Selasa, 19 Maret 2024

Didahului Dentuman, Tsunami di Puncak Ijen

Berita Terkait

batampos.co.id – Sesuatu yang tengkurap di tengah Danau Kawah Gunung Ijen itu menarik perhatian Arifin. Dengan segala risiko, dia pun berusaha mendekati. Ternyata sesuatu tersebut seseorang: itu jenazah Andika alias Pak Andik, kawannya sesama penambang belerang yang telah dicari sejak sehari sebelumnya.

”Jenazah masih utuh, hanya memakai jaket dan sepatu yang melekat pada tubuh korban,” kata Arifin tentang kawannya yang berusia 61 tahun itu kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi, Sabtu(30/5).

Andika menjadi korban meninggal tsunami yang terjadi di puncak gunung yang terletak di Banyuwangi dan Bondowoso, Jawa Timur, itu pada Jumat siang lalu (29/5). Fenomena alam langka tersebut diawali gempa 8,6 menit serta kemunculan dentuman dan bualan yang mengakibatkan gelombang air kawah alias tsunami yang menurut sejumlah penambang setinggi sekitar 3 meter.

Menurut Arifin, dentuman sebenarnya sering terjadi di gunung setinggi 2.443 mdpl (meter di atas permukaan laut) tersebut. Hanya, tidak terjadi setiap tahun. ”Semua penambang sudah paham (soal dentuman itu, Red),” katanya.

Petugas Pos Pemantau Gunung Api (PGA) Ijen, Suparjan, mengatakan bahwa dari aktivitas Gunung Api Ijen pada Jumat siang, secara visual gunung terlihat jelas hingga kabut 0-III. Asap kawah bertekanan lemah tampak berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 50–100 meter di atas puncak kawah. Sempat terekam ada getaran di danau Kawah Ijen pada pukul 11.31. ”Terlihat ada bualan, lokasinya di pinggir sebelah selatan. Terpantau juga muncul gelombang di air kawah hingga mencapai ke area penambangan belerang,” ungkapnya.

Menurut Suparjan, sempat terekam getaran empat kali dan terjadi longsoran dengan amplitudo maksimum 8–46 mm berdurasi 19–286 detik.

Selain itu, terekam gempa vulkanik dangkal sembilan kali dengan amplitudo 3–18 mm dan durasi 8–19 detik. Juga, gempa vulkanik dalam tiga kali dengan amplitudo 12–44 mm dan durasi 8–33 detik. Selain itu, terjadi gempa tektonik lokal satu kali dengan amplitudo 5 mm, durasi 16 detik dan gempa tektonik jauh sebanyak dua kali, amplitudo 3–24 mm, durasi 81–94 detik.

Mengenai penyebab bualan, jelas Suparjan, sementara masih dianalisis. Namun, itu bisa jadi dipengaruhi faktor eksternal seperti intensitas hujan tinggi. ”Kalau mengenai tinggi gelombang tidak ada data, yang ada hanya informasi yang di lokasi,” jelasnya.

Untuk sampai saat ini, status Gunung Api Ijen masih aktif normal dan rekomendasi untuk masyarakat di sekitar gunung api Ijen dan pengunjung/wisatawan/penambang tidak diperbolehkan mendekati bibir kawah maupun turun dan mendekati dasar kawah Gunung Ijen. Pengunjung juga dilarang menginap dalam kawasan dalam radius 1 kilometer dari kawah.

Mengenai keberaniannya mengevakuasi Andika dengan cara berenang di tengah danau yang penuh asam sulfat, Arifin mengatakan, itu karena sudah tidak ada jalan lain.

”Teman-teman SAR bilang tunggu Pak, kita harus pakai perahu. Saya berpikir, maaf Pak, saya mampu. Akhirnya saya lepas baju semua tinggal celana dalam langsung saya njebur dan berenang,” ujar pria yang sudah 31 tahun menambang belerang itu.(jpg)

Update