh,” ungkapnya.

Syafti juga menyoroti tentang pergerakan mahasiswa yang sepertinya tidak berjalan saat ini. Pada 1998 lalu mahasiswa sangat kritis. Namun saat ini sepertinya mahasiswa dibungkam.

‎”Tahun 1998 suara mahasiswa sangat kritis, bergerak untuk perubahan. Tapi sekarang suara mahasiswa seperti dibungkam, atau bisa jadi gerakan mahasiswanya yang diam, Karena enggak tumbuh kesadarannya‎,” ungkapnya.

Sementara ‎Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI)‎ Ujang Komarudin mengatakan, reformasi saat ini mengalami kemunduran. Salah satu amanat reformasi adalah memberantas korupsi. Namun saat ini korupsi masih subur saja.

“Reformasi bukan mengalami kemajuan tapi mengalami kemunduran. Tanda-tandanya korupsi semakin merajalela,” ujar Ujang.

Pergerakan mahasiswa era digital juga berbeda. Saat ini mahasiswa terpolarisasi dengan banyak kepentingan. Sehingga jika ada masiswa yang bergerak menuntut perubahan kepada pemerintah tidak kompak. Ada mahasiswa yang turun ke jalan. Namun banyak juga yang malas.

“Misalnya banyak orang kampus yang direkrut ke istana. Sehingga ini menyulitkan mahasiswa untuk bisa bergerak. Ada yang jadi menteri,” tuturnya.

“Mahasiswa juga terpolarisasi. Sehingga gerakan-gerakan mudah diamputasi oleh pemerintah. Mudah dikondisikan oleh pemerintah. Ada operasi mahsiswa tidak besar‎,” tambahnya.

Adapun pada 21 Mei 1998 silam Presiden Soeharto menyatakan mundur setelah berkuasa selama 32 tahun, terhitung sejak dia mendapat mandat Surat Perintah 11 Maret 1966. Pidato pengunduran diri Soeharto dibacakan di Istana Merdeka sekitar pukul 09.00 WIB.

Dalam pidatonya, Soeharto mengakui bahwa langkah ini dia ambil setelah melihat perkembangan situasi nasional saat itu. Tuntutan rakyat untuk mengadakan reformasi di segala bidang. Dengan pengunduran diri ini, Soeharto menyerahkan kekuasaan kepresidenan kepada Wakil Presiden BJ Habibie.(jpg)

Update